SDKI - D.0005 Pola Napas Tidak Efektif
DAFTAR ISI:
PENGETAHUAN UMUM
Pola Napas Tidak Efektif adalah diagnosa keperawatan dimana suatu kondisi pernapasan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Pola napas yang tidak benar dapat menyebabkan kekurangan oksigen dan peningkatan karbondioksida dalam tubuh, yang dapat mengganggu keseimbangan pH dan memicu serangkaian masalah kesehatan.
Pola napas yang tidak efektif dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk stres, kecemasan, depresi, kelelahan, atau kondisi medis seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Beberapa gejala yang mungkin dialami oleh seseorang dengan pola napas yang tidak efektif termasuk kesulitan bernapas, napas pendek, napas cepat, napas dangkal, dan rasa lelah yang berlebihan.
Untuk mengatasi pola napas yang tidak efektif, ada beberapa teknik pernapasan yang dapat dilakukan. Salah satunya adalah teknik pernapasan dalam (deep breathing) yang dapat membantu memperkuat otot pernapasan dan meningkatkan kapasitas paru-paru. Teknik ini melibatkan mengambil napas dalam-dalam melalui hidung dan menahannya selama beberapa detik sebelum perlahan-lahan mengeluarkan napas melalui mulut.
Selain teknik pernapasan dalam, ada juga teknik pernapasan pursed-lip breathing yang dapat membantu mengurangi napas pendek dan meningkatkan aliran udara. Teknik ini melibatkan mengambil napas dalam-dalam melalui hidung dan kemudian mengeluarkan napas melalui bibir yang ditekuk seperti hendak meniup lilin, sehingga membantu memperlambat napas dan meningkatkan aliran udara.
Selain itu, ada juga latihan pernapasan pranayama dalam yoga, yang melibatkan serangkaian teknik pernapasan yang dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
Namun, jika pola napas yang tidak efektif disebabkan oleh kondisi medis seperti asma atau PPOK, maka pengobatan medis yang tepat harus dilakukan. Pengobatan medis dapat meliputi pemberian obat-obatan atau terapi oksigen untuk membantu mengatasi masalah pernapasan.
Pola napas yang tidak efektif dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi pola napas yang tidak benar dan mencari bantuan medis atau melakukan teknik pernapasan yang tepat untuk membantu meningkatkan kesehatan pernapasan dan kesehatan secara keseluruhan.
SDKI - D.0005 Pola Napas Tidak Efektif
Definisi :
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat. (PPNI, 2019)
Penyebab :
Depresi pusat pernapasan adalah kondisi di mana aktivitas pusat pernapasan di otak menurun atau terganggu, sehingga menyebabkan pernapasan menjadi lambat atau bahkan berhenti. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penggunaan obat-obatan tertentu, cedera otak, atau kondisi medis tertentu.
Hambatan upaya napas adalah kondisi di mana terdapat halangan pada jalur pernapasan yang menyebabkan kesulitan untuk bernapas dengan normal. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan, atau kondisi medis tertentu.
Deformitas dinding dada adalah kondisi di mana dinding dada mengalami penyimpangan bentuk, yang dapat membatasi gerakan paru dan menyebabkan kesulitan bernapas. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti kelainan bawaan atau cedera.
Deformitas tulang dada adalah kondisi di mana tulang dada mengalami perubahan bentuk atau kerusakan, yang dapat membatasi gerakan paru dan menyebabkan kesulitan bernapas. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti cedera atau kondisi medis tertentu.
Gangguan neuromuskular adalah kondisi di mana terdapat gangguan pada sistem saraf dan otot, yang dapat menyebabkan kesulitan bernapas. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti kelainan bawaan atau kondisi medis tertentu.
Gangguan neurologis adalah kondisi di mana terdapat gangguan pada sistem saraf, yang dapat mempengaruhi fungsi pernapasan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti cedera kepala atau kondisi medis tertentu.
Kematangan neurologis adalah kondisi di mana sistem saraf belum sepenuhnya matang, yang dapat mempengaruhi fungsi pernapasan. Kondisi ini sering terjadi pada bayi prematur atau bayi yang baru lahir.
Penurunan energi adalah kondisi di mana seseorang merasa lelah dan kehilangan motivasi, yang dapat mempengaruhi kemampuan untuk bernapas dengan normal.
Obesitas adalah kondisi di mana seseorang memiliki kelebihan berat badan, yang dapat mempengaruhi fungsi pernapasan karena adanya tekanan pada saluran pernapasan.
Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru adalah kondisi di mana posisi tubuh yang tidak benar menyebabkan kesulitan untuk bernapas dengan normal.
Sindrom hipoventilasi adalah kondisi di mana terjadi penurunan frekuensi atau volume pernapasan, yang dapat menyebabkan kenaikan kadar CO2 dalam darah. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti obesitas atau kondisi medis tertentu.
Kerusakan inervasi diafragma adalah kondisi di mana saraf yang mengontrol gerakan diafragma mengalami kerusakan, yang dapat menyebabkan kesulitan bernapas.
Cedera pada medula spinalis: Cedera pada medula spinalis dapat mengganggu fungsi otot pernapasan dan menyebabkan gangguan pernapasan. Cedera tinggi pada medula spinalis (di atas T6) dapat mengganggu fungsi otot-otot pernapasan utama dan menyebabkan pernapasan dangkal.
Efek agen farmakologis: Beberapa obat dapat mempengaruhi fungsi pernapasan dengan menekan aktivitas pusat pernapasan atau mempengaruhi aktivitas otot pernapasan. Beberapa contoh obat yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan termasuk opiat, benzodiazepin, dan alkohol.
Kecemasan: Kecemasan dapat menyebabkan gangguan pernapasan karena meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatik dan menyebabkan perubahan dalam pola pernapasan. Kecemasan juga dapat memicu serangan asma pada orang yang menderita penyakit ini.
Tanda dan Gejala Mayor
Subjektif :
- Dispnea: yaitu istilah medis untuk menggambarkan kesulitan atau kesakitan dalam bernapas atau perasaan tidak nyaman dalam pernapasan. Dispnea bisa disebabkan oleh berbagai kondisi medis, seperti penyakit paru-paru, penyakit jantung, gangguan pernapasan, anemia, kelebihan berat badan, atau kecemasan. Dispnea dapat berkisar dari ringan hingga parah dan dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang serta membutuhkan penanganan medis yang sesuai.
Objektif :
Penggunaan otot bantu pernapasan: Penggunaan otot bantu pernapasan terjadi ketika otot-otot tambahan, seperti otot dada dan leher, membantu menggerakkan paru-paru untuk memperbaiki ventilasi dan meningkatkan pertukaran gas di dalam paru-paru.
Fase ekspirasi memanjang: Fase ekspirasi memanjang terjadi ketika udara keluar dari paru-paru dengan lambat dan memakan waktu lebih lama dari biasanya. Ini dapat terjadi pada kondisi seperti penyakit obstruktif paru kronis (PPOK) dan asma.
Pola napas abnormal (mis. takipnea, bradipnea, hiperventilasi kussmaul cheyne-stokes): Pola napas abnormal mengacu pada pola napas yang tidak normal atau tidak sehat, dan bisa disebabkan oleh berbagai kondisi medis. Beberapa contoh pola napas abnormal termasuk takipnea (frekuensi napas yang meningkat), bradipnea (frekuensi napas yang menurun), hiperventilasi (napas dalam-dalam dan sering), kussmaul (napas dalam dan cepat yang terjadi pada diabetes), dan cheyne-stokes (polanya menunjukkan perioda napas yang berangsur-angsur mempercepat dan memperlambat).
Tanda dan Gejala Minor
Subjektif :
- Ortopnea adalah istilah medis untuk menggambarkan kesulitan bernapas atau kesulitan tidur dalam posisi berbaring datar dan nyaman, sehingga menyebabkan seseorang harus duduk tegak atau tidur dengan kepala dan bahu yang lebih tinggi. Ortopnea dapat disebabkan oleh kondisi medis seperti gagal jantung kongestif, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), asma, dan kelebihan berat badan. Pengobatan ortopnea tergantung pada penyebabnya dan dapat melibatkan pengobatan medis untuk kondisi yang mendasar atau penggunaan alat bantu bernapas, seperti mesin CPAP (Continuous Positive Airway Pressure).
Objektif :
Pernapasan pursed-lip adalah pola pernapasan yang melibatkan penutupan bibir dan pernapasan melalui mulut dengan membentuk bibir mengepulkan, sehingga meningkatkan tekanan udara di dalam paru-paru dan membantu mengurangi sesak napas.
Pernapasan cuping hidung adalah pola pernapasan yang melibatkan penggunaan cuping hidung untuk mengatur aliran udara saat bernapas, sehingga membantu mengurangi sesak napas.
Diameter thoraks anterior-posterior meningkat adalah kondisi ketika jarak antara tulang dada depan dan belakang meningkat, yang dapat terjadi karena berbagai kondisi seperti deformitas dinding dada atau perubahan postur.
Ventilasi semenit menurun adalah jumlah udara yang masuk atau keluar dari paru-paru dalam satu menit yang menurun, yang dapat terjadi pada kondisi seperti gangguan pernapasan atau penyakit paru obstruktif kronis.
Kapasitas vital menurun adalah jumlah udara maksimal yang dapat dihirup atau dihembuskan dari paru-paru setelah inspirasi atau ekspirasi maksimal, yang dapat menurun karena berbagai kondisi seperti obstruksi saluran napas atau kelemahan otot pernapasan.
Tekanan ekspirasi menurun adalah tekanan udara yang dihasilkan saat menghembuskan udara dari paru-paru yang menurun, yang dapat terjadi pada kondisi seperti kelemahan otot pernapasan atau obstruksi saluran napas.
Tekanan inspirasi menurun adalah tekanan udara yang dihasilkan saat menghirup udara ke paru-paru yang menurun, yang dapat terjadi pada kondisi seperti kelemahan otot pernapasan atau obstruksi saluran napas.
Ekskursi dada berubah adalah perubahan dalam gerakan dada saat bernapas, yang dapat terjadi karena berbagai kondisi seperti kelemahan otot pernapasan atau deformitas tulang dada.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
Luaran Utama
Luaran Tambahan
- Berat Badan (L.03018)
- Keseimbangan Asam Basa (L.02009)
- Konservasi Energi (L.05040)
- Status Neurologis (L.06053)
- Tingkat Ansietas (L.09093)
- Tingkat Keletihan (L.05046)
- Tingkat Nyeri (L.08066)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Intervensi Utama
Intervensi Pendukung
- Dukungan Emosional (I.09256)
- Dukungan Kepatuhan Program Pengobatan (I.12361)
- Dukungan Ventilasi (I.01002)
- Edukasi Pengukuran Respirasi (I.12413)
- Konsultasi via Telepon (I.12462)
- Manajemen Energi (I.05178)
- Manajemen Jalan Napas Buatan (I.01012)
- Manajemen Medikasi (I.14517)
- Manajemen Ventilasi Mekanik (I.01013)
- Pemantauan Neurologis (I.06197)
- Pemberian Analgesik (I.08243)
- Pemberian Obat (I.02062)
- Pemberian Obat Inhalasi (I.01015)
- Pemberian Obat Interpleura (I.14530)
- Pemberian Obat Intradermal (I.14531)
- Pemberian Obat Intravena (I.02065)
- Pemberian Obat Oral (I.03128)
- Pencegahan Aspirasi (I.01018)
- Pengaturan Posisi (I.01019)
- Perawatan Selang Dada (I.01022)
- Perawatan Trakheostomi (I.01023)
- Reduksi Ansietas (I.09134)
- Stabilitas Jalan Napas (I.01025)
- Terapi Relaksasi Otot Progresif (I.05187)
Referensi:
PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.

Tidak ada komentar: