Human Immunodeficiency Virus (HIV) / AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)
Menurut data yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO), sekitar 38 juta orang di seluruh dunia hidup dengan HIV pada akhir tahun 2019. Dari jumlah tersebut, sekitar 1,7 juta orang terinfeksi virus pada tahun yang sama. Di Indonesia sendiri, menurut data dari Kementerian Kesehatan, pada tahun 2020, terdapat 701.594 kasus HIV dengan angka kesakitan sebesar 4,7 per 100.000 penduduk.
HIV tidak memiliki gejala yang spesifik pada awal infeksi, sehingga seringkali sulit untuk didiagnosis. Namun, beberapa orang mungkin mengalami gejala flu seperti demam, sakit kepala, dan sakit tenggorokan dalam waktu 2-4 minggu setelah terinfeksi. Setelah itu, virus akan berkembang di dalam tubuh dan menyerang sel-sel CD4. Ini dapat menyebabkan gejala seperti diare, lelah, penurunan berat badan, dan keringat malam yang berlebihan. Tanpa pengobatan yang tepat, HIV dapat berkembang menjadi AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) yang merupakan tahap akhir infeksi HIV dan seringkali berujung pada kematian.
Sayangnya, belum ada vaksin yang efektif untuk mencegah infeksi HIV, namun terdapat terapi antiretroviral (ARV) yang dapat membantu mencegah perkembangan virus di dalam tubuh dan meningkatkan harapan hidup orang dengan HIV. ARV bekerja dengan menghambat replikasi virus di dalam tubuh dan menjaga sistem kekebalan tetap sehat. Pengobatan ARV harus dimulai secepat mungkin setelah diagnosis HIV, dan perlu dilanjutkan seumur hidup.
Selain itu, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran HIV, di antaranya:
- Menggunakan kondom saat berhubungan seksual
- Menghindari hubungan seksual yang tidak aman
- Tidak menggunakan jarum suntik bersama-sama
- Menggunakan alat pelindung saat melakukan tato atau akupunktur
- Memastikan keamanan transfusi darah dan produk darah lainnya
- Menerapkan tindakan pencegahan vertikal pada ibu hamil yang terinfeksi HIV.
Pendidikan dan kesadaran masyarakat juga sangat penting dalam pencegahan penyebaran HIV. Semakin banyak orang yang memahami tentang cara penularan HIV dan bagaimana mencegah penyebarannya, semakin mudah untuk mengatasi masalah ini. Berikut ini adalah beberapa contoh tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam upaya pencegahan penyebaran HIV:
Edukasi dan Kampanye
Salah satu cara paling efektif untuk mencegah penyebaran HIV adalah dengan melakukan kampanye dan edukasi mengenai penyakit ini. Dalam kampanye ini dapat dilakukan berbagai kegiatan seperti sosialisasi, seminar, dan diskusi terbuka mengenai cara penularan, gejala, pengobatan, serta cara mencegah penyebaran HIV.
Penggunaan Kondom
Penggunaan kondom saat berhubungan seksual adalah salah satu tindakan pencegahan yang efektif dalam mencegah penularan HIV. Kondom dapat mencegah paparan terhadap cairan tubuh seperti darah, semen, dan cairan vagina, yang dapat mengandung virus HIV. Masyarakat perlu diberi edukasi mengenai penggunaan kondom yang benar dan konsisten sebagai tindakan pencegahan utama dalam mengurangi penyebaran HIV.
Penyebaran Alat Suntik Steril
Penyebaran alat suntik steril merupakan upaya pencegahan yang sangat penting, terutama bagi mereka yang menggunakan suntikan dalam pengobatan atau narkoba. Pemerintah dan organisasi kesehatan dapat melakukan kampanye untuk mempromosikan penggunaan alat suntik yang steril dan memberikan informasi tentang cara membersihkan alat suntik yang terkontaminasi.
Tes HIV
Tes HIV merupakan cara yang efektif untuk mendiagnosis HIV pada awal infeksi. Tes HIV dapat dilakukan secara mandiri di rumah atau di fasilitas kesehatan yang terpercaya. Pemerintah dapat mengadakan kampanye tes HIV gratis dan memberikan informasi mengenai tempat yang menyediakan tes HIV yang aman dan terpercaya.
Pengobatan ARV
Pengobatan ARV dapat membantu mencegah penyebaran HIV dari orang yang terinfeksi ke orang lain. Ini karena ARV dapat menurunkan tingkat virus HIV dalam darah, sehingga dapat mencegah penularan ke pasangan seksual. ARV juga dapat diberikan kepada ibu hamil untuk mencegah penularan HIV ke bayi selama persalinan.
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)
Penyebab dan Penularan AIDS
Gejala dan Tanda
- Demam yang tidak kunjung hilang
- Kehilangan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
- Batuk yang berkepanjangan
- Diare yang berkepanjangan
- Kelelahan yang tidak wajar
- Kulit kering dan gatal-gatal
- Nyeri sendi dan otot
- Kelenjar bengkak di leher, ketiak, atau panggul
ASUHAN KEPERAWATAN PADA HIV / AIDS
Pengkajian
- Riwayat kesehatan klien, termasuk gejala yang dialami, riwayat pengobatan, riwayat hubungan seksual, dan riwayat penggunaan narkoba.
- Pemeriksaan fisik klien, termasuk tanda-tanda vital, status nutrisi, dan penilaian kesehatan organ-organ penting seperti hati dan ginjal.
- Pengumpulan data psikososial, termasuk tingkat dukungan sosial, status mental, dan kemampuan klien dalam mengatasi stres.
Diagnosa Keperawatan
- Risiko Infeksi (SDKI - D.0142)
- Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (SDKI - D.0019)
- Risiko gangguan integritas kulit (SDKI - Sub Kategori: Keamanan dan Proteksi)
- Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (SDKI - D.0036 dan D.0037)
- Gangguan Pernapasan (SDKI - Sub Kategori: Respirasi)
Perencanaan
- Memberikan edukasi tentang cara mencegah penularan HIV/AIDS
- Menyediakan dukungan emosional dan psikososial
- Membantu klien dalam mencari sumber pengobatan dan perawatan yang tepat
- Memberikan nutrisi yang adekuat untuk meningkatkan kekuatan tubuh dan sistem imun
- Memantau tanda-tanda vital dan gejala penyakit HIV/AIDS
- Merencanakan intervensi untuk mencegah infeksi dan mengelola komplikasi kesehatan
Intervensi
- Kolaborasi dalam Memberikan obat antiretroviral (ARV) untuk menekan perkembangan virus HIV
- Kolaborasi dalam Memberikan obat-obatan untuk mengatasi gejala dan komplikasi kesehatan yang terkait dengan HIV/AIDS seperti infeksi oportunistik, anemia, dan gangguan saraf
Merawat luka atau infeksi kulit
- Memberikan dukungan nutrisi seperti suplemen vitamin dan mineral
- Mengelola cairan dan elektrolit dengan pemberian infus atau pemberian obat diuretik
- Memberikan dukungan emosional dan psikososial seperti konseling dan dukungan kelompok
Evaluasi
- Kemajuan kesehatan klien
- Respons klien terhadap pengobatan dan intervensi
- Keefektifan dari tindakan yang telah dilakukan
- Kebutuhan klien yang baru muncul
Referensi:
- World Health Organization. (2021). HIV/AIDS.
- Kementerian Kesehatan. (2022). Cegah HIV AIDS KEMENKES Perluas Akses Pencegahan pada Perempuan Anak dan Remaja.
- Centers for Disease Control and Prevention. (2021). HIV Basics.
- Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2016). Nursing diagnosis manual: planning, individualizing, and documenting client care. FA Davis.
- National Institute of Allergy and Infectious Diseases. (2018). Guidelines for the prevention and treatment of opportunistic infections in adults and adolescents with HIV: recommendations from the Centers for Disease Control and Prevention, the National Institutes of Health, and the HIV Medicine Association of the Infectious Diseases Society of America. Journal of the International Association of Providers of AIDS Care, 17, 2325958218792134.
- World Health Organization. (2016). Guidelines for managing advanced HIV disease and rapid initiation of antiretroviral therapy. WHO.

Tidak ada komentar: