D.0045 Inkontinensia Urin Refleks
Inkontinensia urin refleks adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan salah satu jenis inkontinensia urin yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Kondisi ini disebabkan oleh kerusakan pada saraf yang mengatur fungsi kandung kemih dan otot-otot yang terlibat dalam pengosongan kandung kemih.
Kondisi ini dapat terjadi pada orang dewasa maupun anak-anak dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti cedera tulang belakang, stroke, tumor otak, atau kelainan kongenital. Orang dengan inkontinensia urin refleks biasanya tidak merasakan sensasi kandung kemih yang penuh, sehingga kandung kemih bisa terisi secara berlebihan dan menyebabkan kebocoran urine.
Inkontinensia urin refleks dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang karena dapat menyebabkan rasa malu, kecemasan, dan isolasi sosial. Namun, dengan perawatan yang tepat, kondisi ini dapat dikelola dengan baik.
Perawatan untuk inkontinensia urin refleks dapat bervariasi tergantung pada penyebabnya. Beberapa cara pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan kateterisasi, yaitu memasukkan tabung kecil ke dalam uretra untuk mengosongkan kandung kemih secara teratur. Ini adalah cara yang efektif untuk menghindari kebocoran urine.
Selain itu, obat-obatan seperti antikolinergik dan botulinum toxin tipe A juga dapat membantu mengendalikan inkontinensia urin refleks dengan mengurangi kejang otot kandung kemih.
Latihan kandung kemih dan perubahan gaya hidup juga dapat membantu mengelola inkontinensia urin refleks. Latihan kandung kemih dapat membantu meningkatkan kapasitas kandung kemih dan mengurangi frekuensi buang air kecil. Perubahan gaya hidup seperti menghindari minuman yang memicu kandung kemih dan menjaga berat badan juga dapat membantu mengurangi kebocoran urine.
Selain itu, penting untuk melakukan perawatan kulit yang baik untuk menghindari infeksi atau iritasi pada kulit karena terkena urine yang terus menerus. Menggunakan produk perawatan kulit seperti krim pelindung kulit dan sering mengganti popok atau baju yang terkena urine juga dapat membantu menjaga kesehatan kulit.
Dalam hal ini, perawat memiliki peran yang sangat penting dalam membantu pasien mengelola kondisi ini. Perawat dapat memberikan dukungan emosional dan fisik, memberikan informasi dan edukasi tentang kondisi ini, membantu pasien merencanakan perawatan, serta memantau kemajuan pasien.
Dengan dukungan dan perawatan yang tepat, pasien dengan inkontinensia urin refleks dapat mengelola kondisi ini dengan baik dan meningkatkan kualitas hidup mereka.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
Definisi
Pengeluaran urin tidak terkendali pada saat volume kandung kemih tertentu tercapai
Penyebab
- Kerusakan konduksi impuls di atas arkus refleks: Merupakan kondisi dimana terjadi kerusakan pada saraf-saraf motorik dan sensorik yang mengatur fungsi refleks dalam tubuh, terutama di atas arkus refleks. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti trauma, infeksi, stroke, atau kelainan neurologis lainnya.
- Kerusakan jaringan (mis. Terapi radiasi): Merupakan kerusakan pada jaringan tubuh akibat paparan radiasi yang berlebihan, terutama dalam rangka pengobatan kanker. Radiasi yang diberikan untuk membunuh sel-sel kanker juga dapat merusak sel-sel sehat yang ada di sekitarnya, sehingga mempengaruhi fungsi jaringan tersebut. Kerusakan jaringan ini dapat menimbulkan berbagai gejala dan komplikasi yang perlu diatasi dengan perawatan yang tepat.
Gejala & Tanda Mayor:
| Subjektif | Objektif |
|
|
Gejala & Tanda Minor:
| Subjektif | Objektif |
|
|
Kondisi Klinis Terkait
- Cedera/tumor/infeksi medulla spinalis: Merupakan kondisi yang terjadi ketika terdapat kerusakan pada medulla spinalis, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti cedera fisik, tumor, atau infeksi. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan pada fungsi tubuh, tergantung pada area yang terkena.
- Cystitis: Merupakan infeksi pada kandung kemih yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Gejala cystitis dapat meliputi sering buang air kecil, rasa sakit atau terbakar saat buang air kecil, dan perasaan ingin buang air kecil terus-menerus.
- Pembedahan pelvis: Merupakan operasi yang dilakukan pada bagian pelvis atau panggul, baik itu untuk mengangkat organ yang rusak atau mengatasi kelainan yang ada di daerah tersebut.
- Sklerosis multipel: Merupakan kondisi neurologis kronis yang ditandai dengan kerusakan pada sel-sel saraf di otak dan sumsum tulang belakang. Gejala sklerosis multipel bisa bervariasi, tergantung pada area yang terkena, dan meliputi gangguan penglihatan, kesulitan berjalan, kelumpuhan, kelemahan, dan kesulitan berkonsentrasi.
- Kanker kandung kemih atau pelvis: Merupakan jenis kanker yang terjadi pada kandung kemih atau bagian pelvis lainnya, seperti uretra atau ureter. Gejala kanker kandung kemih atau pelvis dapat meliputi kesulitan buang air kecil, darah dalam urine, dan nyeri panggul atau perut.
- Penyakit Parkinson: Merupakan gangguan neurologis yang mempengaruhi gerakan tubuh dan disebabkan oleh kerusakan pada sel-sel saraf di otak. Gejala penyakit Parkinson bisa meliputi gemetar atau tremor, kekakuan otot, dan kesulitan dalam bergerak.
- Demensia: Merupakan kondisi yang ditandai dengan penurunan kemampuan mental, termasuk kesulitan dalam berpikir, mengingat, dan berbicara. Demensia dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti penyakit Alzheimer, stroke, atau infeksi pada otak.
Luaran Utama
Luaran Tambahan
Integritas Kulit dan Jaringan (L.14125)
Perawatan Diri (L.11103)
Status Kognitif (L.09086)
Status Neurologis (L.06053)
Tingkat Pengetahuan (L.12111)
Intervensi Utama
Perawatan Inkontinensia Urine (I.04163)
Intervensi Pendukung
Latihan Berkemih (I.04149)
Latihan Otot Panggul (I.07215)
Manajemen Cairan (I.03098)
Manajemen Eliminasi Urine (I.04152)
Manajemen Inkontinensia Urine (I.04154)
Pemberian Obat Oral (I.03128)
Perawatan Kateter Urine (I.04164)
Perawatan Perineum (I.07226)
Perawatan Retensi Urine (I.04165)
Referensi:
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.

Tidak ada komentar: