SDKI - D.0013 Risiko Perfusi Gastrointestinal Tidak Efektif

DAFTAR ISI:


PENGETAHUAN UMUM

Risiko Perfusi Gastrointestinal Tidak Efektif adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan suatu kondisi di mana pasokan darah ke saluran pencernaan dan organ terkait kemungkinan akan terganggu. Risiko perfusi gastrointestinal tidak efektif dapat terjadi pada individu yang menderita berbagai kondisi medis seperti trauma, sepsis, infeksi, penyakit jantung, dan kondisi yang mempengaruhi sirkulasi darah.

Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya perfusi gastrointestinal tidak efektif meliputi:

  • Gangguan sirkulasi darah: kondisi medis seperti hipertensi, penyakit jantung, atau aterosklerosis dapat mempengaruhi sirkulasi darah ke organ pencernaan.
  • Infeksi: Sepsis atau infeksi yang menyebar ke dalam sistem peredaran darah dapat menyebabkan perfusi gastrointestinal tidak efektif.
  • Perdarahan gastrointestinal: Pendarahan yang terjadi pada saluran pencernaan dapat mengganggu pasokan darah ke organ pencernaan.
  • Obstruksi: Adanya obstruksi pada saluran pencernaan, seperti tumor atau batu, dapat menyebabkan perfusi tidak efektif pada organ pencernaan.
  • Dehidrasi: Kekurangan cairan dalam tubuh dapat menyebabkan darah menjadi lebih kental, sehingga dapat menghambat aliran darah ke organ pencernaan.

Perfusi gastrointestinal tidak efektif dapat memiliki dampak yang serius pada kesehatan pasien. Beberapa gejala yang dapat terjadi ketika pasokan darah ke organ pencernaan terganggu termasuk mual, muntah, nyeri perut, diare, dan konstipasi. Kondisi ini juga dapat menyebabkan kerusakan pada organ pencernaan dan meningkatkan risiko infeksi.

Untuk mengatasi risiko perfusi gastrointestinal tidak efektif, perawatan medis yang tepat harus diberikan sesegera mungkin. Terapi dapat meliputi pemberian cairan intravena untuk mengatasi dehidrasi dan memperbaiki sirkulasi darah, pemberian obat untuk membantu memperbaiki sirkulasi darah, atau bahkan intervensi bedah untuk menghilangkan obstruksi pada saluran pencernaan.

Selain terapi medis, langkah-langkah pencegahan juga dapat dilakukan untuk mengurangi risiko perfusi gastrointestinal tidak efektif, seperti menghindari konsumsi makanan yang berisiko tinggi menyebabkan penyumbatan pada saluran pencernaan, menjaga kesehatan secara umum dengan pola makan yang seimbang, dan melakukan olahraga secara teratur.

Dalam kesimpulan, risiko perfusi gastrointestinal tidak efektif dapat terjadi pada individu yang menderita berbagai kondisi medis. Untuk mencegah atau mengatasi kondisi ini, perawatan medis yang tepat harus diberikan sesegera mungkin dan langkah-langkah pencegahan juga dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya kondisi ini. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan gejala dan faktor risiko yang terkait dengan perfusi gastrointestinal tidak efektif, serta berkonsultasi dengan dokter Jika Anda mengalami gejala perfusi gastrointestinal tidak efektif, seperti mual, muntah, nyeri perut, diare, atau konstipasi, segera berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan melakukan evaluasi medis untuk menentukan penyebab kondisi ini dan menentukan rencana pengobatan yang tepat.

Jika kondisi ini disebabkan oleh penyakit atau kondisi medis yang mendasar, dokter akan meresepkan obat atau terapi lainnya untuk mengobati kondisi tersebut. Jika kondisi ini disebabkan oleh dehidrasi, dokter akan memberikan cairan intravena untuk mengatasi kekurangan cairan dalam tubuh.

Selain itu, jika kondisi ini disebabkan oleh obstruksi pada saluran pencernaan, dokter mungkin akan merekomendasikan tindakan bedah untuk menghilangkan obstruksi. Selain itu, dokter juga dapat memberikan saran untuk menjaga kesehatan secara umum, seperti menghindari makanan berlemak atau makanan yang sulit dicerna dan menjaga hidrasi yang cukup.

Penting untuk mengikuti rencana pengobatan yang direkomendasikan oleh dokter dan melakukan tindakan pencegahan yang tepat untuk menghindari risiko perfusi gastrointestinal tidak efektif. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika mengalami gejala atau memiliki faktor risiko yang terkait dengan kondisi ini. Hal ini dapat membantu mencegah terjadinya komplikasi yang lebih serius pada kesehatan Anda.

SDKI  (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)

Definisi

Berisiko mengalami penurunan sirkulasi gastrointestina

Faktor Risiko

  • Perdarahan gastrointestinal akut: kondisi darurat medis yang terjadi ketika terjadi perdarahan pada saluran pencernaan, termasuk mulut, kerongkongan, lambung, usus kecil, atau usus besar.
  • Trauma abdomen: cedera atau luka pada daerah abdomen yang dapat mempengaruhi organ-organ penting di dalamnya, seperti hati, usus, ginjal, atau limpa.
  • Sindrom kompartemen abdomen: kondisi medis serius yang terjadi ketika tekanan meningkat secara signifikan di dalam rongga perut, yang dapat menyebabkan kerusakan organ dan bahkan kegagalan organ.
  • Aneurisma aorta abdomen: pelebaran abnormal pada aorta di daerah abdomen, yang dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah dan kondisi medis yang mengancam jiwa.
  • Varises gastroesofagus: kondisi di mana terjadi pembengkakan dan peregangan pembuluh darah pada lambung atau esofagus.
  • Penurunan kinerja ventrikel kiri: kondisi di mana ventrikel kiri jantung tidak berfungsi dengan baik, yang dapat menyebabkan kelelahan, sesak napas, dan kondisi medis serius lainnya.
  • Koagulopati: kondisi medis di mana darah tidak dapat membeku dengan baik, yang dapat menyebabkan perdarahan yang berat dan bahkan berbahaya.
  • Penurunan konsentrasi hemoglobin: kondisi di mana kadar hemoglobin dalam darah lebih rendah dari normal, yang dapat menyebabkan kelelahan, sesak napas, dan kondisi medis lainnya.
  • Keabnormalan masa protrombin dan atau masa tromboplastin parsial: kondisi medis di mana waktu pembekuan darah terlalu lama atau terlalu pendek, yang dapat menyebabkan perdarahan atau pembekuan yang tidak diinginkan.
  • Disfungsi hati: kondisi medis di mana hati tidak berfungsi dengan baik, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan serius seperti sirosis atau hepatitis.
  • Disfungsi ginjal: kondisi medis di mana ginjal tidak berfungsi dengan baik, yang dapat menyebabkan gagal ginjal dan kondisi medis serius lainnya.
  • Disfungsi gastrointestinal: kondisi medis di mana saluran pencernaan tidak berfungsi dengan baik, yang dapat menyebabkan masalah seperti ulkus atau pankreatitis.
  • Hiperglikemik: kondisi medis di mana kadar gula darah terlalu tinggi, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan serius seperti diabetes.
  • Ketidakstabilan hemodinamik: kondisi medis di mana sirkulasi darah tidak stabil, yang dapat menyebabkan kegagalan organ dan bahkan kematian.
  • Efek agen farmakologis: dampak yang dihasilkan oleh obat atau agen farmakologis tertentu pada tubuh manusia.
  • Usia >60 tahun: faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan terjadinya masalah kesehatan tertentu pada orang yang lebih tua dari 60 tahun.
  • Efek samping tindakan: dampak yang dihasilkan oleh tindakan medis tertentu, seperti pembedahan lambung, cardiopulmonary bypass, atau anestesi. Efek samping tindakan dapat mencakup rasa sakit, perdarahan, infeksi, dan masalah kesehatan lainnya. Pembedahan lambung dapat menyebabkan komplikasi seperti perdarahan, infeksi, dan kebocoran pada jahitan operasi. Cardiopulmonary bypass, prosedur yang digunakan selama operasi jantung, dapat menyebabkan masalah seperti stroke, kerusakan ginjal, dan masalah sirkulasi darah. Anestesi dapat menyebabkan efek samping seperti mual, muntah, pusing, dan reaksi alergi. Dalam beberapa kasus, efek samping tindakan medis dapat serius dan mengancam jiwa, sehingga penting untuk mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat dan mengelola risiko secara efektif untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya efek samping tersebut.

Kondisi Klinis Terkait

  • Varises gastroesofagus adalah kondisi di mana pembuluh darah di dinding esofagus dan perut mengalami pelebaran dan mengalami kerusakan. Kondisi ini sering terjadi pada pasien dengan sirosis hepatis.
  • Aneurisma aorta abdomen adalah kondisi di mana dinding aorta di perut mengalami pelebaran yang berbahaya dan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah.
  • Diabetes melitus adalah penyakit yang terjadi ketika kadar gula darah dalam tubuh tidak terkendali karena kekurangan atau resistensi insulin.
  • Sirosis hepatis adalah kondisi di mana hati mengalami kerusakan dan membentuk jaringan parut yang tidak dapat diubah lagi.
  • Perdarahan gastrointestinal akut adalah kehilangan darah secara tiba-tiba yang terjadi di saluran pencernaan dan dapat menyebabkan muntah darah, tinja hitam, dan penurunan tekanan darah.
  • Gagal jantung kongestif adalah kondisi di mana jantung tidak dapat memompa darah dengan efektif dan dapat menyebabkan penumpukan cairan di paru-paru.
  • Koagulasi intravaskuler diseminata adalah kondisi di mana pembekuan darah terjadi di seluruh tubuh, yang dapat menyebabkan perdarahan dan gagal organ.
  • Ulkus duodenum atau ulkus lambung adalah luka yang terbentuk pada lapisan dalam dinding lambung atau duodenum.
  • Kolitis iskemik adalah kondisi di mana usus besar mengalami kerusakan karena suplai darah yang buruk ke area tersebut.
  • Pankreatitis iskemik adalah kondisi di mana pankreas mengalami kerusakan karena suplai darah yang buruk ke organ tersebut.
  • Ginjal polikistik adalah kondisi di mana banyak kista terbentuk pada ginjal, menyebabkan kerusakan organ yang progresif.
  • Stenosis arteri ginjal adalah penyempitan arteri ginjal yang mengganggu aliran darah ke ginjal dan dapat menyebabkan gagal ginjal.
  • Gagal ginjal adalah kondisi di mana ginjal tidak dapat membuang limbah tubuh secara efektif.
  • Sindroma kompartemen abdomen adalah kondisi di mana tekanan dalam rongga perut meningkat dan dapat menyebabkan kerusakan pada organ-organ di dalamnya.
  • Trauma abdomen adalah kerusakan pada organ atau jaringan di rongga perut akibat cedera fisik.
  • Anemia adalah kondisi di mana kadar hemoglobin dalam darah lebih rendah dari normal, yang dapat menyebabkan kelelahan dan sesak napas.
  • Pembedahan jantung adalah prosedur operasi yang dilakukan pada jantung untuk memperbaiki kelainan pada organ tersebut.

SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)

Luaran Utama
  • Perfusi Gastrointestinal (L.02010)

Luaran Tambahan
  • Curah Jantung (L.02008)
  • Kontrol Risiko (L.14128)
  • Fungsi Gastrointestinal (L.03019)
  • Status Sirkulasi (L.02016)
  • Tingkat Perdarahan (L.02017)

SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)

Intervensi Utama
  • Manajemen Perdarahan (I.02040)
  • Konseling Nutrisi (I.03094)

Intervensi Pendukung
  • Edukasi Berhenti Merokok (I.12366)
  • Edukasi Diet (I.12369)
  • Edukasi Nutrisi (I.12395)
  • Edukasi Program Pengobatan (I.12441)
  • Insersi Intravena (I.02030)
  • Manajemen Alat Pacu Jantung Permanen (I.02032)
  • Manajemen Alat Pacu Jantung Sementara (I.02033)
  • Manajemen Cairan (I.03098)
  • Manajemen Hiperglikemia (I.03115)
  • Manajemen Nutrisi (I.03119)
  • Manajemen Trombolitik (I.02055)
  • Pemantauan Hemodinamik Invasif (I.02058)
  • Pemantauan Tanda Vital (I.02060)
  • Pemberian Obat (I.02062)
  • Pemberian Obat Intravena (I.02065)
  • Pencegahan Perdarahan (I.02067)
  • Perawatan Area Insisi (I.14558)
  • Perawatan Jantung (I.02075)
  • Perawatan Jantung Akut (I.02076)
  • Perawatan Selang Gastrointestinal (I.03133)
  • Perawatan Sirkulasi (I.14570)
  • Terapi Intravena (I.02086)

Referensi:
PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
SDKI - D.0013 Risiko Perfusi Gastrointestinal Tidak Efektif Reviewed by Nursing University on 11:15:00 PM Rating: 5

Tidak ada komentar:

All Rights Reserved by GMK.MY.ID © 2023
Powered By Blogger

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.