SDKI - D.0016. Risiko Perfusi Renal Tidak Efektif

DAFTAR ISI:


PENGETAHUAN UMUM

Perfusi renal yang tidak efektif dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius dan bahkan mengancam nyawa. Perfusi renal adalah istilah yang merujuk pada pasokan darah yang memasok oksigen dan nutrisi ke ginjal. Ketidakmampuan untuk memperbaiki perfusi renal dapat mengganggu fungsi ginjal dan menyebabkan masalah kesehatan yang serius.

Ginjal adalah organ vital dalam tubuh manusia yang memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, dan keseimbangan asam-basa dalam tubuh. Selain itu, ginjal juga berperan dalam mengeluarkan limbah dan racun dari tubuh. Oleh karena itu, kesehatan ginjal harus dipertahankan agar tubuh dapat berfungsi dengan baik.


Perfusi renal yang tidak efektif dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Penyebab umum termasuk gangguan sirkulasi darah yang dapat disebabkan oleh aterosklerosis, hipertensi, atau diabetes melitus. Selain itu, cedera fisik pada ginjal atau penyakit ginjal yang mendasar juga dapat menjadi faktor penyebab yang signifikan.


Gejala yang dapat terjadi pada seseorang dengan perfusi renal yang tidak efektif meliputi tekanan darah tinggi, sakit punggung, dan sakit kepala. Pasien juga dapat mengalami pembengkakan pada kaki dan wajah, mudah lelah, dan kebingungan. Jika tidak diobati, kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan permanen pada ginjal dan bahkan gagal ginjal.

Untuk mencegah risiko perfusi renal yang tidak efektif, seseorang harus mengadopsi gaya hidup yang sehat, seperti mengonsumsi makanan yang sehat, melakukan olahraga secara teratur, dan menghindari kebiasaan merokok atau minum alkohol. Selain itu, penting juga untuk mengelola kondisi kesehatan yang sudah ada, seperti diabetes, hipertensi, atau penyakit ginjal, dengan cara mengikuti pengobatan yang telah diresepkan oleh dokter.

Jika seseorang mengalami gejala yang mengindikasikan risiko perfusi renal yang tidak efektif, seperti tekanan darah tinggi atau sakit punggung, segera konsultasikan dengan perawat. Perawat akan melakukan pemeriksaan untuk mengetahui penyebab masalah tersebut dan memberikan asuhan keperawatan yang sesuai.

Pada kasus yang lebih serius, perawat mungkin akan merekomendasikan klien untuk ke pelayanan kesehatan dan mendapatkan tindakan medis, seperti pembedahan atau terapi farmakologi, untuk membantu memperbaiki sirkulasi darah ke ginjal. Namun, dalam kebanyakan kasus, risiko perfusi renal yang tidak efektif dapat dihindari dengan menjaga gaya hidup sehat dan mengelola kondisi kesehatan dengan baik.

Perfusi renal yang tidak efektif dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan yang serius. Untuk mencegah risiko ini, penting untuk menjaga kesehatan ginjal dan pembuluh darah, mengelola kondisi ksehatan yang mendasari, serta mengikuti pengobatan yang telah diresepkan oleh dokter. Selain itu, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu meningkatkan perfusi renal yang efektif, antara lain:


Mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi
Makanan yang sehat dan bergizi, seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan ikan, dapat membantu menjaga kesehatan ginjal dan pembuluh darah. Hindari mengonsumsi makanan yang tinggi garam, lemak jenuh, dan kolesterol tinggi karena dapat meningkatkan tekanan darah dan memperburuk risiko perfusi renal yang tidak efektif.


Menghindari merokok dan minum alkohol
Merokok dan minum alkohol dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan risiko tekanan darah tinggi dan aterosklerosis, yang dapat mengganggu perfusi renal.


Menjaga tekanan darah dan gula darah dalam rentang normal
Hipertensi dan diabetes melitus dapat meningkatkan risiko perfusi renal yang tidak efektif. Oleh karena itu, penting untuk menjaga tekanan darah dan gula darah dalam rentang normal dengan mengikuti pengobatan yang telah diresepkan oleh dokter.


Berolahraga secara teratur
Olahraga secara teratur dapat membantu meningkatkan sirkulasi darah ke ginjal dan memperbaiki perfusi renal. Pilihlah olahraga yang sesuai dengan kondisi kesehatan Anda dan konsultasikan dengan dokter terlebih dahulu sebelum memulai program olahraga.


Menjaga berat badan yang sehat
Kegemukan dapat meningkatkan risiko hipertensi dan diabetes melitus, yang dapat memperburuk perfusi renal yang tidak efektif. Oleh karena itu, menjaga berat badan yang sehat sangat penting dalam menjaga kesehatan ginjal dan pembuluh darah.


Perfusi renal yang tidak efektif dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius dan bahkan mengancam nyawa. Oleh karena itu, penting untuk menjaga kesehatan ginjal dan pembuluh darah, mengelola kondisi kesehatan yang mendasari, serta mengikuti pengobatan yang telah diresepkan oleh dokter. Dengan menerapkan gaya hidup yang sehat dan mengikuti saran dokter, risiko perfusi renal yang tidak efektif dapat diminimalkan dan kesehatan ginjal dapat dipertahankan.


Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)


Intervensi dapat disesuaikan dengan Kondisi di Lapangan


Definisi

Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke ginjal


Faktor Risiko

  1. Kekurangan volume cairan: Kondisi ketika tubuh kekurangan cairan yang dibutuhkan untuk menjaga fungsi tubuh yang normal.
  2. Embolisme vaskuler: Kondisi ketika terdapat bekuan darah atau material lain yang tersumbat dalam pembuluh darah dan mengganggu aliran darah.
  3. Vaskulitis: Kondisi peradangan pada dinding pembuluh darah yang dapat memengaruhi sirkulasi darah ke berbagai organ tubuh.
  4. Hipertensi: Kondisi kenaikan tekanan darah yang berkelanjutan pada arteri dan dapat memengaruhi kesehatan jantung dan pembuluh darah.
  5. Disfungsi ginjal: Kondisi ketika ginjal tidak berfungsi dengan baik dan tidak dapat membuang limbah dari tubuh secara efektif.
  6. Hiperglikemia: Kondisi ketika kadar gula dalam darah terlalu tinggi dan dapat memengaruhi fungsi organ tubuh yang lainnya.
  7. Keganasan: Kondisi ketika sel-sel tubuh berkembang secara abnormal dan tidak terkontrol, dapat menginvasi jaringan dan organ tubuh.
  8. Pembedahan jantung: Prosedur operasi yang dilakukan pada jantung untuk mengobati berbagai jenis penyakit jantung.
  9. Bypass kardiopulmonal: Prosedur operasi yang dilakukan untuk mengalihkan aliran darah dari jantung ke mesin bypass sehingga memungkinkan dokter untuk melakukan prosedur operasi pada jantung.
  10. Hipoksemia: Kondisi ketika kadar oksigen dalam darah rendah dan dapat memengaruhi fungsi organ tubuh yang lainnya.
  11. Hipoksia: Kondisi ketika organ tubuh tidak mendapatkan pasokan oksigen yang cukup.
  12. Asidosis metabolik: Kondisi ketika pH darah turun akibat penumpukan asam yang tidak teratasi dalam tubuh.
  13. Trauma: Cedera fisik yang disebabkan oleh kecelakaan atau benturan yang dapat memengaruhi fungsi organ tubuh yang lainnya.
  14. Sindrom kompartemen abdomen: Kondisi ketika tekanan dalam rongga perut meningkat secara signifikan dan dapat mengganggu fungsi organ tubuh yang terdapat di dalam rongga perut.
  15. Luka bakar: Cedera pada kulit dan jaringan tubuh yang disebabkan oleh panas, bahan kimia atau radiasi.
  16. Sepsis: Kondisi ketika infeksi menyebar ke seluruh tubuh dan dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan organ tubuh yang serius.
  17. Sindrom respon inflamasi sistemik: Kondisi ketika sistem kekebalan tubuh merespons infeksi atau cedera dengan cara yang berlebihan dan dapat memicu peradangan dan kerusakan organ tubuh yang serius.
  18. Lanjut usia: Masa hidup seseorang yang telah melewati usia 65 tahun atau lebih.
  19. Merokok: Kebiasaan merokok yang dapat memengaruhi kesehatan paru-paru, jantung, pembuluh darah dan organ tubuh yang lainnya.
  20. Penyalahgunaan zat: Penggunaan zat-zat terlarang atau obat-obatan tertentu dengan dosis atau cara yang tidak sesuai dengan yang direkomendasikan oleh dokter dan dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental.

Kondisi Klinis Terkait

  1. Diabetes melitus: Kondisi medis kronis yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi dalam jangka waktu lama, yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh seperti ginjal, saraf, dan mata.
  2. Hipertensi: Kondisi medis di mana tekanan darah arteri meningkat secara terus-menerus, yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh seperti jantung, ginjal, dan otak.
  3. Aterosklerosis: Penumpukan plak pada dinding arteri yang dapat menyebabkan penyumbatan dan menurunkan aliran darah ke organ tubuh, yang dapat menyebabkan penyakit jantung, stroke, dan gangguan sirkulasi perifer.
  4. Syok: Kondisi medis akut yang terjadi ketika aliran darah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh, yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh dan bahkan kematian.
  5. Keganasan: Kondisi medis di mana sel-sel tubuh tumbuh dan berkembang secara tidak terkendali, yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh dan bahkan kematian.
  6. Luka bakar: Cedera kulit yang disebabkan oleh paparan panas, benda padat, radiasi, atau bahan kimia yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan risiko infeksi.
  7. Pembedahan jantung: Prosedur bedah untuk memperbaiki atau mengganti bagian jantung yang rusak atau tidak berfungsi dengan baik.
  8. Penyakit ginjal: Kondisi medis yang mempengaruhi fungsi ginjal, seperti ginjal polikistik, stenosis arteri ginjal, gagal ginjal, glomerulonefritis, nefritis interstisial, nekrosis kortikal bilateral, dan polinefritis.
  9. Trauma: Cedera fisik yang disebabkan oleh kecelakaan atau kekerasan, yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh, pendarahan, atau bahkan kematian.


SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)

Luaran Utama

Perfusi Renal (L.02013)


Luaran Tambahan

Keseimbangan Asam Basa (L.02009)
Kontrol Risiko (L.14128)
Status Cairan (L.03208)
Status Sirkulasi (L.02016)
Tingkat Infeksi (L.14137)
Tingkat Perdarahan (L.02017)


SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)

Intervensi Utama

Pencegahan Syok (I.02068)
Manajemen Perdarahan (I.02040)


Intervensi Pendukung

Dukungan Berhenti Merokok. (I.01001)
Edukasi Berhenti Merokok (I.12366)
Edukasi Diet (I.12369)
Edukasi Kemoterapi (I. 12382)
Edukasi Proses Penyakit (I.12444)
Edukasi Program Pengobatan (I.12441)
Manajemen Asam Basa: Alkalosis Metabolik (I.03096)
Manajemen Asam Basa Asidosis Metabolik (I.03096)
Manajemen Cairan (I.03098)
Manajemen Hipovolemia (I.03116)
Manajemen Kemoterapi (I.14511)
Manajemen Medikasi (I.14517)
Manajemen Penyalahgunaan Zat (I.09291)
Manajemen Syok (I.02048)
Manajemen Trombolitik (I.02055)
Pemantauan Hemodinamik Invasif (I.02058)
Pemantauan Tanda Vital (I.02060)
Pemberian Obat (I.02062)
Pemberian Obat Intravena (I.02065)
Pemberian Obat Oral (I.03128)
Pencegahan Emboli (I.02066)
Pengontrolan Infeksi (I.14451)
Perawatan Emboli Perifer (I.02074)
Surveilans (I.14582)
Terapi Oksigen (I.01026)

Referensi:

  • PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
  • PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
  • PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
SDKI - D.0016. Risiko Perfusi Renal Tidak Efektif Reviewed by Nursing University on 5:43:00 PM Rating: 5

Tidak ada komentar:

All Rights Reserved by GMK.MY.ID © 2023
Powered By Blogger

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.