SDKI - D.0024 Ikterik Neonatus
Pengetahuan Umum
Ikterus neonatus, juga dikenal sebagai kuning pada bayi baru lahir, adalah kondisi di mana kulit dan mata bayi tampak kuning akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Kondisi ini umum terjadi pada bayi yang baru lahir dan sebagian besar berlalu dengan sendirinya tanpa perlu pengobatan khusus. Namun, dalam kasus yang lebih serius, ikterus neonatus dapat menjadi ancaman bagi kesehatan bayi dan memerlukan penanganan medis yang lebih intensif.
Penyebab Ikterus Neonatus
Ketika sel-sel darah merah di dalam tubuh bayi hancur, mereka melepaskan zat kimia yang disebut bilirubin. Biasanya, bilirubin ini dipecah dan dikeluarkan dari tubuh melalui feses. Namun, pada bayi baru lahir, organ hati yang belum sepenuhnya berkembang mungkin tidak dapat memproses bilirubin dengan cukup cepat, sehingga menyebabkan peningkatan kadar bilirubin dalam darah dan timbulnya ikterus neonatus.
Faktor Risiko Ikterus Neonatus
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko ikterus neonatus antara lain:
- Bayi lahir prematur atau memiliki berat badan rendah
- Bayi memiliki jenis darah yang berbeda dengan ibunya
- Bayi mengalami stres saat lahir, misalnya melalui proses persalinan yang sulit atau terlalu lama
- Bayi lahir dengan infeksi atau masalah kesehatan lainnya
- Ibu memiliki riwayat ikterus neonatus pada bayi sebelumnya
Gejala Ikterus Neonatus
Gejala ikterus neonatus yang paling umum adalah kulit dan mata bayi yang tampak kuning. Pada beberapa kasus, bayi juga dapat mengalami kelelahan, kurang aktif, dan sulit menyusu. Jika kadar bilirubin sangat tinggi, bayi dapat mengalami gejala yang lebih serius seperti masalah pernapasan, kejang, dan koma.
Diagnosis dan Pengobatan Ikterus Neonatus
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada bayi dan memeriksa kadar bilirubin dalam darah. Jika kadar bilirubin tinggi, dokter akan melakukan pengobatan untuk mengurangi kadar bilirubin dalam darah. Pengobatan yang umum dilakukan adalah dengan cara fototerapi, yaitu memaparkan bayi pada cahaya biru khusus yang dapat membantu mengubah bilirubin menjadi zat yang lebih mudah dihilangkan dari tubuh. Jika kadar bilirubin sangat tinggi, dokter mungkin akan merujuk bayi untuk menjalani pengobatan lain yang lebih intensif.
Pencegahan Ikterus Neonatus
Beberapa langkah pencegahan ikterus neonatus yang dapat dilakukan antara lain:
- Memastikan bayi cukup mendapatkan ASI atau susu formula untuk membantu membersihkan bilirubin dari tubuh
- Memantau kadar bilirubin dalam darah bayi secara teratur
- Melakukan tindakan pengobatan secepat mungkin jika kadar bilirubinsangat tinggi atau jika gejala-gejala serius muncul pada bayi
- Menjaga kesehatan ibu selama kehamilan dan persalinan
- Melakukan tes darah pada ibu dan bayi setelah kelahiran untuk memastikan kompatibilitas jenis darah
Selain itu, penting bagi orang tua untuk memahami tanda-tanda ikterus neonatus dan kapan harus menghubungi dokter. Orang tua juga harus memperhatikan jumlah ASI atau susu formula yang dikonsumsi oleh bayi serta memperhatikan jumlah buang air besar dan urine bayi. Jika ada tanda-tanda kekhawatiran, segera hubungi dokter.
Dalam kesimpulannya, ikterus neonatus adalah kondisi yang umum terjadi pada bayi baru lahir dan biasanya berlalu dengan sendirinya tanpa perlu pengobatan khusus. Namun, dalam kasus yang lebih serius, ikterus neonatus dapat menjadi ancaman bagi kesehatan bayi dan memerlukan penanganan medis yang lebih intensif. Orang tua perlu memahami tanda-tanda ikterus neonatus dan kapan harus menghubungi dokter serta melakukan tindakan pencegahan yang diperlukan untuk mengurangi risiko ikterus neonatus pada bayi mereka.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
Gunakan SLKI dan SIKI yang Sesuai dengan Kondisi Neonatus
Definisi
Kulit dan membran mukosa neonatus menguning setelah 24 jam kelahiran akibat bilirubin tidak tekonjugasi masuk kedalam sirkulasi
Penyebab
- Penurunan berat badan abnormal (> 7-8% pada bayi baru lahir yang menyusui ASI, >15% pada bayi cukup bulan)
- Pola makan tidak tetapkan dengan baik
- Kesulitasn transisi ke kehidupan ekstra uterin
- Usia kurang dari 7 hari
- Keterlambatan pengeluaran feses (mekonium)
Gejala & Tanda Mayor:
| Subjektif | Objektif |
|
|
Gejala & Tanda Minor:
| Subjektif | Objektif |
|
|
Kondisi Klinis Terkait
- Neonatus
- Bayi prematur
Luaran Utama
Luaran Tambahan
Berat Badan (L.03018)
Eliminasi Fekal (L.04033)
Organisasi Perilaku Bayi (L.05043)
Status Nutrisi Bayi (L.03031)
Intervensi Utama
Perawatan Bayi (I.10338)
Intervensi Pendukung
Insersi Intravena (I.02030)
Manajemen Spesimen Darah (I.02047)
Pemantauan Tanda Vital (I.02060)
Pemberian Obat (I.02062)
Pemberian Obat Intravena (I.02065)
Pemberian Obat Oral (I.03128)
Pengambilan Sampel Darah Vena (I.02070)
Perawatan Neonatus (I.03132)
Skrining Bayi Sebelum Pemulangan (I.10343)
Surveilans (I.14582)
Terapi Intravena (I.02086)
Referensi:
- American Academy of Pediatrics. (2016). Subcommittee on Hyperbilirubinemia. Management of Hyperbilirubinemia in the Newborn Infant 35 or More Weeks of Gestation. Pediatrics, 114(1), 297-316.
- Centers for Disease Control and Prevention. (2019). Jaundice in Healthy Newborns.
- National Institute of Child Health and Human Development. (2017). Jaundice in Newborns.
- PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
- PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
- PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.

Tidak ada komentar: