SDKI - D.0034 Risiko Hipovolemia

 

DAFTAR ISI:


PENGETAHUAN UMUM

Hipovolemia adalah kondisi ketika terjadi penurunan jumlah cairan dalam sirkulasi darah yang dapat menyebabkan gangguan pada fungsi organ tubuh. Cairan dalam tubuh sangat penting untuk menjaga keseimbangan dan fungsi normal organ-organ tubuh. Kondisi hipovolemia dapat terjadi akibat kehilangan cairan yang berlebihan, seperti pendarahan yang parah, diare, muntah, atau keringat berlebihan.

Risiko hipovolemia dapat terjadi pada berbagai kondisi kesehatan, seperti pada pasien dengan luka bakar, pasien yang menjalani operasi, pasien yang mengalami kecelakaan dan cedera yang berat, pasien yang mengalami dehidrasi, pasien dengan penyakit ginjal atau jantung, dan pasien yang mengalami shock.

Beberapa tanda dan gejala hipovolemia antara lain pusing, lemas, kulit kering dan pucat, denyut jantung cepat, tekanan darah rendah, dan produksi urine yang sedikit. Oleh karena itu, penting bagi perawat untuk memahami risiko hipovolemia dan melakukan tindakan pencegahan dan pengobatan yang tepat.

Tindakan pencegahan hipovolemia antara lain dengan memberikan cairan intravena atau oral, memantau intake dan output cairan, memantau tanda-tanda vital dan kondisi pasien, serta memberikan nutrisi yang adekuat. Jika terjadi hipovolemia, tindakan pengobatan yang dapat dilakukan meliputi pemberian cairan intravena, transfusi darah, atau tindakan medis yang sesuai dengan penyebab hipovolemia.

Beberapa faktor risiko hipovolemia dapat dihindari dengan melakukan pola hidup sehat, seperti menghindari dehidrasi dengan cukup minum air, menghindari luka dan cedera, dan menjaga kesehatan organ tubuh seperti jantung dan ginjal.

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)


"Perawat bukan hanya mengobati penyakit, tapi juga memberikan perhatian, kasih sayang, dan dukungan yang diperlukan oleh pasien." - Christine Belle



Definisi

"Beresiko mengalami penurunan volume cairan intravaskuler, interstisial, dan atau intaselular"

Faktor Risiko

  1. Kehilangan cairan secara aktif: Kondisi di mana cairan tubuh hilang secara aktif dari tubuh, misalnya melalui diare atau muntah yang berlebihan.
  2. Gangguan absorbsi cairan: Kondisi di mana tubuh tidak mampu menyerap cairan yang cukup dari makanan dan minuman yang dikonsumsi.
  3. Usia lanjut: Kondisi di mana tubuh cenderung mengalami dehidrasi lebih cepat karena berkurangnya kemampuan tubuh untuk menahan cairan.
  4. Kelebihan berat badan: Kondisi di mana seseorang memiliki berat badan yang berlebih dan kemungkinan lebih sedikit minum air karena tidak merasakan haus.
  5. Status hipermetabolik: Kondisi di mana tubuh memerlukan cairan lebih banyak dari biasanya karena meningkatnya metabolisme tubuh.
  6. Kegagalan mekanisme regulasi: Kondisi di mana tubuh tidak dapat mengatur keseimbangan cairan yang cukup di dalam tubuh.
  7. Evaporasi: Kondisi di mana cairan dalam tubuh hilang melalui proses penguapan, seperti berkeringat berlebihan.
  8. Kekurangan intake cairan: Kondisi di mana seseorang tidak cukup minum air atau mengonsumsi makanan yang mengandung cairan.
  9. Efek agen farmakologis: Kondisi di mana penggunaan obat-obatan tertentu dapat menyebabkan kehilangan cairan yang berlebihan, seperti diuretik atau obat pencahar.

Kondisi Klinis Terkait

  1. Penyakit Addison: Kondisi di mana kelenjar adrenal tidak dapat memproduksi hormon kortisol dan aldosteron yang cukup, sehingga menyebabkan tubuh kehilangan cairan secara berlebihan.
  2. Trauma/perdarahan: Kondisi di mana tubuh mengalami kehilangan cairan yang signifikan akibat dari cedera atau perdarahan internal atau eksternal.
  3. Luka bakar: Kondisi di mana terjadi kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh lainnya akibat paparan panas, radiasi, atau bahan kimia. Luka bakar dapat menyebabkan dehidrasi karena cairan tubuh hilang melalui kulit yang rusak.
  4. AIDS: Kondisi di mana sistem kekebalan tubuh terganggu dan menyebabkan seseorang lebih rentan terhadap infeksi. Beberapa infeksi terkait AIDS dapat menyebabkan diare atau muntah, yang dapat mengakibatkan dehidrasi.
  5. Penyakit Crohn: Kondisi di mana terjadi peradangan kronis pada saluran pencernaan, yang dapat menyebabkan diare dan kehilangan cairan yang berlebihan.
  6. Diare: Kondisi di mana terjadi buang air besar dengan tinja yang encer dan sering, yang dapat menyebabkan kehilangan cairan yang signifikan dalam waktu singkat.
  7. Kolitis ulseratif: Kondisi di mana terjadi peradangan pada lapisan dalam usus besar dan rektum, yang dapat menyebabkan diare dan kehilangan cairan yang berlebihan.

SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)

Luaran Utama

Status Cairan (L.03208)

Luaran Tambahan

Keseimbangan Cairan (L.03020)
Keseimbangan Elektrolit (L.03021)
Status Nutrisi (L.03030)

SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)

Intervensi Utama

Manajemen Hipovolemia (I.03116)
Pemantauan Cairan (I.03121)

Intervensi Pendukung

Edukasi Manajemen Demam (I.12390)
Edukasi Nutrisi Parenteral (I.12398)
Edukasi Pemberian Makanan Parenteral (I.12404)
Edukasi Perawatan Selang Drain (I.12431)
Identifikasi Risiko (I.14502)
Insersi Intravena (I.02030)
Insersi Selang Nasogastrik (I.03092)
Kateterisasi Urine (I.04147)
Manajemen Akses Vena Sentral (I.02031)
Manajemen Autotransfusi (I.02037)
Manajemen Cairan (I.03098)
Manajemen Demam (I.03099)
Manajemen Diare (I.03101)
Manajemen Elektrolit (I.03102)
Manajemen Elektrolit: Hipernatremia (I.03106)
Manajemen Hipertermia (I.15506)
Manajemen Medikasi (I.14517)
Manajemen Muntah (I.03118)
Manajemen Nutrisi (I.03119)
Manajemen Nutrisi Parenteral (I.03120)
Manajemen Perdarahan (I.02040)
Manajemen Perdarahan Akhir Masa Kehamilan (I.02041)
Manajemen Perdarahan Antepartum Dipertahankan (I.02042)
Manajemen Perdarahan Antepartum Tidak Dipertahankan (I.02043)
Manajemen Perdarahan Pervaginam (I.02044)
Manajemen Perdarahan Pervaginam Pascapersalinan (I.02045)
Manajemen Spesimen Darah (I.02047)
Pemantauan Elektrolit (I.03122)
Pemantauan Tanda Vital (I.02060)
Pemberian Makanan (I.03125)
Pemberian Makanan Parenteral (I.03127)
Pemberian Obat (I.02062)
Pemberian Obat Intravena (I.02065)
Pencegahan Infeksi (I.14539)
Pencegahan Perdarahan (I.02067)
Pencegahan Syok (I.02068)
Pengambilan Sampel Darah Arteri (I.02069)
Pengambilan Sampel Darah Vena (I.02070)
Perawatan Jantung Akut (I.02076)
Perawatan Kateter Sentral Perifer (I.02078)
Perawatan Luka (I.14564)
Perawatan Luka Bakar (I.14565)
Perawatan Selang Dada (I.01022)
Perawatan Selang Gastrointestinal (I.03133)
Promosi Berat Badan (I.03136)
Regulasi Temperatur (I.14578)
Resusitasi Cairan (I.03139)
Surveilans (I.14582)
Terapi Intravena (I.02086)
Transfusi Darah (I.02089)

Bahan Belajar:


  1. Ignatavicius, D. D., Workman, M. L., Rebar, C. R., & Heimgartner, N. M. (2017). Medical-Surgical Nursing-E-Book: Concepts for Interprofessional Collaborative Care. Elsevier Health Sciences.
  2. Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., Bucher, L., & Harding, M. (2017). Medical-surgical nursing: assessment and management of clinical problems. Elsevier Health Sciences.
  3. Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2019). Brunner & Suddarth's textbook of medical-surgical nursing. Wolters Kluwer.
  4. PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
  5. PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
  6. PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
SDKI - D.0034 Risiko Hipovolemia Reviewed by Nursing University on 7:53:00 PM Rating: 5

Tidak ada komentar:

All Rights Reserved by GMK.MY.ID © 2023
Powered By Blogger

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.