SDKI - D.0035 Risiko Ikterik Neonatus

 DAFTAR ISI:


    PENGETAHUAN UMUM

    Ikterik neonatus atau kuning pada bayi baru lahir adalah kondisi di mana bayi mengalami peningkatan kadar bilirubin dalam darah yang menyebabkan kulit dan bagian putih mata menjadi kuning. Ini terjadi karena sistem pencernaan bayi belum sepenuhnya matang dan belum dapat menghilangkan bilirubin dengan efektif. Ikterik neonatus dapat menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk kerusakan otak, jika tidak diobati.

    Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya ikterik neonatus antara lain adalah infeksi, kelahiran prematur, riwayat keluarga yang memiliki riwayat ikterik neonatus, atau kelainan pada sistem pencernaan bayi. Oleh karena itu, penting bagi para perawat untuk memahami risiko terjadinya ikterik neonatus pada bayi baru lahir dan bagaimana mengelolanya.

    Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya ikterik neonatus antara lain adalah memberikan ASI sejak awal kelahiran, memantau kadar bilirubin bayi secara teratur, dan memberikan fototerapi jika kadar bilirubin tinggi. Selain itu, perawat dapat melakukan pendidikan kepada orangtua untuk memantau tanda-tanda ikterik pada bayi mereka dan bagaimana cara mengelolanya.

    Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)

    "Perawat selalu menghadapi tantangan dan kesulitan dalam pekerjaannya, tapi mereka juga selalu menemukan cara untuk mengatasinya." - Anonymous


    Definisi


    Beresiko mengalami kulit dan membran mukosa neonatus menguning setelah 24 jam kelahiran akibat bilirubin tak terkonjugasi masuk kedalam sirkulasi

    Faktor Risiko

    1. Penurunan berat badan abnormal (>7-8% pada bayi baru lahir yang menyusui ASI, >15% pada bayi cukup bulan) adalah penurunan berat badan yang lebih besar dari yang diharapkan pada periode tertentu setelah lahir.
    2. Pola makan tidak ditetapkan dengan baik merujuk pada bayi yang memiliki kesulitan dalam pola makan, baik karena faktor fisik atau masalah lainnya.
    3. Kesulitan transisi ke kehidupan ekstra uterin terjadi ketika bayi baru lahir mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim ibu.
    4. Usia kurang dari 7 hari merujuk pada bayi yang berusia kurang dari 7 hari sejak lahir.
    5. Keterlambatan pengeluaran feses (mekonium) adalah ketidakmampuan bayi untuk mengeluarkan feses dalam waktu yang diharapkan setelah lahir.
    6. Prematuritas (<37 minggu) adalah kondisi di mana bayi lahir sebelum mencapai usia kehamilan 37 minggu.
    Kondisi-kondisi di atas dapat mempengaruhi kesehatan bayi dan memerlukan tindakan perawatan yang tepat. Perawat memainkan peran penting dalam memantau kesehatan bayi dan memberikan perawatan yang diperlukan untuk mengatasi kondisi-kondisi ini.

    Kondisi Klinis Terkait

    1. Neonatus merujuk pada bayi yang baru lahir atau berusia kurang dari 28 hari setelah lahir.
    2. Bayi Prematur adalah bayi yang lahir sebelum mencapai usia kehamilan 37 minggu. Bayi prematur berisiko mengalami berbagai komplikasi kesehatan, seperti gangguan pernapasan, infeksi, dan masalah pada sistem pencernaan. Perawatan yang tepat sangat penting bagi bayi prematur untuk membantu mereka bertumbuh dan berkembang dengan baik serta mencegah komplikasi yang lebih serius.

    SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)

    Luaran Utama

    Integritas Kulit dan Jaringan (L.14125)

    Luaran Tambahan

    Adaptasi Neonatus (L.10098)
    Berat Badan (L.03018)
    Eliminasi Fekal (L.04033)
    Organisasi Perilaku Bayi (L.05043)
    Status Nutrisi Bayi (L.03031)

    SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)

    Intervensi Utama

    Perawatan Bayi (I.10338)
    Perawatan Neonatus (I.03132)

    Intervensi Pendukung

    Fototerapi Neonatus (I.03091)
    Konseling Laktasi (I.03093)
    Manajemen Spesimen Darah (I.02047)
    Pemantauan Cairan (I.03121)
    Pemberian Makanan (I.03125)
    Pengambilan Sampel Darah Vena (I.02070)
    Perawatan Selang Umbilikal (I.14569)
    Skrining Bayi Sebelum Pemulangan (I.10343)
    Terapi Intravena (I.02086)


    Referensi:

    1. American Academy of Pediatrics Subcommittee on Hyperbilirubinemia. (2004). Management of hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation. Pediatrics, 114(1), 297–316.
    2. National Institute for Health and Care Excellence. (2016). Jaundice in newborn babies under 28 days: NICE guideline.
    3. PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
    4. PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
    5. PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
    SDKI - D.0035 Risiko Ikterik Neonatus Reviewed by Nursing University on 8:10:00 PM Rating: 5

    Tidak ada komentar:

    All Rights Reserved by GMK.MY.ID © 2023
    Powered By Blogger

    Formulir Kontak

    Nama

    Email *

    Pesan *

    Diberdayakan oleh Blogger.