SDKI - D.0040 Gangguan Eliminasi Urin
DAFTAR ISI:
PENGETAHUAN UMUM
Gangguan Eliminasi Urin adalah Masalah Keperawatan ketika seseorang mengalami kesulitan dalam membuang urine dari tubuh. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan pada saluran kemih, otot-otot dasar panggul yang lemah, atau efek samping dari obat-obatan. Gangguan eliminasi urin dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang dan memerlukan perawatan yang tepat agar dapat diatasi.
Terdapat beberapa jenis gangguan eliminasi urin, seperti retensi urin, inkontinensia urin, dan infeksi saluran kemih. Retensi urin terjadi ketika seseorang tidak dapat mengosongkan kandung kemih secara penuh, sedangkan inkontinensia urin terjadi ketika seseorang kehilangan kontrol atas pembuangan urine. Infeksi saluran kemih adalah kondisi di mana bakteri masuk ke saluran kemih dan menyebabkan infeksi.
Perawatan untuk gangguan eliminasi urin tergantung pada penyebabnya. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan eliminasi urin adalah:
- Terapi obat-obatan, seperti antibiotik untuk mengobati infeksi saluran kemih atau obat untuk memperkuat otot-otot dasar panggul.
- Pembedahan, terutama pada kasus-kasus yang lebih serius seperti obstruksi saluran kemih.
- Latihan kegel, yaitu serangkaian latihan untuk memperkuat otot-otot dasar panggul yang dapat membantu mengontrol pembuangan urine.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
"Tidak ada kekuatan yang lebih besar daripada kekuatan cinta dan kepedulian yang diberikan oleh seorang perawat kepada pasien mereka." - Anonymous
Definisi
Disfungsi eliminasi urin
Penyebab
- Penurunan kapasitas kandung kemih
- Iritasi kandung kemih
- Penurunan kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan kandung kemih
- Efek tindakan medis dan diagnostik (mis. operasi ginjal, operasi saluran kemih, anestesi, dan obat-obatan)
- Kelemahan otot pelvis
- Ketidakmampuan mengakses toilet (mis. imobilisasi)
- Hambatan lingkungan
- Ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan eliminasi
- Outlet kandung kemih tidak lengkap (mis. anomaly saluran kemih kongenital)
- Imaturitas (pada anak usia <3 tahun)
Gejala dan Tanda Mayor
| Subjektif | Objektif |
|
|
Gejala dan Tanda Minor
| Subjektif | Objektif |
|
|
Kondisi Klinis Terkait
Infeksi ginjal dan saluran kemih: Kondisi medis yang disebabkan oleh bakteri yang masuk ke dalam saluran kemih dan menyebabkan infeksi. Infeksi saluran kemih dapat memengaruhi kandung kemih, uretra, atau ginjal. - Hiperglikemi: Kondisi di mana kadar gula darah seseorang menjadi sangat tinggi. Kondisi ini biasanya terjadi pada orang yang menderita diabetes dan dapat menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan jika tidak diobati dengan baik.
- Trauma: Cedera atau luka yang disebabkan oleh kejadian yang merugikan tubuh, seperti kecelakaan, benturan, atau jatuh.
- Kanker: Kondisi di mana sel-sel abnormal tumbuh secara tidak terkendali dan dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya. Kanker dapat memengaruhi berbagai organ dan jaringan dalam tubuh.
- Cedera/tumor/infeksi medula spinalis: Kondisi medis yang mempengaruhi medula spinalis, yaitu jaringan saraf yang berfungsi sebagai penghubung antara otak dan bagian tubuh lainnya. Cedera, tumor, atau infeksi pada medula spinalis dapat menyebabkan berbagai gejala, seperti kelemahan atau kesemutan pada bagian tubuh tertentu.
- Neuropati diabetikum: Kondisi di mana saraf-saraf pada tubuh terganggu akibat komplikasi dari diabetes. Neuropati diabetikum dapat menyebabkan berbagai gejala, seperti kelemahan, kesemutan, atau rasa sakit pada bagian tubuh tertentu.
- Neuropati alkoholik: Kondisi di mana saraf-saraf pada tubuh terganggu akibat konsumsi alkohol yang berlebihan dalam jangka waktu yang lama. Neuropati alkoholik dapat menyebabkan berbagai gejala, seperti kelemahan, kesemutan, atau rasa sakit pada bagian tubuh tertentu.
- Stroke: Kondisi di mana pasokan darah ke otak terganggu akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak. Stroke dapat menyebabkan kerusakan permanen pada otak dan mempengaruhi berbagai fungsi tubuh.
- Parkinson: Kondisi neurodegeneratif yang mempengaruhi sistem saraf dan menyebabkan gejala seperti tremor, kekakuan otot, dan kesulitan dalam bergerak.
- Skeloris multipel: Kondisi autoimun di mana sistem kekebalan tubuh menyerang lapisan pelindung saraf di otak dan sumsum tulang belakang. Skeloris multipel dapat menyebabkan berbagai gejala, seperti kelemahan, kesemutan, dan kesulitan dalam bergerak.
- Obat alpha adrenergik: Kelas obat yang digunakan untuk mengobati berbagai kondisi medis, seperti hipertensi, prostatitis, dan gangguan fungsi ereksi. Obat alpha adrenergik bekerja dengan mengurangi kontraksi otot polos di sekitar pembuluh darah, sehingga dapat memperbesar pembuluh darah dan memperbaiki aliran darah ke bagian tubuh tertentu. Contoh obat alpha adrenergik termasuk prazosin, doxazosin, dan terazosin. Obat-obatan ini dapat menyebabkan beberapa efek samping seperti penurunan tekanan darah, sakit kepala, dan pusing, sehingga harus digunakan dengan hati-hati dan hanya di bawah pengawasan dokter.
Penting untuk dicatat bahwa penanganan berbagai kondisi kesehatan yang disebutkan di atas dapat bervariasi tergantung pada faktor-faktor individu dan tingkat keparahan kondisi. Oleh karena itu, konsultasi dengan dokter atau tenaga medis yang berkompeten sangat disarankan untuk menentukan diagnosa yang akurat dan rencana perawatan yang tepat.
Keterangan
Diagnosa ini masih bersifat umum untuk ditegakkan di klnik, sebaiknya penegakan diagnosis ini lebih spesifik pada inkontinensia atau retensi. Namun diagnosa ini dapat dipergunakan jika perawat belum berhasil mengidentifikasi faktor penyebab inkontinensia dan retensi urin.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
Luaran Utama
Luaran Tambahan
Kontrol Gejala (L.14127)
Status Neurologis (L.06053)
Tingkat Infeksi (L.14137)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Intervensi Utama
Manajemen Eliminasi Urine (I.04152)
Intervensi Pendukung
Edukasi Berat Badan Efektif (I.12365)
Edukasi Toilet Training (I.12458)
Irigasi Kandung Kemih (I.04145)
Kateterisasi Urine (I.04147)
Konsultasi (I.12461)
Latihan Otot Panggul (I.07215)
Manajemen Cairan (I.03098)
Manajemen Hemodialisis (I.03112)
Manajemen Nefrostomi (I.04156)
Manajemen Nyeri (I.08238)
Manajemen Propalsus Uteri (I.07219)
Pemantauan Cairan (I.03121)
Pemberian Obat Intravena (I.02065)
Pencegahan Infeksi (I.14539)
Pengontrolan Infeksi (I.14451)
Perawatan Inkontinensia Urine (I.04163)
Perawatan Kateter Urine (I.04164)
Perawatan Pasca Persalinan (I.07225)
Perawatan Perineum (I.07226)
Perawatan Retensi Urine (I.04165)
Perawatan Urostomi (I.04167)
Reduksi Ansietas (I.09134)
Sumber Bacaan Pendukung untuk Gangguan Eliminasi Urin:
PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Brink, C. A., & Wells, T. J. (2019). Urinary Incontinence in Women. American family physician, 99(9), 567–575.
SDKI - D.0040 Gangguan Eliminasi Urin
Reviewed by Nursing University
on
1:43:00 AM
Rating:

Tidak ada komentar: