SDKI - D.0041 Inkontinensia Fekal
DAFTAR ISI:
PENGETAHUAN UMUM
Inkontinensia Fekal adalah diagnosa keperawatan tentang ketidakmampuan untuk mengendalikan keluarnya tinja dari rektum, yang dapat menyebabkan kecemasan dan keterbatasan sosial bagi individu yang mengalaminya. Gangguan ini bisa terjadi pada semua kelompok umur, namun lebih sering terjadi pada orang yang lebih tua dan pada wanita.
Gejala
Gejala inkontinensia fekal meliputi keluarnya tinja secara tidak terduga, hilangnya sensasi buang air besar, dan sulitnya mengontrol volume atau frekuensi buang air besar. Pasien mungkin juga mengalami sensasi tidak nyaman di daerah anus atau perut, dan terkadang dapat menyebabkan kerusakan pada kulit di sekitar anus.
Penyebab
Inkontinensia fekal dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kerusakan saraf pada daerah panggul, kerusakan pada otot atau jaringan sekitarnya, atau gangguan sistem pencernaan. Beberapa faktor risiko termasuk usia, kegemukan, dan riwayat persalinan normal atau operasi panggul.
Tatalaksana
Tatalaksana inkontinensia fekal dapat meliputi modifikasi perilaku, seperti latihan otot panggul dan diet tinggi serat untuk meningkatkan konsistensi tinja, serta penggunaan produk perawatan kulit untuk mencegah iritasi di daerah anus. Pengobatan medis dapat meliputi penggunaan obat-obatan untuk mengurangi kontraksi otot usus dan rektum, atau bahkan operasi untuk memperbaiki kerusakan jaringan atau otot di daerah panggul.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
Dalam keadaan apapun, perawat memilih untuk tetap tegar dan terus memberikan layanan terbaik, karena pekerjaan yang mereka lakukan adalah panggilan hati yang mulia.
Definisi
Perubahan kebiasaan buang air besar dari pola normal yang ditandai dengan pengeluaran feses secara involunter (tidak disadari).
Penyebab
- Kerusakan susunan saraf motorik bawah: Kerusakan pada sistem saraf yang bertanggung jawab untuk mengontrol gerakan otot di bawah pinggang.
- Penurunan tonus otot: Kondisi di mana otot kehilangan kekuatan dan kemampuan untuk berkontraksi dengan baik.
- Gangguan kognitif: Gangguan pada kemampuan kognitif, seperti daya ingat, pemikiran, dan pemecahan masalah.
- Penyalahgunaan laksatif: Penggunaan obat pencahar secara berlebihan atau tidak sesuai indikasi medis yang dapat merusak fungsi usus.
- Kehilangan fungsi pengendalian sfingter rektum: Ketidakmampuan untuk mengendalikan keluarnya tinja dari rektum karena kelemahan pada otot sfingter.
- Pascaoperasi pullthrough dan penutupan kolosomi: Prosedur bedah yang dilakukan pada pasien dengan kondisi penyakit usus, seperti Hirschsprung atau kanker kolorektal.
- Ketidakmampuan mencapai kamar kecil: Ketidakmampuan untuk mencapai atau menggunakan kamar kecil untuk buang air kecil atau besar.
- Diare kronis: Diare yang terjadi dalam waktu yang lama atau berulang kali, dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti infeksi, intoleransi makanan, atau gangguan sistem pencernaan.
- Stress berlebihan: Kondisi di mana tubuh mengalami tekanan atau beban emosional yang berlebihan dan dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental seseorang.
Gejala dan Tanda Mayor
| Subjektif | Objektif |
|
|
Gejala dan Tanda Minor
| Subjektif | Objektif |
|
|
Kondisi Klinis Terkait
- Spina Bifida: Kelainan bawaan pada sistem saraf yang terjadi saat janin masih dalam kandungan, di mana tulang belakang dan sumsum tulang belakang tidak sepenuhnya tertutup, sehingga dapat mengakibatkan kerusakan pada saraf motorik dan sensorik, termasuk pada daerah panggul.
- Atresia Ani: Kelainan bawaan di mana anus tidak terbuka atau tidak berfungsi dengan baik, sehingga tinja tidak dapat dikeluarkan dari tubuh.
- Penyakit Hirschsprung: Penyakit yang terjadi akibat kelainan bawaan di mana sel-sel saraf di usus besar tidak berkembang dengan baik, sehingga mengganggu fungsi gerakan usus dan dapat menyebabkan sembelit atau inkontinensia fekal pada anak-anak.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
Luaran Utama
Luaran Tambahan
Fungsi Gastrointestinal (L.03019)
Perawatan Diri (L.11103)
Status Neurologis (L.06053)
Status Nutrisi (L.03030)
Tingkat Delirium (L.09095)
Tingkat Infeksi (L.14137)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Intervensi Utama
Perawatan Inkontinensia Fekal (I.04162)
Intervensi Pendukung
Dukungan Perawatan Diri: BAB/BAK (I.11349)
Edukasi Toilet Training (I.12458)
Manajemen Dimensia (I.09286)
Manajemen Diare (I.03101)
Manajemen Eliminasi Fekal (I.04151)
Manajemen Lingkungan (I.14514)
Manajemen Nutrisi (I.03119)
Manajemen Prolapsus Rektum (I.04157)
Pemberian Obat (I.02062)
Pemberian Obat Intravena (I.02065)
Pemberian Obat Oral (I.03128)
Pemberian Obat Rektal (I.04159)
Perawatan Perineum (I.07226)
Promosi Latihan Fisik (I.05183)
Rujukan ke Perawatan Enterostoma (I.04170)
Terapi Aktivitas (I.05186)
Bahan Belajar Tentang Luaran Inkontinensia Fekal
PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. - Whitehead WE, Borrud L, Goode PS, et al. Fecal incontinence in US adults: epidemiology and risk factors. Gastroenterology. 2009;137(2):512-517.
- Bharucha AE, Dunivan G, Goode PS, et al. Epidemiology, pathophysiology, and classification of fecal incontinence: state of the science summary for the National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK) workshop. Am J Gastroenterol. 2015;110(1):127-136.
SDKI - D.0041 Inkontinensia Fekal
Reviewed by Nursing University
on
9:25:00 AM
Rating:

Tidak ada komentar: