SDKI - D.0042 Inkontinensia Urin Berlanjut
DAFTAR ISI:
PENGETAHUAN UMUM
Inkontinensia Urin Berlanjut merupakan Diagnosa Keperawatan yang sering terjadi pada orang dewasa dan lansia. Inkontinensia urin berlanjut adalah ketidakmampuan untuk mengendalikan keluarnya urin dari kandung kemih secara spontan, sehingga dapat mengganggu kualitas hidup dan kesehatan pasien. Pasien yang mengalami inkontinensia urin berlanjut dapat mengalami peningkatan risiko infeksi saluran kemih, kelelahan fisik dan emosional, serta gangguan tidur.
Penanganan inkontinensia urin berlanjut dapat melibatkan beberapa strategi, seperti mengubah pola minum dan buang air kecil, melakukan latihan otot panggul, dan memakai alat bantu seperti pakaian dalam khusus dan kateterisasi. Perawat memegang peranan penting dalam memberikan edukasi dan dukungan kepada pasien serta keluarga dalam mengatasi masalah inkontinensia urin berlanjut.
Selain itu, perawat juga dapat melakukan intervensi seperti memantau volume urin yang keluar, memberikan obat-obatan yang dapat membantu mengurangi inkontinensia urin, serta melakukan tindakan pembedahan jika diperlukan. Dalam melakukan tindakan perawatan, perawat harus memperhatikan prinsip-prinsip keamanan dan privasi pasien.
Dalam penanganan inkontinensia urin berlanjut, penting untuk dilakukan kolaborasi antara perawat dengan dokter spesialis urologi atau dokter keluarga untuk memastikan penanganan yang tepat dan efektif. Selain itu, perawat juga dapat memanfaatkan teknologi dan alat bantu seperti perekam volume urin dan aplikasi yang dapat membantu memantau kebiasaan buang air kecil pasien.
Dalam menyusun rencana perawatan pasien dengan inkontinensia urin berlanjut, perawat dapat mengacu pada Standar Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Inkotinensia Urin yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawatat Nasional Indonesia (PPNI).
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
Keperawatan bukanlah sekadar profesi, tetapi panggilan hati untuk memberikan pelayanan terbaik bagi sesama
Definisi
Pengeluaran urin tidak terkendali dan terus-menerus tanpa distensi atau perasaan penuh pada kandung kemih
Penyebab
Neuropati arkus refleks: kerusakan saraf yang mengontrol refleks arkus refleks yang memicu kontraksi detrusor saat kandung kemih terisi dan relaksasi sfingter uretra saat buang air kecil. Disfungsi neurologis: gangguan pada sistem saraf yang dapat mempengaruhi kemampuan kandung kemih untuk berkontraksi dan mengendalikan buang air kecil. Kerusakan refleks kontraksi detrusor: kerusakan pada saraf yang mengontrol otot detrusor yang mengakibatkan kehilangan kemampuan kandung kemih untuk berkontraksi secara normal. Trauma: cedera fisik atau mekanis pada organ kandung kemih atau saraf yang mengontrolnya. Kerusakan medulla spinalis: kerusakan pada bagian medulla spinalis yang bertanggung jawab atas fungsi kandung kemih. Kelainan anatomis (mis. Fistula): kecacatan bawaan atau kelainan pada organ kandung kemih atau saluran kemih yang dapat mempengaruhi kemampuan untuk mengendalikan buang air kecil.
Gejala dan Tanda Mayor
| Subjektif | Objektif |
|
|
Gejala dan Tanda Minor
| Subjektif | Objektif |
|
|
Kondisi Klinis Terkait
Cedera kepala: cedera fisik pada kepala yang dapat mempengaruhi sistem saraf dan mengganggu kemampuan kandung kemih untuk berkontraksi dan mengendalikan buang air kecil. Trauma: cedera fisik atau mekanis pada organ kandung kemih atau saraf yang mengontrolnya. Tumor: pertumbuhan sel-sel abnormal yang dapat mempengaruhi fungsi sistem saraf dan organ kandung kemih. Infeksi medula spinalis: infeksi pada jaringan medula spinalis yang dapat menyebabkan kerusakan pada saraf dan mengganggu kemampuan kandung kemih untuk berkontraksi dan mengendalikan buang air kecil. Fistula saluran kemih: kelainan bawaan atau kelainan yang didapat pada saluran kemih yang dapat mempengaruhi kemampuan untuk mengendalikan buang air kecil dan menyebabkan inkontinensia urin.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
Luaran Utama
Luaran Tambahan
Perawatan Diri (L.11103)
Status Neurologis (L.06053)
Tingkat Pengetahuan (L.12111)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Intervensi Utama
Perawatan Inkontinensia Urine (I.04163)
Intervensi Pendukung
Latihan Berkemih (I.04149)
Latihan Otot Panggul (I.07215)
Manajemen Cairan (I.03098)
Manajemen Eliminasi Urine (I.04152)
Manajemen Inkontinensia Urine (I.04154)
Pemberian Obat Oral (I.03128)
Perawatan Kateter Urine (I.04164)
Perawatan Perineum (I.07226)
Perawatan Retensi Urine (I.04165)
Bahan Bacaan:
PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
SDKI - D.0042 Inkontinensia Urin Berlanjut
Reviewed by Nursing University
on
9:43:00 AM
Rating:

Tidak ada komentar: