SDKI - D.0046 Inkontinensia Urin Stres
Inkontinensia urin stres adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan suatu kondisi yang terjadi ketika seseorang kehilangan kendali atas kandung kemihnya akibat tekanan pada kandung kemih yang berlebihan, seperti saat batuk, tertawa, atau mengangkat benda berat. Inkontinensia urin stres umumnya terjadi pada wanita, terutama setelah melahirkan atau pada saat menopause, tetapi dapat terjadi pada pria juga.
Tanda dan gejala inkontinensia urin stres meliputi kehilangan kendali atas kandung kemih ketika melakukan aktivitas fisik yang menekan perut, seperti batuk, tertawa, bersin, atau mengangkat benda berat. Beberapa orang juga dapat mengalami kehilangan kendali atas kandung kemih ketika sedang berjalan atau berlari. Selain itu, beberapa orang juga mengalami rasa tidak nyaman atau nyeri pada daerah panggul.
Penyebab dari inkontinensia urin stres adalah berkurangnya kekuatan otot-otot dasar panggul yang mendukung kandung kemih, sehingga tidak dapat menahan tekanan yang berlebihan pada kandung kemih. Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko terjadinya inkontinensia urin stres meliputi kehamilan, melahirkan, menopause, obesitas, dan usia yang semakin tua.
Pengobatan untuk inkontinensia urin stres meliputi latihan otot dasar panggul, terapi perilaku, dan obat-obatan. Latihan otot dasar panggul, juga dikenal sebagai latihan Kegel, melibatkan mengencangkan dan melepaskan otot-otot dasar panggul untuk meningkatkan kekuatannya. Terapi perilaku meliputi teknik-teknik yang membantu seseorang mengontrol keinginan untuk buang air kecil dan meningkatkan frekuensi buang air kecil. Obat-obatan, seperti antikolinergik, dapat membantu mengurangi gejala inkontinensia urin stres dengan mengurangi kontraksi otot kandung kemih.
Selain itu, terdapat beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya inkontinensia urin stres. Beberapa di antaranya meliputi menghindari konsumsi minuman berkafein dan alkohol, menghindari merokok, menjaga berat badan yang sehat, dan melakukan latihan otot dasar panggul secara teratur.
Kesimpulannya, inkontinensia urin stres adalah suatu kondisi yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Namun, dengan melakukan latihan otot dasar panggul, terapi perilaku, dan obat-obatan, serta menghindari faktor risiko, seperti kehamilan dan obesitas, seseorang dapat mengurangi risiko terjadinya kondisi ini. Penting bagi individu untuk berkonsultasi dengan dokter atau perawat untuk mengetahui opsi pengobatan terbaik yang tersedia untuk kondisi ini.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
Definisi
Kebocoran urin mendadak dan tidak dapat dikendalikan karena aktiVitas yang meningkatkan tekanan intraabdominal
Penyebab
Kelemahan intrinsik sfingter uretra adalah kondisi ketika sfingter uretra, otot yang mengontrol aliran urin dari kandung kemih, menjadi lemah dan tidak dapat berfungsi dengan baik, sehingga menyebabkan inkontinensia urin.
Perubahan degenerasi/non-degenerasi otot pelvis merujuk pada perubahan pada otot-otot panggul yang dapat terjadi akibat proses penuaan atau karena beberapa kondisi medis tertentu seperti cedera, penyakit neuromuscular, atau kehamilan. Perubahan tersebut dapat berupa degenerasi (pengurangan jumlah atau kualitas otot) atau non-degenerasi (perubahan dalam sifat kontraksi atau relaksasi otot).
Kekurangan estrogen terjadi ketika kadar hormon estrogen pada wanita menurun, yang biasanya terjadi selama menopause. Kondisi ini dapat menyebabkan perubahan pada jaringan vagina dan uretra yang menyebabkan inkontinensia urin.
Peningkatan tekanan intraabdomen terjadi ketika tekanan di dalam rongga perut meningkat, seperti saat batuk, bersin, atau mengangkat benda berat. Peningkatan tekanan ini dapat menyebabkan tekanan pada kandung kemih dan menyebabkan inkontinensia urin.
Kelamahan otot pelvis merujuk pada kondisi ketika otot-otot panggul, termasuk otot dasar panggul, menjadi lemah atau kehilangan kekuatannya. Kelainan ini dapat menyebabkan inkontinensia urin dan masalah panggul lainnya.
Gejala & Tanda Mayor:
| Subjektif | Objektif |
|
|
Gejala & Tanda Minor:
| Subjektif | Objektif |
|
|
Kondisi Klinis Terkait
Obesitas adalah kondisi ketika seseorang memiliki indeks massa tubuh (BMI) lebih dari 30. Obesitas dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk inkontinensia urin.
Kehamilan dan melahirkan adalah faktor risiko umum untuk inkontinensia urin pada wanita. Selama kehamilan dan persalinan, otot panggul dan sfingter uretra dapat mengalami tekanan dan kerusakan, yang dapat menyebabkan inkontinensia urin.
Menopause adalah masa di mana produksi hormon estrogen pada wanita menurun. Hal ini dapat menyebabkan perubahan pada jaringan vagina dan uretra yang menyebabkan inkontinensia urin.
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi pada bagian saluran kemih, termasuk kandung kemih dan uretra. Infeksi ini dapat memicu terjadinya inkontinensia urin.
Operasi abdomen, seperti operasi kandung kemih atau usus, dapat mempengaruhi fungsi saluran kemih dan menyebabkan inkontinensia urin.
Operasi prostat adalah operasi yang dilakukan untuk mengobati masalah prostat. Operasi ini dapat mempengaruhi fungsi sfingter uretra dan menyebabkan inkontinensia urin.
Penyakit Alzheimer adalah penyakit neurodegeneratif yang mempengaruhi fungsi kognitif dan perilaku. Beberapa studi menunjukkan bahwa penyakit Alzheimer dapat berhubungan dengan inkontinensia urin.
Cedera medula spinalis adalah kerusakan pada sumsum tulang belakang yang dapat mempengaruhi fungsi panggul dan sfingter uretra, yang dapat menyebabkan inkontinensia urin.
Luaran Utama
Luaran Tambahan
Kontrol Gejala (L.14127)
Intervensi Utama
Perawatan Inkontinensia Urine (I.04163)
Intervensi Pendukung
Dukungan Perawatan Diri: BAB/BAK (I.11349)
Edukasi Program Pengobatan (I.12441)
Manajemen Eliminasi Urine (I.04152)
Manajemen Inkontinensia Urine (I.04154)
Manajemen Medikasi (I.14517)
Manajemen Propalsus Uteri (I.07219)
Pemantauan Respirasi (I.01014)
Perawatan Perineum (I.07226)
Promosi Berat Badan (I.03136)
Terapi Biofeedback (I.09318)
Referensi:
- Suskind AM, Smith PP. The Geriatric Urology Workforce: A Survey of Geriatric Medicine Fellowship Directors. Urology. 2019 Feb;124:197-201. doi: 10.1016/j.urology.2018.08.033. Epub 2018 Nov 3. PMID: 30395853.
- Nygaard I, Barber MD, Burgio KL, Kenton K, Meikle S, Schaffer J, Spino C, Whitehead WE, Wu J, Brody DJ; Pelvic Floor Disorders Network. Prevalence of symptomatic pelvic floor disorders in US women. JAMA. 2008 Sep 17;300(11):1311-6. doi: 10.1001/jama.300.11.1311. PMID: 18799442; PMCID: PMC3033218.
PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.

Tidak ada komentar: