SDKI - D.0049 Konstipasi

DAFTAR ISI:


PENGETAHUAN UMUM

Konstipasi adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi umum yang terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan buang air besar secara teratur atau memiliki tinja yang keras dan kering. Hal ini dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan bahkan nyeri pada perut. Konstipasi dapat memengaruhi siapa saja, baik itu bayi, anak-anak, orang dewasa, hingga orang tua.

Sebagai seorang perawat, penting untuk memahami penyebab dan tanda-tanda konstipasi serta tindakan-tindakan yang dapat membantu pasien mengatasi kondisi ini. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan konstipasi antara lain kurangnya serat dalam makanan, kurangnya asupan air, kurangnya aktivitas fisik, efek samping dari obat-obatan, dan kondisi medis tertentu seperti sindrom iritasi usus besar, diabetes, atau sklerosis multipel.

Tanda-tanda konstipasi meliputi buang air besar kurang dari tiga kali seminggu, kesulitan buang air besar, tinja yang keras dan kering, rasa tidak nyaman atau nyeri pada perut, dan bahkan muntah atau pembengkakan perut pada kasus yang lebih parah.

Perawat dapat membantu pasien mengatasi konstipasi dengan memberikan edukasi tentang pentingnya mengonsumsi makanan yang kaya serat dan minum air yang cukup setiap hari. Selain itu, perawat juga dapat membantu pasien melakukan latihan fisik secara teratur, seperti berjalan atau jogging, untuk meningkatkan gerakan usus. Jika kondisi pasien disebabkan oleh efek samping obat-obatan, perawat dapat berkonsultasi dengan dokter untuk menyesuaikan dosis atau mengganti obat yang dapat menyebabkan konstipasi.

Terkadang, tindakan medis tertentu seperti pemberian laksatif atau enema mungkin diperlukan untuk membantu pasien melepaskan tinja dan mengatasi konstipasi. Namun, penggunaan obat-obatan ini harus diawasi secara ketat oleh tenaga medis dan hanya digunakan jika tindakan lainnya tidak efektif atau diperlukan.

Konstipasi adalah kondisi yang umum terjadi pada pasien dan dapat menyebabkan rasa tidak nyaman atau bahkan nyeri pada perut. Sebagai seorang perawat, penting untuk memahami penyebab dan tanda-tanda konstipasi serta memberikan tindakan yang sesuai untuk membantu pasien mengatasi kondisi ini. Edukasi dan perawatan yang tepat dapat membantu pasien merasa lebih nyaman dan meningkatkan kualitas hidup mereka.


Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)


"Perawat bukanlah pekerjaan yang mudah, tetapi penghargaan dari pasien yang kita layani adalah kebahagiaan yang tiada tara." - Unknown

Definisi

Penurunan defekasi normal yang disertai pengeluaran feses sulit dan tidak tuntas serta feses kering dan banyak


Penyebab

Fisiologis

  1. Penurunan motilitas gastrointestinal: kondisi ketika gerakan normal dari usus terganggu sehingga memperlambat atau menghambat pencernaan makanan dan pengeluaran sisa-sisa pencernaan dari tubuh.

  2. Ketidakadekuatan pertumbuhan gigi: kondisi di mana pertumbuhan dan perkembangan gigi tidak optimal, seringkali disebabkan oleh kekurangan nutrisi dan mineral penting yang diperlukan untuk pembentukan gigi.

  3. Ketidakcukupan diet: kondisi di mana seseorang tidak mendapatkan asupan nutrisi yang cukup dari makanan yang dikonsumsi.

  4. Ketidakcukupan asupan serat: kondisi di mana seseorang tidak mendapatkan cukup serat dalam diet mereka, yang dapat menyebabkan sembelit dan gangguan pencernaan lainnya.

  5. Ketidakcukupan asupan cairan: kondisi di mana seseorang tidak mendapatkan cukup cairan dalam diet mereka, yang dapat menyebabkan dehidrasi dan gangguan pencernaan.

  6. Aganglionik (mis. penyakit Hirschsprung): kondisi medis langka yang disebabkan oleh ketiadaan sel-sel saraf di sebagian usus besar, yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan sembelit.

  7. Kelemahan otot abdomen: kondisi di mana otot-otot di perut melemah, yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan kelelahan.

Psikologis

  1. Konfusi: kondisi ketika seseorang mengalami ketidakmampuan untuk berpikir jernih atau konsentrasi pada tugas-tugas tertentu, seringkali disertai dengan kebingungan, kehilangan ingatan, atau kesulitan dalam berbicara.

  2. Depresi: kondisi emosional yang menyebabkan perasaan sedih, kehilangan minat, kelelahan, dan perasaan putus asa. Depresi dapat mempengaruhi pikiran, perasaan, perilaku, dan kesehatan secara keseluruhan.

  3. Gangguan emosional: kondisi psikologis yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memproses emosi secara sehat dan efektif. Gangguan emosional dapat mencakup depresi, kecemasan, bipolar, atau gangguan mental lainnya. Gangguan emosional dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental seseorang.

Situasional

  1. Perubahan kebiasaan makan (mis. jenis makanan, jadwal makan): kondisi di mana seseorang mengubah kebiasaan makan mereka, seperti mengonsumsi makanan yang tidak sehat atau tidak teratur dalam jadwal makan mereka, yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan sembelit.

  2. Ketidakadekuatan toileting: kondisi di mana seseorang tidak mampu menggunakan toilet secara efektif, seperti kurangnya akses ke toilet atau ketidakmampuan untuk mengendalikan buang air besar.

  3. Aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan: kondisi di mana seseorang tidak cukup aktif secara fisik, yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan sembelit.

  4. Penyalahgunaan laksatif: kondisi di mana seseorang menggunakan laksatif secara berlebihan, bahkan jika tidak diperlukan, yang dapat menyebabkan sembelit dan masalah pencernaan lainnya.

  5. Efek agen farmakologis: kondisi di mana obat-obatan atau zat-zat kimia lainnya yang dikonsumsi seseorang dapat mempengaruhi aktivitas usus, yang dapat menyebabkan sembelit.

  6. Ketidakteraturan kebiasaan defekasi: kondisi di mana seseorang tidak memiliki kebiasaan defekasi yang teratur, yang dapat menyebabkan sembelit dan gangguan pencernaan lainnya.

  7. Kebiasaan menahan dorongan defekasi: kondisi di mana seseorang menahan dorongan untuk buang air besar, yang dapat menyebabkan sembelit dan masalah pencernaan lainnya.

  8. Perubahan lingkungan: kondisi di mana seseorang mengalami perubahan lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan pencernaan mereka, seperti perubahan iklim atau perubahan gaya hidup.


Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif
  1. Defekasi kurang dari 2 kali seminggu
  2. Pengeluaran feses lama dan sulit
  1. Feses keras
  2. Peristaltik usus menurun

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif Objektif
  1. Mengejan saat defekasi
  1. Distensi abdomen
  2. Kelemahan umum
  3. Teraba massa pada rektal

Kondisi Klinis Terkait

  1. Lesi/cedera pada medulla spinalis: kerusakan pada sumsum tulang belakang yang dapat menyebabkan gangguan neurologis, termasuk masalah dengan fungsi usus dan buang air besar.
  2. Spina bifida: kondisi kelainan kongenital di mana tulang belakang bayi tidak terbentuk dengan sempurna saat masih dalam kandungan, yang dapat menyebabkan masalah dengan fungsi usus dan buang air besar.
  3. Stroke: kondisi medis yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu, yang dapat menyebabkan gangguan motorik, termasuk masalah dengan fungsi usus dan buang air besar.
  4. Sklerosis multipel: kondisi autoimun kronis di mana sistem kekebalan menyerang sel-sel saraf, yang dapat menyebabkan masalah dengan fungsi usus dan buang air besar.
  5. Penyakit Parkinson: kondisi neurodegeneratif di mana pasien mengalami tremor, kaku, dan kesulitan mengkoordinasikan gerakan, yang dapat menyebabkan masalah dengan fungsi usus dan buang air besar.
  6. Demensia: kondisi neurologis kronis yang menyebabkan penurunan kognitif, termasuk masalah dengan fungsi usus dan buang air besar.
  7. Hiperparatiroidisme: kondisi medis yang terjadi ketika kelenjar paratiroid menghasilkan terlalu banyak hormon paratiroid, yang dapat menyebabkan masalah dengan fungsi usus dan buang air besar.
  8. Hipoparatiroidisme: kondisi medis yang terjadi ketika kelenjar paratiroid tidak menghasilkan cukup hormon paratiroid, yang dapat menyebabkan masalah dengan fungsi usus dan buang air besar.
  9. Ketidakseimbangan elektrolit: kondisi medis yang terjadi ketika tubuh tidak memiliki keseimbangan elektrolit yang tepat, yang dapat menyebabkan masalah dengan fungsi usus dan buang air besar.
  10. Hemoroid: kondisi medis yang terjadi ketika pembuluh darah di daerah anus dan rektum membengkak dan meradang, yang dapat menyebabkan kesulitan buang air besar.
  11. Obesitas: kondisi medis yang terjadi ketika seseorang memiliki indeks massa tubuh (IMT) yang tinggi, yang dapat menyebabkan masalah dengan fungsi usus dan buang air besar.
  12. Pasca operasi obstruksi bowel: kondisi medis yang terjadi ketika usus terhalang oleh cairan atau benda asing, yang dapat menyebabkan masalah dengan fungsi usus dan buang air besar.
  13. Kehamilan: kondisi di mana seorang wanita membawa janin dalam rahim, yang dapat menyebabkan tekanan pada usus dan menyebabkan masalah dengan fungsi usus dan buang air besar.
  14. Pembesaran prostat: kondisi medis yang terjadi ketika kelenjar prostat membesar, yang dapat menyebabkan masalah dengan fungsi usus dan buang air besar.
  15. Abses rektal adalah kumpulan nanah di jaringan sekitar anus dan rektum. Penyebabnya dapat berupa infeksi bakteri pada kelenjar anal. Gejala yang muncul antara lain rasa nyeri dan kemerahan di area anus, demam, rasa sakit saat buang air besar, dan keluarnya nanah dari anus.
  16. Fisura anorektal adalah luka atau robekan pada jaringan di sekitar anus yang biasanya disebabkan oleh kekerasan saat buang air besar. Gejala yang muncul adalah rasa sakit saat buang air besar, perdarahan saat buang air besar, dan rasa nyeri yang berlangsung selama beberapa jam setelah buang air besar.
  17. Striktura anorektal adalah penyempitan atau penyusutan pada jaringan di sekitar anus. Penyebabnya bisa berupa infeksi, inflamasi, atau cedera pada jaringan tersebut. Gejala yang muncul antara lain sulit buang air besar, rasa nyeri saat buang air besar, dan keluarnya darah dari anus.
  18. Prolapse rektal adalah keluarnya jaringan yang biasanya ada di dalam rektum keluar melalui anus. Penyebabnya bisa berupa ketidakmampuan otot-otot di sekitar anus untuk menahan tekanan saat buang air besar. Gejala yang muncul antara lain rasa sakit saat buang air besar, perasaan tidak nyaman di area anus, dan keluarnya jaringan dari anus.
  19. Ulkus rektal adalah luka atau lecet pada jaringan di sekitar anus atau rektum. Penyebabnya bisa berupa infeksi bakteri atau virus, atau karena iritasi akibat bahan kimia atau gesekan. Gejala yang muncul antara lain rasa sakit atau terbakar saat buang air besar, perdarahan saat buang air besar, dan keluarnya cairan dari anus.
  20. Rektokel adalah kondisi di mana otot-otot dan jaringan di sekitar anus melemah sehingga menyebabkan rektum turun dan menonjol keluar dari anus. Gejala yang muncul antara lain perasaan tidak nyaman di area anus, sulit buang air besar, dan keluarnya jaringan dari anus.
  21. Tumor rektal adalah pertumbuhan sel yang tidak normal di sekitar anus atau rektum. Gejala yang muncul antara lain perubahan pola buang air besar, perasaan tidak nyaman di area anus, perdarahan saat buang air besar, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.
  22. Penyakit Hirschsprung adalah kelainan genetik yang mengakibatkan gangguan pada sistem saraf usus. Gejala yang muncul antara lain kesulitan buang air besar, perut kembung, muntah, dan penurunan berat badan.
  23. Impaksi feses adalah kondisi di mana tinja yang keras menumpuk dan menyangkut di dalam usus besar sehingga menyebabkan kesulitan buang air besar.


SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)

Luaran Utama

Eliminasi Fekal (L.04033)

Luaran Tambahan

Fungsi Gastrointestinal (L.03019)
Keseimbangan Cairan (L.03020)
Keseimbangan Elektrolit (L.03021)
Kontinensia Fekal (L.04035)
Mobilitas Fisik (L.05042)
Nafsu Makan (L.09080)
Status Cairan (L.03208)
Tingkat Keletihan (L.05046)
Tingkat Nyeri (L.08066)

SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)

Intervensi Utama

Manajemen Eliminasi Fekal (I.04151)
Manajemen Konstipasi (I.04155)

Intervensi Pendukung

Dukungan Perawatan Diri: BAB/BAK (I.11349)
Edukasi Diet (I.12369)
Edukasi Toilet Training (I.12458)
Insersi Selang Nasogastrik (I.03092)
Latihan Eliminasi Fekal (I.04150)
Manajemen Cairan (I.03098)
Manajemen Elektrolit (I.03102)
Manajemen Nutrisi (I.03119)
Manajemen Nyeri (I.08238)
Manajemen Prolapsus Rektum (I.04157)
Pemantauan Cairan (I.03121)
Pemberian Enema (I.04158)
Pemberian Obat (I.02062)
Pemberian Obat Oral (I.03128)
Pemberian Obat Rektal (I.04159)
Penurunan Flatus (I.04161)
Perawatan Kehamilan Trimester Kedua dan Ketiga (I.14561)
Perawatan Pasca Persalinan (I.07225)
Perawatan Selang Gastrointestinal (I.03133)
Perawatan Stoma (I.04166)
Promosi Latihan Fisik (I.05183)
Promosi Eliminasi Fekal (I.04168)
Reduksi Ansietas (I.09134)
Terapi Aktivitas (I.05186)
Terapi Relaksasi (I.09326)


Referensi:

  1. Bharucha, A. E., & Wald, A. (2019). Chronic Constipation. Mayo Clinic proceedings, 94(11), 2340–2357.
  2. Rao S. S. (2009). Constipation: evaluation and treatment of colonic and anorectal motility disorders. Gastrointestinal endoscopy clinics of North America, 19(1), 117–vii.
  3. PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
  4. PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
  5. PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
SDKI - D.0049 Konstipasi Reviewed by Nursing University on 6:14:00 PM Rating: 5

Tidak ada komentar:

All Rights Reserved by GMK.MY.ID © 2023
Powered By Blogger

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.