SDKI - D.0050 Retensi Urin

Retensi Urin adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan suatu kondisi ketika urine tidak dapat keluar dengan normal dari kandung kemih. Kondisi ini dapat terjadi pada orang dari segala usia dan jenis kelamin. Pada umumnya, retensi urin terjadi akibat adanya gangguan pada saluran kemih, otot, atau saraf yang terlibat dalam pengeluaran urine.

Gejala yang dialami oleh pasien yang mengalami retensi urin adalah perasaan ingin buang air kecil tetapi tidak dapat mengeluarkan urine, pembengkakan pada kandung kemih, nyeri pada daerah panggul, dan ketidaknyamanan pada area perineum. Jika kondisi ini tidak segera diatasi, retensi urin dapat menyebabkan infeksi saluran kemih atau bahkan kerusakan permanen pada kandung kemih dan ginjal.

Penanganan retensi urin tergantung pada penyebabnya. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi retensi urin adalah sebagai berikut:

  1. Kateterisasi uretra
    Kateterisasi uretra adalah tindakan memasukkan tabung tipis dan fleksibel ke dalam uretra untuk mengeluarkan urine yang terkumpul di dalam kandung kemih. Tindakan ini bisa dilakukan oleh dokter atau perawat terlatih dan dilakukan dengan steril.

  2. Pemberian obat-obatan
    Obat-obatan seperti alfa-bloker dan antikolinergik dapat membantu mengatasi gejala retensi urin dengan melebarkan saluran kemih dan merelaksasi otot-otot di sekitar kandung kemih.

  3. Terapi fisik
    Terapi fisik seperti biofeedback dan elektrostimulasi saraf dapat membantu memperkuat otot panggul dan meningkatkan kemampuan pengendalian kandung kemih.

  4. Operasi
    Operasi dapat dilakukan jika retensi urin disebabkan oleh penyumbatan saluran kemih atau kerusakan saraf pada kandung kemih. Beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan termasuk pemasangan kateter permanen, dilatasi uretra, atau bahkan pengangkatan kandung kemih.

Sebagai seorang perawat, tugas Anda adalah untuk memonitor pasien yang mengalami retensi urin, memberikan perawatan yang tepat, dan membantu pasien memahami kondisi mereka. Selain itu, Anda juga dapat memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya tentang cara mencegah retensi urin, seperti menjaga kebersihan saluran kemih, menghindari konsumsi alkohol dan kafein yang berlebihan, dan melakukan latihan kegel untuk memperkuat otot panggul.

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)


Pembahasan


Definisi

Pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap


Penyebab

  1. Peningkatan tekanan uretra adalah kondisi ketika tekanan pada saluran uretra meningkat di atas level normal. Hal ini bisa terjadi karena berbagai faktor seperti infeksi, penyumbatan saluran kemih, atau penyakit prostat pada pria.

  2. Kerusakan arkus refleks adalah gangguan pada refleks otot yang terjadi ketika sinyal saraf yang melewati jaringan otot dan saraf yang terlibat dalam refleks tersebut mengalami gangguan atau kerusakan. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pada koordinasi gerakan dan kehilangan refleks normal pada area tertentu.

  3. Blok sfingter adalah kondisi ketika otot sfingter yang berfungsi sebagai gerbang atau pengatur aliran urine atau feses dari kandung kemih atau usus mengalami gangguan dan tidak berfungsi dengan normal. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pada pengeluaran urine atau feses.

  4. Disfungsi neurologis adalah kondisi ketika sistem saraf mengalami gangguan atau kerusakan, sehingga mengakibatkan gangguan fungsi tubuh yang terkait dengan sistem saraf tersebut. Penyebabnya dapat bervariasi, seperti trauma, penyakit saraf seperti multiple sclerosis, stroke, atau cedera tulang belakang.

  5. Efek agen farmakologis adalah efek yang terjadi pada tubuh sebagai akibat dari penggunaan obat-obatan tertentu seperti atropine, belladonna, psikotropik, antihistamin, atau opiate. Efek ini dapat bervariasi, dari efek samping yang ringan hingga efek yang lebih serius seperti gangguan sistem saraf dan gangguan pada sistem pencernaan.


Gejala & Tanda Mayor:

Subjektif Objektif
  1. Sesasi penuh pada kandung kemih
  1. Dysuria/anuria
  2. Distensi kandung kemih

Gejala & Tanda Minor:

Subjektif Objektif
  1. Dribbling
  1. Inkontinensia berlebih
  2. Residu urin 150 ml atau lebih

Kondisi Klinis Terkait

  1. Benigna prostat hiperplasia adalah kondisi ketika prostat, kelenjar yang hanya dimiliki oleh pria dan berfungsi memproduksi cairan semen, membesar dengan tidak normal. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan pada fungsi kemih dan gejala seperti sering buang air kecil atau kesulitan buang air kecil.

  2. Pembengkakan perineal adalah kondisi ketika terjadi pembengkakan pada daerah perineum, yaitu daerah di antara anus dan alat kelamin. Penyebabnya bisa bervariasi, seperti infeksi, luka, atau pembengkakan kelenjar getah bening di daerah tersebut.

  3. Cedera medula spinalis adalah kerusakan pada sumsum tulang belakang yang bisa terjadi akibat trauma atau penyakit tertentu. Cedera ini dapat menyebabkan gangguan pada fungsi motorik, sensorik, atau bahkan fungsi organ internal, tergantung pada tingkat dan lokasi cedera tersebut.

  4. Rektokel adalah kondisi ketika terjadi penonjolan dinding rektum ke dalam daerah vagina pada wanita atau ke dalam skrotum pada pria. Hal ini terjadi akibat lemahnya otot-otot yang menopang dinding rektum.

  5. Tumor di saluran kemih adalah pertumbuhan sel yang tidak normal pada saluran kemih, baik itu pada kandung kemih, ureter, atau uretra. Tumor ini bisa bersifat jinak atau ganas dan dapat menyebabkan gejala seperti kesulitan buang air kecil, darah dalam urine, atau nyeri di daerah panggul.




Luaran Utama

Eliminasi Urin (L.04034)

Luaran Tambahan

Kontinensia Urin (L.04036)
Kontrol Gejala (L.14127)
Status Kenyamanan (L.08064)
Status Neurologis (L.06053)
Tingkat Nyeri (L.08066)

Intervensi Utama

Kateterisasi Urine (I.04147)

Intervensi Pendukung

Dukungan Kepatuhan Program Pengobatan (I.12361)
Edukasi Irigasi Kandung Kemih (I.12375)
Irigasi Kandung Kemih (I.04145)
Irigasi Kateter Urin (I.04146)
Konsultasi via Telepon (I.12462)
Manajemen Cairan (I.03098)
Manajemen Eliminasi Urine (I.04152)
Manajemen Medikasi (I.14517)
Pemantauan Cairan (I.03121)
Pemberian Obat (I.02062)
Perawatan Kateter Urine (I.04164)
Perawatan Perineum (I.07226)
Perawatan Retensi Urine (I.04165)
Promosi Latihan Fisik (I.05183)
Teknik Distraksi (I.08247)
Terapi Aktivitas (I.05186)
Terapi Pemijatan (I.08251)
Terapi Relaksasi (I.09326)

Referensi:
PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
SDKI - D.0050 Retensi Urin Reviewed by Nursing University on 8:13:00 AM Rating: 5

Tidak ada komentar:

All Rights Reserved by GMK.MY.ID © 2023
Powered By Blogger

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.