SDKI - D.0051 Risiko Inkontinensia Urin Urgensi
DAFTAR ISI:
PENGETAHUAN UMUM
Risiko Inkontinensia Urin Urgensi adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi di mana seseorang kehilangan kendali atas pengeluaran urin, sehingga mengalami kebocoran atau tidak dapat menahan buang air kecil. Jenis inkontinensia urin yang paling umum adalah inkontinensia urin urgensi, yaitu kondisi di mana seseorang merasakan dorongan mendadak untuk buang air kecil yang sulit untuk ditahan, sehingga mengalami kebocoran urin.
Risiko untuk mengalami inkontinensia urin urgensi dapat terjadi pada berbagai kelompok usia dan jenis kelamin. Namun, risiko ini lebih tinggi pada wanita, terutama yang telah melahirkan dan pada orang yang berusia di atas 60 tahun.
Faktor risiko lainnya termasuk adanya kondisi medis seperti infeksi saluran kemih, diabetes, stroke, penyakit Parkinson, kelebihan berat badan, merokok, dan konsumsi alkohol atau kafein yang berlebihan. Selain itu, beberapa jenis obat seperti diuretik dan obat untuk tekanan darah tinggi juga dapat meningkatkan risiko terjadinya inkontinensia urin urgensi.
Tidak semua faktor risiko untuk inkontinensia urin urgensi dapat dihindari. Namun, beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya kondisi ini antara lain adalah:
Berolahraga secara teratur, terutama latihan kegel untuk menguatkan otot panggul yang mendukung kandung kemih.
Menghindari konsumsi makanan dan minuman yang dapat merangsang kandung kemih seperti kafein, alkohol, cokelat, dan minuman bersoda.
Menjaga berat badan yang sehat, karena kelebihan berat badan dapat memberi tekanan pada kandung kemih dan mengganggu fungsi normalnya.
Merokok dan menghindari paparan asap rokok, karena merokok dapat merusak fungsi kandung kemih.
Menjaga kesehatan saluran kemih dengan cara minum cukup air dan buang air kecil secara teratur.
Jika seseorang mengalami inkontinensia urin urgensi, pengobatan dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan kondisi tersebut. Beberapa pengobatan yang dapat dilakukan antara lain latihan kegel, terapi fisik, obat-obatan, atau bahkan operasi jika diperlukan.
Dalam upaya mengurangi risiko terjadinya inkontinensia urin urgensi, penting bagi seseorang untuk menjaga kesehatan saluran kemih dan gaya hidup yang sehat, serta berkonsultasi dengan dokter jika mengalami gejala inkontinensia urin. Dengan melakukan langkah-langkah pencegahan ini, seseorang dapat memperkecil risiko terjadinya kondisi yang dapat mengganggu kualitas hidup ini.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
"Setiap orang bisa merawat, tetapi tidak semua orang bisa menjadi seorang perawat yang memiliki hati yang penuh kasih sayang."
Definisi
Berisiko mengalami pengeluaran urin yang tidak terkendali
Faktor Risiko
Efek samping obat, kopi dan alkohol: Efek samping obat, kopi dan alkohol adalah efek negatif yang dapat terjadi setelah mengonsumsi obat, kopi atau alkohol. Efek samping dapat beragam, seperti mual, sakit kepala, kantuk, dan lain sebagainya.
Hiperrefleks detrussor: Hiperrefleks detrussor adalah kondisi di mana otot detrusor atau otot kandung kemih menjadi terlalu aktif dan berkontraksi secara berlebihan, sehingga menyebabkan inkontinensia urin.
Gangguan sistem saraf pusat: Gangguan sistem saraf pusat adalah kondisi di mana sistem saraf pusat, yaitu otak dan sumsum tulang belakang, mengalami gangguan yang dapat menyebabkan berbagai gejala seperti kelemahan otot, gangguan koordinasi, dan kesulitan berkonsentrasi.
Kerusakan kontraksi kandung kemih: relaksasi spingter tidak terkendali: Kerusakan kontraksi kandung kemih atau disebut juga neurogenic bladder adalah kondisi di mana saraf yang mengontrol kandung kemih mengalami kerusakan sehingga kontraksi kandung kemih dan relaksasi sfingter tidak terkendali.
Ketidakefektifan kebiasaan berkemih: Ketidakefektifan kebiasaan berkemih adalah kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan untuk berkemih secara efektif, misalnya karena frekuensi berkemih yang terlalu sering, kesulitan untuk mengeluarkan urin, atau inkontinensia urin.
Kapasitas kandung kemih kecil: Kapasitas kandung kemih kecil adalah kondisi di mana kandung kemih memiliki kapasitas yang lebih kecil dari normal, sehingga seseorang harus berkemih dengan frekuensi yang lebih sering dan hanya dalam jumlah kecil.
Kondisi Klinis Terkait
Infeksi/tumor/batu saluran kemih dan atau ginjal: Infeksi saluran kemih dan ginjal, tumor, dan batu saluran kemih dan ginjal adalah kondisi medis yang terkait dengan organ-organ tersebut. Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri atau virus, tumor adalah pertumbuhan sel yang tidak normal dan dapat bersifat ganas atau jinak, sedangkan batu saluran kemih dan ginjal terbentuk dari endapan mineral yang mengendap dan menghalangi aliran urine.
Gangguan sistem saraf pusat: Gangguan sistem saraf pusat adalah kondisi di mana terjadi gangguan pada otak atau sumsum tulang belakang yang dapat menyebabkan berbagai gejala, seperti kelemahan otot, gangguan koordinasi, dan kesulitan berkonsentrasi. Gangguan sistem saraf pusat dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti cedera, infeksi, dan gangguan neurologis lainnya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
Luaran Utama
Luaran Tambahan
Kontrol Gejala (L.14127)
Perawatan Diri (L.11103)
Tingkat Infeksi (L.14137)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Intervensi Utama
Intervensi Pendukung
Edukasi Program Pengobatan (I.12441)
Edukasi Toilet Training (I.12458)
Identifikasi Risiko (I.14502)
Kateterisasi Urine (I.04147)
Latihan Berkemih (I.04149)
Latihan Otot Panggul (I.07215)
Manajemen Cairan (I.03098)
Manajemen Lingkungan (I.14514)
Manajemen Medikasi (I.14517)
Manajemen Propalsus Uteri (I.07219)
Pemantauan Cairan (I.03121)
Pengontrolan Infeksi (I.14451)
Perawatan Kateter Urine (I.04164)
Perawatan Perineum (I.07226)
Promosi Berat Badan (I.03136)
Promosi Latihan Fisik (I.05183)
Bacaan Menarik untuk Disimak:
- Porth, C. M., & Matfin, G. (2009). Pathophysiology: Concepts of altered health states. Lippincott Williams & Wilkins.
- Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2010). Textbook of medical physiology. Saunders/Elsevier.
- PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
- PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
- PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.

Tidak ada komentar: