SDKI - D.0060 Risiko Intoleransi Aktivitas

Pengetahuan Umum


Risiko intoleransi aktivitas adalah diagnosa keperawatan mengenai suatu kondisi yang dapat mempengaruhi pasien yang mengalami gangguan pernapasan, gangguan jantung, dan masalah muskuloskeletal. Intoleransi aktivitas dapat terjadi pada pasien dengan berbagai penyakit, seperti penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), gagal jantung, dan osteoartritis.

PPOK adalah salah satu penyebab paling umum dari intoleransi aktivitas. Pasien dengan PPOK sering mengalami kesulitan bernapas saat melakukan aktivitas fisik, seperti berjalan, naik tangga, atau berolahraga. Selain itu, mereka juga bisa mengalami gejala lain, seperti kelelahan, sakit dada, dan batuk.

Gagal jantung juga dapat menyebabkan intoleransi aktivitas. Pasien dengan gagal jantung sering merasakan kelelahan dan sesak napas saat melakukan aktivitas fisik, seperti berjalan atau memindahkan barang yang berat. Mereka juga bisa mengalami edema (pembengkakan kaki atau kaki yang disebabkan oleh penumpukan cairan) dan nyeri dada.

Osteoartritis adalah jenis arthritis yang dapat menyebabkan nyeri dan kekakuan pada sendi. Pasien dengan osteoartritis sering merasakan kesulitan dalam melakukan aktivitas fisik, seperti berjalan atau mengangkat barang yang berat.

Untuk mengurangi risiko intoleransi aktivitas pada pasien, perawat harus melakukan evaluasi terhadap kondisi pasien sebelum memberikan aktivitas fisik. Evaluasi meliputi pengukuran tekanan darah, detak jantung, dan kadar oksigen dalam darah. Jika pasien memiliki risiko intoleransi aktivitas yang tinggi, perawat harus memberikan aktivitas fisik yang lebih ringan atau mengurangi durasi aktivitas fisik. Perawat juga harus mengawasi pasien selama aktivitas fisik untuk memantau tanda-tanda intoleransi aktivitas, seperti sesak napas, kelelahan yang berlebihan, atau nyeri dada.

Selain itu, perawat juga harus memberikan edukasi kepada pasien tentang cara mengatasi intoleransi aktivitas, seperti melakukan latihan pernapasan atau menggunakan oksigen tambahan selama aktivitas fisik. Perawat juga harus memastikan bahwa pasien memiliki akses ke obat-obatan yang tepat untuk mengelola gejala penyakit yang mendasari intoleransi aktivitas.

Dalam rangka mengurangi risiko intoleransi aktivitas, perawat juga dapat membantu pasien untuk memperbaiki kualitas hidup mereka dengan mengajarkan teknik manajemen stres dan memberikan dukungan emosional. Hal ini dapat membantu pasien untuk membangun rasa percaya diri dan meningkatkan kemampuan mereka untuk melakukan aktivitas fisik dengan lebih efektif dan aman.

Dalam kesimpulannya, risiko intoleransi aktivitas dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien dengan berbagai kondisi medis. Perawat dapat membantu mengurangi risiko intoleransi aktivitas dengan melakukan evaluasi dan memberikan aktivitas fisik yang tepat serta memberikan edukasi dan dukungan kepada pasien.

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)




Definisi

Berisiko mengalami ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari


Faktor Risiko

  1. Gangguan sirkulasi: Merupakan kondisi di mana aliran darah ke seluruh tubuh terganggu, bisa disebabkan oleh berbagai hal seperti penyempitan pembuluh darah, kerusakan pada jantung, atau gangguan pada sistem pernapasan.

  2. Ketidakbugaran status fisik: Merupakan kondisi tubuh yang tidak mampu melakukan aktivitas fisik dengan baik atau maksimal karena berbagai faktor, seperti kekurangan latihan fisik, penyakit, atau faktor usia.

  3. Riwayat intoleransi aktivitas sebelumnya: Merupakan catatan medis tentang riwayat pasien yang mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas fisik tertentu di masa lalu.

  4. Tidak berpengalaman dengan suatu aktivitas: Merupakan kondisi di mana seseorang tidak memiliki pengalaman atau keterampilan yang cukup dalam melakukan suatu aktivitas tertentu.

  5. Gangguan pernapasan: Merupakan kondisi di mana fungsi pernapasan seseorang terganggu atau tidak normal, bisa disebabkan oleh berbagai hal seperti asma, PPOK, atau penyakit paru-paru lainnya. Gangguan pernapasan dapat menyebabkan intoleransi aktivitas pada pasien.


Kondisi Klinis Terkait

  1. Anemia: Merupakan kondisi di mana kadar hemoglobin dalam darah rendah sehingga mengurangi kemampuan darah untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh. Pasien dengan anemia bisa mengalami kelelahan dan kesulitan melakukan aktivitas fisik.

  2. Gagal jantung kongestif: Merupakan kondisi di mana jantung tidak mampu memompa darah dengan baik sehingga mengakibatkan penumpukan cairan di paru-paru dan tubuh. Pasien dengan gagal jantung kongestif biasanya mengalami kesulitan bernapas dan mudah lelah saat melakukan aktivitas fisik.

  3. Penyakit katup jantung: Merupakan kondisi di mana katup jantung tidak bekerja dengan baik sehingga mengurangi aliran darah keluar dan ke dalam jantung. Pasien dengan penyakit katup jantung bisa mengalami sesak napas dan kelelahan saat melakukan aktivitas fisik.

  4. Aritmia: Merupakan kondisi di mana detak jantung tidak teratur sehingga mengurangi kemampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Pasien dengan aritmia bisa mengalami sesak napas dan kelelahan saat melakukan aktivitas fisik.

  5. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK): Merupakan kondisi di mana saluran pernapasan terhambat sehingga mengurangi kemampuan pasien untuk bernapas dengan baik. Pasien dengan PPOK bisa mengalami sesak napas dan kelelahan saat melakukan aktivitas fisik.

  6. Gangguan metabolik: Merupakan kelainan pada metabolisme tubuh sehingga mengganggu fungsi organ dan sistem dalam tubuh. Pasien dengan gangguan metabolik bisa mengalami kelelahan dan kesulitan melakukan aktivitas fisik.

  7. Gangguan muskuloskeletal: Merupakan kondisi yang terkait dengan tulang, otot, dan persendian. Pasien dengan gangguan muskuloskeletal bisa mengalami kesulitan melakukan aktivitas fisik karena rasa nyeri atau kekakuan pada bagian tubuh yang terkena.



Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)

Luaran Utama

Toleransi Aktivitas (L.05047)

Luaran Tambahan

Curah Jantung (L.02008)
Konservasi Energi (L.05040)
Tingkat Keletihan (L.05046)

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)

Intervensi Utama

Manajemen Energi (I.05178)
Promosi Latihan Fisik (I.05183)

Intervensi Pendukung

Dukungan Perawatan Diri (I.11348)
Dukungan Tidur (I.09265)
Edukasi Aktivitas atau Istirahat (I.12362)
Edukasi Latihan Fisik (I.12389)
Identifikasi Risiko (I.14502)
Latihan Pernapasan (I.01007)
Manajemen Alat Pacu Jantung Permanen (I.02032)
Manajemen Medikasi (I.14517)
Manajemen Nutrisi (I.03119)
Manajemen Nyeri (I.08238)
Pemantauan Respirasi (I.01014)
Pemantauan Tanda Vital (I.02060)
Pengaturan Posisi (I.01019)
Promosi Berat Badan (I.03136)
Rehabilitasi Jantung (I.02081)
Surveilans (I.14582)
Terapi Aktivitas (I.05186)
Terapi Oksigen (I.01026)


Referensi:

  1. American Thoracic Society. (2003). ATS Statement: Guidelines for the Six-Minute Walk Test. American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine, 167(9), 111-117.
  2. Jang, Y., Kim, S., & Choi, J. (2016). Effects of exercise on fatigue, sleep, and resting energy expenditure in patients with metabolic syndrome: a preliminary randomized controlled trial. BMC Public Health, 16(1), 1092.
  3. PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
  4. PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
  5. PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
SDKI - D.0060 Risiko Intoleransi Aktivitas Reviewed by Nursing University on 7:49:00 PM Rating: 5

Tidak ada komentar:

All Rights Reserved by GMK.MY.ID © 2023
Powered By Blogger

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.