SDKI - D.0063 Gangguan Menelan
Pengetahuan Umum
Diagnosis Keperawatan Gangguan menelan, juga dikenal sebagai disfagia, adalah ketidakmampuan atau kesulitan dalam menelan makanan atau cairan. Gangguan menelan dapat terjadi pada siapa saja, tetapi paling umum terjadi pada orang yang lebih tua dan orang dengan kondisi medis tertentu seperti stroke, penyakit Parkinson, atau penyakit Alzheimer.
Gangguan menelan dapat menyebabkan masalah yang serius seperti aspirasi (terhisapnya makanan atau cairan ke dalam paru-paru), penurunan berat badan, dehidrasi, kekurangan nutrisi, dan kualitas hidup yang buruk. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi dan menangani gangguan menelan dengan tepat.
Tanda-tanda gangguan menelan meliputi kesulitan menelan, tersedak saat makan atau minum, perasaan makanan atau cairan tersangkut di tenggorokan, suara serak atau suara batuk setelah makan atau minum, dan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami tanda-tanda ini, segera hubungi dokter.
Penanganan gangguan menelan tergantung pada penyebabnya. Beberapa metode yang dapat digunakan termasuk terapi bicara, latihan menelan, perubahan tekstur dan konsistensi makanan dan minuman, penggunaan alat bantu seperti sendok khusus atau tabung makanan, serta intervensi medis seperti operasi atau pemasangan feeding tube.
Perawatan keperawatan juga dapat membantu dalam penanganan gangguan menelan. Perawat dapat membantu pasien dengan gangguan menelan dengan mengidentifikasi makanan dan minuman yang aman untuk dikonsumsi, memberikan perawatan mulut dan gigi yang tepat, dan memastikan kepatuhan pasien terhadap rencana pengobatan yang direkomendasikan oleh dokter.
Dalam kasus yang lebih parah, pasien dengan gangguan menelan mungkin memerlukan perawatan di rumah sakit atau pusat rehabilitasi untuk membantu mereka pulih dan meningkatkan kemampuan menelan mereka. Perawat dapat membantu pasien selama masa pemulihan dengan memonitor gejala, memberikan perawatan yang dibutuhkan, dan memberikan dukungan emosional.
Dalam kesimpulannya, gangguan menelan adalah kondisi yang serius dan memerlukan penanganan yang tepat untuk mencegah komplikasi yang lebih serius. Perawatan keperawatan dapat membantu dalam penanganan gangguan menelan dengan memberikan perawatan yang tepat, mengidentifikasi makanan dan minuman yang aman untuk dikonsumsi, dan memberikan dukungan emosional selama masa pemulihan.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
Definisi
Fungsi menelan abnormal akibat defisit struktur atau fungsi oral, faring, atau esofagus
Penyebab
Gangguan serebrovaskular: kondisi medis yang disebabkan oleh masalah sirkulasi darah ke otak, yang dapat menyebabkan kerusakan pada fungsi saraf dan gejala seperti kesulitan bicara, kesulitan berjalan, dan kelemahan pada anggota tubuh. Gangguan saraf kranialis: kondisi medis yang memengaruhi saraf kranial, yaitu 12 pasang saraf yang keluar langsung dari otak dan bertanggung jawab untuk mengontrol sebagian besar fungsi sensorik dan motorik pada wajah dan leher. Paralisis serebral: kondisi medis yang menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan pada otot-otot tubuh, biasanya terjadi pada bayi atau anak kecil dan disebabkan oleh kerusakan otak sebelum atau saat kelahiran. Akalasia: gangguan pada saluran pencernaan di mana otot yang mengatur masuknya makanan ke dalam lambung tidak berfungsi dengan baik, menyebabkan kesulitan menelan dan nyeri dada. Abnormalitas laring: kelainan pada struktur laring, yang dapat menyebabkan masalah suara, kesulitan bernafas, atau kesulitan menelan. Abnormalitas orofaring: kelainan pada bagian belakang mulut dan tenggorokan, yang dapat menyebabkan kesulitan menelan dan napas yang terganggu. Anomali jalan napas atas: kondisi medis yang menyebabkan kesulitan bernapas karena obstruksi pada saluran napas atas, dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti kelainan struktural atau kondisi medis lainnya. Defek anatomik kongenital: kelainan bawaan pada struktur tubuh, yang dapat terjadi pada berbagai bagian tubuh seperti jantung, otak, dan saluran pencernaan. Defek laring: kelainan pada struktur laring, yang dapat menyebabkan masalah suara, kesulitan bernafas, atau kesulitan menelan. Defek nasal: kelainan pada struktur hidung, yang dapat menyebabkan kesulitan bernafas dan infeksi sinus. Defek rongga nasofaring: kelainan pada rongga nasofaring, yaitu bagian atas tenggorokan di belakang hidung, yang dapat menyebabkan masalah bernapas dan kesulitan menelan. Defek trakea: kelainan pada struktur trakea, yang dapat menyebabkan kesulitan bernapas dan batuk kronis. Refluks gastroesofagus: kondisi medis di mana isi lambung kembali naik ke kerongkongan dan menyebabkan nyeri dada, sakit tenggorokan, dan mual. Obstruksi mekanis: penyumbatan pada saluran pencernaan atau saluran napas yang disebabkan oleh benda asing atau kelainan struktural. Prematuritas: kondisi bayi yang lahir sebelum mencapai usia kehamilan 37 minggu, yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti pernapasan yang tidak stabil, risiko infeksi, dan masalah perkembangan.
Gejala & Tanda Mayor:
| Subjektif | Objektif |
|
|
Gejala & Tanda Minor:
| Subjektif | Objektif |
Oral
| Oral
|
Faring
| Faring
|
Esofagus
| Esofagus
|
Kondisi Klinis Terkait
Stroke: kondisi medis yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu, yang dapat menyebabkan kerusakan otak dan berbagai gejala seperti kelemahan pada anggota tubuh, kesulitan bicara, dan kesulitan berjalan. Distrofi muskuler: kelompok penyakit genetik yang menyebabkan otot-otot tubuh melemah dan mengecil seiring waktu, dan dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk bergerak dan melakukan aktivitas sehari-hari. Poliomielitis: penyakit virus yang menyebabkan kerusakan pada saraf tulang belakang dan otot, dan dapat menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan pada anggota tubuh. Cerebral palsy: kondisi medis yang menyebabkan kelumpuhan atau kelemahan pada otot-otot tubuh, yang disebabkan oleh kerusakan pada otak yang terjadi sebelum atau saat kelahiran. Penyakit Parkinson: kondisi medis yang menyebabkan kelemahan dan kaku pada otot, tremor, dan masalah koordinasi gerakan. Guillain Barre Syndrome: kondisi medis di mana sistem kekebalan tubuh menyerang saraf tepi, menyebabkan kelemahan otot, kesulitan bergerak, dan kesulitan bernapas. Myastenia gravis: kondisi medis di mana sistem kekebalan tubuh menyerang sambungan saraf-otot, menyebabkan kelemahan otot, kesulitan bernapas, dan kesulitan mengunyah dan menelan. Amyotrophic lateral sclerosis: kondisi medis yang menyebabkan kerusakan pada saraf yang mengontrol gerakan otot, menyebabkan kelemahan otot, kesulitan bergerak, dan kesulitan bernapas. Neoplasma otak: tumor yang terbentuk di otak, yang dapat memengaruhi fungsi otak dan menyebabkan berbagai gejala tergantung pada lokasi tumor. Paralisis pita suara: kondisi medis di mana pita suara tidak berfungsi dengan baik, menyebabkan suara serak atau hilang sama sekali. Kerusakan saraf kranialis V, VII, IX, X, XI: kelumpuhan atau kelemahan pada saraf kranial yang bertanggung jawab untuk mengontrol berbagai fungsi pada wajah, leher, dan tenggorokan, tergantung pada saraf kranial yang terkena. Esofagitis: kondisi medis di mana lapisan dalam kerongkongan meradang atau rusak, biasanya disebabkan oleh refluks asam lambung atau infeksi jamur. Gejala termasuk kesulitan menelan, sakit dada, dan rasa terbakar di dada.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
Luaran Utama
Luaran Tambahan
Adaptasi Neonatus (L.10098)
Fungsi Gastrointestinal (L.03019)
Organisasi Perilaku Bayi (L.05043)
Status Neurologis (L.06053)
Status Nutrisi (L.03030)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
Intervensi Utama
Intervensi Pendukung
Dukungan Emosional (I.09256)
Manajemen Nutrisi (I.03119)
Manajemen Medikasi (I.14517)
Pemberian Makanan (I.03125)
Pemberian Makanan Enteral (I.03126)
Pemberian Obat (I.02062)
Pemberian Obat Intravena (I.02065)
Pengaturan Posisi (I.01019)
Penghisapan Jalan Napas (I.01020)
Reduksi Ansietas (I.09134)
Surveilans (I.14582)
Terapi Relaksasi Otot Progresif (I.05187)
Referensi:
- Baijens, L. W. J., Clave, P., Cras, P., Ekberg, O., Forster, A., Kolb, G. F., ... & Walshe, M. (2015). European society for swallowing disorders- European union geriatric medicine society white paper: oropharyngeal dysphagia as a geriatric syndrome. Clinical interventions in aging, 10, 1403-1428.
- Altman, K. W., Yu, G. P., & Schaefer, S. D. (2010). Consequence of dysphagia in the hospitalized patient: impact on prognosis and hospital resources. Archives of otolaryngology–head & neck surgery, 136(8), 784-789.
- PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
- PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
- PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.

Tidak ada komentar: