SDKI - D.0065 Konfusi Kronis

Pengetahuan Umum

Konfusi kronis adalah kondisi kognitif yang sering ditemukan pada orang yang lebih tua, dan dapat berdampak signifikan pada kualitas hidup mereka. Konfusi kronis juga dikenal sebagai sindrom delirium kronis atau demensia yang berhubungan dengan penderitaan yang bertahan lama atau kronis. Beberapa kondisi medis dapat menyebabkan konfusi kronis, termasuk penyakit Alzheimer, penyakit Parkinson, atau stroke.

Konfusi kronis ditandai oleh berbagai gejala, termasuk kesulitan dalam memori, konsentrasi, dan pemikiran abstrak. Orang yang menderita konfusi kronis seringkali menjadi bingung dan kehilangan orientasi pada waktu, tempat, dan orang yang dikenal. Gejala ini dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain, melakukan aktivitas sehari-hari, dan merawat diri sendiri.

Penting untuk mengenali gejala konfusi kronis dan mencari pengobatan secepat mungkin. Meskipun kondisi ini tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, perawatan medis dapat membantu mengontrol gejala dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Perawatan medis dapat mencakup pengobatan obat-obatan, terapi fisik dan okupasi, dan pendekatan pengobatan holistik.

Pengobatan obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi konfusi kronis dapat meliputi antipsikotik, antidepresan, atau obat penenang. Terapi fisik dan okupasi dapat membantu meningkatkan kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari, seperti mandi, berpakaian, dan makan. Pendekatan pengobatan holistik, seperti terapi musik, seni, atau aromaterapi, dapat membantu mengurangi gejala konfusi kronis dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Perawatan yang efektif untuk konfusi kronis membutuhkan tim perawatan yang terdiri dari dokter, perawat, terapis fisik dan okupasi, dan ahli gizi. Tim perawatan dapat membantu memantau kemajuan pasien dan mengadaptasi perawatan sesuai dengan kebutuhan individu. Selain itu, dukungan keluarga juga sangat penting dalam membantu pasien mengatasi gejala konfusi kronis dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

Dalam rangka mencegah konfusi kronis, penting untuk menjaga kesehatan secara keseluruhan dengan mengikuti pola makan sehat, tidur yang cukup, dan menjaga keseimbangan emosional dan mental. Penting juga untuk menghindari faktor risiko yang dapat menyebabkan konfusi kronis, seperti alkohol, obat-obatan terlarang, atau cedera kepala.

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)




Definisi

Gangguan kesadaran, perhatian, kognitif, dan persepsi yang ireversibel, berlangsung lama, dan atau progresif


Penyebab

  1. Cedera otak adalah kerusakan pada otak yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti penyakit neurologis, trauma, tumor, atau kerusakan serebrovaskuler. Cedera otak dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berpikir, berbicara, dan bergerak secara normal.

  2. Psikosis Korsakoff adalah kondisi neurologis yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B1 atau thiamin. Psikosis Korsakoff biasanya terjadi pada orang yang memiliki kebiasaan minum alkohol secara berlebihan dan dapat menyebabkan gejala seperti gangguan memori, disorientasi, dan halusinasi.

  3. Demensia multi infark adalah jenis demensia yang disebabkan oleh serangkaian stroke kecil atau infark serebral yang berulang-ulang. Kondisi ini dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berpikir, berbicara, dan bergerak secara normal, serta dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien dan orang yang merawat mereka.


Gejala & Tanda Mayor:

Subjektif Objektif
  1. Kurang motivasi untuk memulai/ menyelesaikan perilaku berorientasi tujuan
  2. Kurang motivasi untuk memulai/ menyelesaikan perilaku terarah
  1. Fungsi kognitif berubah progresif
  2. Memori jangka pendek dan atau panjang berubah
  3. Interpretasi berubah
  4. Fungsi social terganggu
  5. Respon terhadap stimulus berubah

Gejala & Tanda Minor:

Subjektif Objektif
  1. Salah persepsi
  1. Gangguan otak organik

Kondisi Klinis Terkait

  1. Cedera kepala adalah kondisi di mana otak mengalami kerusakan karena benturan atau tekanan pada kepala. Cedera kepala dapat mempengaruhi berbagai aspek fungsi otak seperti memori, perhatian, dan kemampuan berbicara.

  2. Tumor otak adalah pertumbuhan abnormal sel-sel di dalam otak yang dapat memengaruhi fungsi otak dan sistem saraf lainnya. Gejala tumor otak bervariasi tergantung pada lokasi dan ukuran tumor, namun dapat termasuk sakit kepala, kejang, atau gangguan kognitif.

  3. Stroke adalah kondisi di mana suplai darah ke otak terganggu, biasanya karena pembuluh darah yang tersumbat atau pecah. Stroke dapat menyebabkan kerusakan otak yang parah dan memengaruhi berbagai fungsi otak seperti bicara, penglihatan, dan gerakan.

  4. Penyakit Alzheimer adalah jenis demensia yang memengaruhi kemampuan kognitif dan perilaku seseorang secara bertahap. Penyakit Alzheimer biasanya terjadi pada usia lanjut dan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

  5. Penyalahgunaan zat adalah kondisi di mana seseorang menggunakan obat atau alkohol secara berlebihan dan menyebabkan kerusakan pada organ tubuh, termasuk otak. Penyalahgunaan zat dapat menyebabkan gangguan kognitif, masalah emosi, dan masalah perilaku.

  6. Demensia multi infark adalah jenis demensia yang disebabkan oleh serangkaian stroke kecil atau infark serebral yang berulang-ulang. Kondisi ini dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berpikir, berbicara, dan bergerak secara normal, serta dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien dan orang yang merawat mereka.



Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)

Luaran Utama

Tingkat Konfusi (L.06054)

Luaran Tambahan

Identitas Diri (L.09070)
Kestabilan Kadar Glukosa Darah (L.03022)
Kontrol Gejala (L.14127)
Kontrol Pikir (L.09078)
Memori (L.09079)
Orientasi Kognitif (L.09081)
Perfusi Serebral (L.02014)
Proses Informasi (L.10100)
Status Neurologis (L.06053)
Tingkat Agitasi (L.09092)
Tingkat Demensia (L.09096)
Tingkat Keletihan (L.05046)

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)

Intervensi Utama

Manajemen Delirium (I.06189)
Manajemen Dimensia (I.09286)
Terapi Validasi (I.09332)

Intervensi Pendukung

Bimbingan Sistem Kesehatan (I.12360)
Dukungan Emosional (I.09256)
Dukungan Keluarga Merencanakan Perawatan (I.13477)
Dukungan Kepatuhan Program Pengobatan (I.12361)
Dukungan Pengambilan Keputusan (I.09265)
Dukungan Tidur (I.09265)
Identifikasi Risiko (I.14502)
Konsultasi via Telepon (I.12462)
Latihan Memori (I.06188)
Manajemen Energi (I.05178)
Manajemen Elektroensefalografi (I.06191)
Manajemen Elektrokonvulsif (I.06192)
Manajemen Halusinasi (I.09288)
Edukasi Keselamatan Lingkungan (I.12384)
Manajemen Medikasi (I.14517)
Manajemen Mood (I.09289)
Manajemen Stres (I.09293)
Orientasi Realita (I.09297)
Pencegahan Jatuh (I.14540)
Pengekangan Fisik (I.09300)
Pengekangan Kimiawi (I.09301)
Promosi Dukungan Keluarga (I.13488)
Promosi Latihan Fisik (I.05183)
Reduksi Ansietas (I.09134)
Stimulasi Kognitif (I.06208)
Surveilans (I.14582)
Teknik Menenangkan (I.08248)
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) (I.06211)
Terapi Aktivitas (I.05186)
Terapi Bantuan Hewan (I.09317)
Terapi Humor (I.09321)
Terapi Mileu (I.09324)
Terapi Musik (I.08250)
Terapi Rekreasi (I.08252)
Terapi Reminisens (I.09327)
Terapi Seni (I.09329)


Referensi:

  1. American Geriatrics Society Expert Panel on Postoperative Delirium in Older Adults. (2015). American Geriatrics Society abstracted clinical practice guideline for postoperative delirium in older adults. Journal of the American Geriatrics Society, 63(1), 142-150.
  2. Inouye, S. K. (2006). Delirium in older persons. New England Journal of Medicine, 354(11), 1157-1165.
  3. PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
  4. PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
  5. PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
SDKI - D.0065 Konfusi Kronis Reviewed by Nursing University on 4:24:00 PM Rating: 5

Tidak ada komentar:

All Rights Reserved by GMK.MY.ID © 2023
Powered By Blogger

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.