SDKI - D.0068 Risiko Konfusi Akut

 

DAFTAR ISI:


PENGETAHUAN UMUM

Risiko Konfusi Akut adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan adanya kemungkinan terjadi gangguan kognitif yang sering terjadi pada pasien yang sakit atau setelah operasi. Konfusi akut ditandai dengan adanya perubahan tajam pada status mental, termasuk gangguan orientasi, kesulitan memperhatikan, mengingat, dan berpikir. Pasien yang mengalami konfusi akut seringkali memiliki risiko lebih tinggi terhadap komplikasi medis dan pengobatan yang tidak optimal. Oleh karena itu, penting bagi perawat untuk mengenali tanda-tanda konfusi akut dan mengambil tindakan yang tepat untuk mengelola risiko tersebut.

Beberapa faktor risiko konfusi akut meliputi usia lanjut, kondisi medis yang serius, dan jenis operasi yang dilakukan. Pasien dengan riwayat penyakit neurologis, psikiatris, dan kecanduan alkohol juga memiliki risiko lebih tinggi terhadap konfusi akut. Selain itu, penggunaan obat-obatan tertentu, seperti benzodiazepin dan antikolinergik, juga dapat meningkatkan risiko terjadinya konfusi akut.

Untuk mengurangi risiko konfusi akut, perawat dapat melakukan tindakan seperti memantau kondisi mental pasien secara teratur, memberikan orientasi dan dukungan, mengoptimalkan tidur dan nutrisi, serta mengurangi penggunaan obat-obatan yang dapat meningkatkan risiko konfusi akut. Perawat juga dapat berkoordinasi dengan tim medis untuk mengembangkan rencana perawatan yang lebih terkoordinasi dan terintegrasi.

Dalam kasus yang lebih serius, seperti ketika pasien mengalami delirium atau keadaan mental yang berat, perawat dapat mengambil tindakan seperti membatasi rangsangan yang membingungkan dan mengurangi kecemasan dengan memberikan informasi yang jelas dan terstruktur. Jika diperlukan, perawat dapat meminta konsultasi dari ahli neurologi atau psikiatri untuk membantu mengelola kondisi pasien.

Dalam kesimpulannya, konfusi akut merupakan kondisi yang sering terjadi pada pasien yang sakit atau setelah operasi, dan memiliki risiko yang signifikan terhadap komplikasi medis dan pengobatan yang tidak optimal. Oleh karena itu, perawat harus mengenali tanda-tanda konfusi akut dan mengambil tindakan yang tepat untuk mengelola risiko tersebut.



Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)




Definisi

Risiko mengalami gangguan kesadaran, perhatian, kognisi, dan persepsi yang reversibel dan terjadi dalam periode waktu singkat


Faktor Risiko

  1. Usia di atas 60 tahun: Usia adalah faktor risiko utama konfusi akut, dan risiko semakin tinggi pada pasien yang lebih tua dari 60 tahun.
  2. Perubahan fungsi kognitif: Perubahan tajam pada status mental, termasuk gangguan orientasi, kesulitan memperhatikan, mengingat, dan berpikir dapat menunjukkan adanya konfusi akut.
  3. Perubahan siklus tidur-bangun: Gangguan tidur dan bangun dapat menjadi tanda-tanda konfusi akut.
  4. Dehidrasi: Kekurangan cairan dalam tubuh dapat menyebabkan konfusi akut pada pasien.
  5. Demensia: Pasien dengan demensia memiliki risiko lebih tinggi terhadap konfusi akut.
  6. Riwayat stroke: Pasien dengan riwayat stroke memiliki risiko lebih tinggi terhadap konfusi akut.
  7. Gangguan fungsi metabolik: Penurunan fungsi metabolik, seperti azotemia, penurunan hemoglobin, ketidakseimbangan elektrolit, peningkatan nitrogen urea darah (BUN)/kreatinin, dapat meningkatkan risiko terjadinya konfusi akut.
  8. Gangguan mobilitas: Pasien dengan gangguan mobilitas dapat mengalami konfusi akut karena perubahan aktivitas fisik yang signifikan.
  9. Penggunaan restrain yang tidak tepat: Penggunaan tindakan pembatasan fisik yang tidak tepat dapat menyebabkan konfusi akut pada pasien.
  10. Infeksi: Infeksi dapat meningkatkan risiko terjadinya konfusi akut pada pasien.
  11. Malnutrisi: Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan konfusi akut pada pasien.
  12. Nyeri: Nyeri yang tidak terkontrol dapat menyebabkan konfusi akut pada pasien.
  13. Efek agen farmakologis: Beberapa jenis obat-obatan dapat menyebabkan konfusi akut pada pasien.
  14. Deprivasi sensori: Kekurangan informasi sensori (misalnya, penglihatan atau pendengaran) dapat menyebabkan konfusi akut pada pasien.
  15. Penyalahgunaan zat: Penyalahgunaan zat (misalnya, alkohol atau obat-obatan terlarang) dapat meningkatkan risiko terjadinya konfusi akut pada pasien.

Kondisi Klinis Terkait

  1. Cedera kepala: Cedera pada kepala dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan otak dan mengganggu fungsi kognitif seperti memori, perhatian, dan kemampuan berpikir.
  2. Stroke: Stroke terjadi ketika pasokan darah ke otak terhenti atau terganggu, yang dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan otak dan menyebabkan gangguan kognitif seperti kesulitan berbicara, memori, dan perhatian.
  3. Penyakit Alzheimer: Penyakit Alzheimer adalah jenis demensia yang paling umum. Ini disebabkan oleh kerusakan jaringan otak dan dapat menyebabkan gejala seperti hilangnya memori, kesulitan berbicara, dan perubahan perilaku.
  4. Penyalahgunaan zat: Penyalahgunaan zat, seperti alkohol atau obat-obatan terlarang, dapat menyebabkan gangguan kognitif dan masalah kesehatan mental lainnya.
  5. Demensia: Demensia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan otak yang mengganggu kemampuan seseorang untuk berpikir, berbicara, dan melakukan aktivitas sehari-hari. Ini dapat disebabkan oleh banyak kondisi, termasuk penyakit Alzheimer, stroke, dan cedera otak. Gejala termasuk hilangnya memori, kesulitan berbicara, dan perubahan perilaku.


SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)

Luaran Utama

Tingkat Konfusi (L.06054)

Luaran Tambahan

Kestabilan Kadar Glukosa Darah (L.03022)
Kontrol Pikir (L.09078)
Memori (L.09079)
Orientasi Kognitif (L.09081)
Perfusi Serebral (L.02014)
Proses Informasi (L.10100)
Status Neurologis (L.06053)
Tingkat Agitasi (L.09092)
Tingkat Delirium (L.09095)
Tingkat Jatuh (L.14138)

SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)

Intervensi Utama

Manajemen Nyeri (I.08238)
Manajemen Dimensia (I.09286)
Pencegahan Infeksi (I.14539)

Intervensi Pendukung

Dukungan Pemulihan Penyalahgunaan Alkohol (I.09263)
Dukungan Pemulihan Penyalahgunaan Zat (I.09264)
Dukungan Tidur (I.09265)
Edukasi Penyalahgunaan Alkohol (I.12417)
Edukasi Penyalahgunaan Zat (I.12418)
Identifikasi Risiko (I.14502)
Manajemen Asam Basa (I.02036)
Manajemen Cairan (I.03098)
Manajemen Delirium (I.06189)
Manajemen Elektrolit (I.03102)
Manajemen Halusinasi (I.09288)
Manajemen Penyalahgunaan Zat (I.09291)
Orientasi Realita (I.09297)
Pemantauan Cairan (I.03121)
Pemantauan Neurologis (I.06197)
Pemantauan Tanda Vital (I.02060)
Pencegahan Jatuh (I.14540)
Pencegahan Penyalahgunaan Zat (I.09298)
Pengontrolan Penyalahgunaan Tembakau (I.09302)
Pengontrolan Penyalahgunaan Zat (I.09303)
Perawatan Pascaanestesi (I.06205)
Perawatan Retensi Urine (I.04165)
Promosi Latihan Fisik (I.05183)
Skrining Penyalahgunaan Zat (I.09316)
Surveilans (I.14582)
Terapi Penyalahgunaan Zat (Detoksifikasi Zat) (I.09325)


Referensi:

  1. Inouye, S. K., Westendorp, R. G. J., & Saczynski, J. S. (2014). Delirium in elderly people. The Lancet, 383(9920), 911-922. doi: 10.1016/S0140-6736(13)60688-1
  2. C. M., Fleming, J., Ince, P. G., & Matthews, F. E. (2012). Association of Delirium with Cognitive Decline in Late Life: A Neuropathologic Study of 3 Population-Based Cohort Studies. JAMA Psychiatry, 69(4), 381-389.
  3. PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
  4. PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
  5. PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
SDKI - D.0068 Risiko Konfusi Akut Reviewed by Nursing University on 8:41:00 AM Rating: 5

Tidak ada komentar:

All Rights Reserved by GMK.MY.ID © 2023
Powered By Blogger

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.