SDKI - D.0071 Pola Seksual Tidak Efektif
DAFTAR ISI:
PENGETAHUAN UMUM
Pola Seksual Tidak Efektif adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi di mana seseorang mengalami gangguan dalam kepuasan seksual atau tidak mampu melakukan hubungan seksual yang memuaskan. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang serta hubungan interpersonal dengan pasangan.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pola seksual tidak efektif antara lain gangguan hormon, gangguan psikologis, efek samping obat-obatan, penyakit kronis, dan masalah hubungan interpersonal.
Perawat memiliki peran penting dalam membantu pasien yang mengalami pola seksual tidak efektif. Perawat dapat melakukan pendekatan holistik terhadap pasien dengan mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi, memberikan dukungan emosional, edukasi, serta mempromosikan perawatan mandiri dan kesehatan seksual.
Selain itu, perawat juga dapat memberikan intervensi dan tindakan medis yang diperlukan, seperti pemberian obat-obatan atau terapi hormon, terapi perilaku kognitif, atau terapi seksual. Penting bagi perawat untuk membangun hubungan yang baik dengan pasien, mendengarkan keluhan dan kekhawatiran mereka, serta memberikan dukungan dan perawatan yang tepat.
Dalam mengatasi pola seksual tidak efektif, peran pasangan juga sangat penting. Pasangan dapat memberikan dukungan emosional, mengkomunikasikan kebutuhan dan kekhawatiran, serta bekerja sama dalam mencari solusi dan mengatasi masalah.
Dalam kesimpulan, pola seksual tidak efektif adalah masalah yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang dan hubungan interpersonal. Perawat memiliki peran penting dalam membantu pasien dengan memberikan dukungan, edukasi, dan tindakan medis yang diperlukan serta mempromosikan perawatan mandiri dan kesehatan seksual. Pasangan juga dapat memberikan dukungan dan bekerja sama dalam mengatasi masalah ini.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
Definisi
Kekhawatiran individu melakukan hubungan seksual yang berisiko menyebabkan perubahan kesehatan
Penyebab
Kurang privasi: Kondisi di mana individu tidak memiliki tempat atau waktu yang cukup untuk melakukan aktivitas seksual secara pribadi atau aman dari gangguan orang lain. Ketiadaan pasangan: Kondisi di mana individu tidak memiliki pasangan seksual untuk memenuhi kebutuhan seksualnya. Konflik orientasi seksual: Kondisi di mana individu mengalami kesulitan atau konflik dalam merasa dan menerima orientasi seksualnya, baik itu gay, lesbian, biseksual atau transgender. Ketakutan hamil: Kondisi di mana individu mengalami ketakutan atau kecemasan berlebihan terhadap kehamilan yang dapat mempengaruhi kehidupan seksualnya. Ketakutan terinfeksi penyakit menular seksual: Kondisi di mana individu mengalami ketakutan atau kecemasan berlebihan terhadap terinfeksi penyakit menular seksual yang dapat mempengaruhi kehidupan seksualnya. Hambatan hubungan dengan pasangan: Kondisi di mana individu mengalami hambatan atau masalah dalam hubungan dengan pasangan seksualnya, yang dapat mempengaruhi kehidupan seksualnya. Kurang terpapar informasi tentang seksualitas: Kondisi di mana individu memiliki pengetahuan yang kurang atau minim tentang seksualitas yang dapat mempengaruhi kehidupan seksualnya.
Gejala dan Tanda Mayor
| Subjektif | Objektif |
|
|
Gejala dan Tanda Minor
| Subjektif | Objektif |
|
|
Kondisi Klinis Terkait
Mastektomi: Operasi pengangkatan payudara yang biasanya dilakukan sebagai pengobatan atau pencegahan kanker payudara. Histerektomi: Operasi pengangkatan rahim yang dilakukan sebagai pengobatan atau pencegahan kanker rahim atau masalah ginekologis lainnya. Kanker: Kondisi medis yang disebabkan oleh pertumbuhan sel abnormal yang tidak terkendali dan dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya. Kondisi yang menyebabkan paralisis: Kondisi medis yang mengakibatkan kerusakan pada sistem saraf, menghambat kemampuan tubuh untuk bergerak dan/atau merasakan bagian tubuh tertentu. Penyakit menular seksual (mis. sifilis, gonore, AIDS): Penyakit yang menyebar melalui hubungan seksual dan dapat menyebabkan gejala-gejala yang merusak kesehatan seksual dan reproduksi. Contohnya termasuk sifilis, gonore, dan AIDS - .
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
Luaran Utama
Luaran Tambahan
Dukungan sosial (L.13113)
Fungsi Seksual (L.07055)
Harapan (L.09068)
Harga Diri (L.09069)
Kesadaran Diri (L.09072)
Kontrol Risiko (L.14128)
Penampilan Peran (L.13119)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Intervensi Utama
Konseling Seksualitas (I.07214)
Intervensi Pendukung
Latihan Otot Panggul (I.07215)
Edukasi Infertilitas (I.12374)
Edukasi Keluarga Berencana (I.12381)
Edukasi Kemoterapi (I. 12382)
Edukasi Komunikasi Efektif (I.12387)
Edukasi Manajemen Stress (I.12392)
Edukasi Penggunaan Alat Kontrasepsi (I.12411)
Perawatan Kenyamanan (I.08245)
Perawatan Pasca Persalinan (I.07225)
Perawatan Perineum (I.07226)
Promosi Harga Diri (I.09308)
Promosi Koping (I.09312)
Manajemen Depresi Pascapersalinan (I.09287)
Manajemen Kehamilan Tidak Dikehendaki (I.07216)
Manajemen Perilaku Seksual (I.07218)
Manajemen Penggantian Hormon (I.07217)
Manajemen Stres (I.09293)
Manajemen Teknologi Sistem Reproduksi (I.07221)
Manajemen Terapi Radiasi (I.08240)
Manajemen Trauma Perkosaan (I.09294)
Manajemen Waham (I.09295)
Pemberian Obat Vaginal (I.07222)
Referensi:
- American Association of Sexuality Educators, Counselors, and Therapists (AASECT). (2018). Guidelines for the Practice of TeleMental Health in Sex Therapy and Sexual Health.
- Lee, Y. A., & Gallagher-Thompson, D. (2014). The role of culture in sexuality and sexual dysfunction. In K. R. Geisinger (Ed.), APA handbook of testing and assessment in psychology, Vol. 3: Testing and assessment in clinical and counseling psychology (pp. 551-568). American Psychological Association.
PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
SDKI - D.0071 Pola Seksual Tidak Efektif
Reviewed by Nursing University
on
6:49:00 PM
Rating:

Tidak ada komentar: