SDKI - D.0094 Koping Defensif
Koping defensif adalah cara seseorang mengatasi masalah atau stresor dengan cara yang tidak sehat dan merugikan diri sendiri maupun orang lain. Koping defensif dapat terjadi ketika seseorang tidak dapat mengatasi stresor dengan cara yang efektif dan mencari jalan keluar dengan menggunakan strategi defensif yang berbahaya atau merugikan.
Dalam praktik keperawatan, perawat seringkali menghadapi pasien dengan masalah koping defensif. Kondisi ini dapat mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan pasien serta mempengaruhi proses penyembuhan.
Untuk mengatasi koping defensif, perawat dapat melakukan beberapa tindakan, antara lain:
Mengidentifikasi faktor pemicu koping defensif. Perawat perlu berbicara dengan pasien dan mencoba memahami faktor-faktor yang menyebabkan pasien menggunakan koping defensif.
Memberikan edukasi mengenai koping yang efektif. Perawat dapat memberikan edukasi kepada pasien mengenai koping yang efektif dan cara-cara untuk mengatasi masalah atau stresor.
Memberikan dukungan emosional. Perawat dapat memberikan dukungan emosional yang diperlukan bagi pasien yang mengalami koping defensif.
Mendorong pasien untuk mencari bantuan dari sumber daya yang tersedia. Perawat dapat membantu pasien untuk mencari sumber daya yang dapat membantu mereka mengatasi masalah, seperti terapi atau konseling.
Mendorong pasien untuk mengembangkan keterampilan koping yang sehat. Perawat dapat membantu pasien untuk mengembangkan keterampilan koping yang sehat, seperti olahraga, meditasi, atau kegiatan yang menenangkan.
Dalam mengatasi koping defensif, perawat perlu memperhatikan aspek-aspek budaya, kepercayaan, dan nilai-nilai pasien. Dengan memahami dan menghargai perbedaan budaya, perawat dapat memberikan perawatan yang lebih efektif dan membangun hubungan yang positif dengan pasien.
Dalam beberapa kasus, pasien mungkin memerlukan perawatan medis darurat atau intervensi psikiatri untuk mengatasi koping defensif. Perawat perlu bekerja sama dengan dokter dan tim medis lainnya untuk memberikan perawatan yang terbaik bagi pasien.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
Definisi
Proyeksi evaluasi diri untuk melindungi diri dari ancaman terhadap harga diri
Penyebab
- Konflik antara persepsi diri dan sistem nilai
- Takut mengalami kegagalan
- Takut mengalami penghinaan
- Takut terhadap dampak situasi yang dihadapi
- Kurangnya rasa percaya terhadap orang lain
- Kurangnya kepercayaan diri
- Kurangnya dukungan sistem pendukung (support system)
- Harapan yang tidak realistis
Gejala & Tanda Mayor:
| Subjektif | Objektif |
|
|
Gejala & Tanda Minor:
| Subjektif | Objektif |
|
|
Kondisi Klinis Terkait
- Penyakit kronis
- Penyalahgunaan zat
- Attention deficit/ hyperactivity disorder (ADHD)
- Gangguan perilaku
- Oppositional Defiant Disorder
- Delirium
- Demensia
- Gangguan amnestik
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
Luaran Utama
Luaran Tambahan
Harga Diri (L.09069)
Kesadaran Diri (L.09072)
Ketahanan Personal (L.09073)
Motivasi (L.09080)
Penampilan Peran (L.13119)
Penerimaan (L.09082)
Resolusi Berduka (L.09085)
Tingkat Ansietas (L.09093)
Tingkat Kepatuhan (L.12110)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Intervensi Utama
Promosi Kesadaran Diri (I.09311)
Promosi Koping (I.09312)
Intervensi Pendukung
Dukungan Keyakinan (I.09259)
Dukungan Memaafkan (I.09261)
Dukungan Pelaksanaan Ibadah (I.09262)
Dukungan Pengungkapan Kebutuhan (I.09266)
Dukungan Perasaan Bersalah (I.09268)
Konseling (I.10334)
Kontrol Perilaku Positif (I.09282)
Manajemen Lingkungan (I.14514)
Modifikasi Perilaku Keterampilan Sosial (I.13484)
Promosi Citra Tubuh (I.09305)
Promosi Resiliens (I.13497)
Promosi Sistem Pendukung (I.09313)
Promosi Sosialisasi (I.13498)
Restrukturisasi Kognitif (I.06207)
Terapi Kelompok (I.13500)
Terapi Reminisens (I.09327)
Referensi:
PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.

Tidak ada komentar: