SDKI - D.0134 Risiko Alergi
DAFTAR ISI:
PENGETAHUAN UMUM
Alergi merupakan suatu reaksi yang tidak normal dan berlebihan dari sistem kekebalan tubuh terhadap suatu benda yang sebenarnya tidak berbahaya, seperti serbuk sari, makanan, atau obat-obatan. Reaksi alergi dapat terjadi pada siapa saja, terlepas dari usia, jenis kelamin, atau kondisi kesehatan. Beberapa reaksi alergi hanya menimbulkan gejala ringan seperti ruam, sementara yang lain bisa menyebabkan reaksi yang mengancam jiwa seperti anafilaksis.
Faktor Risiko Alergi
Ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang untuk mengalami alergi. Beberapa di antaranya adalah:
Riwayat keluarga. Jika anggota keluarga lain juga memiliki riwayat alergi, maka kemungkinan Anda juga mengalami alergi akan lebih tinggi.
Paparan awal. Paparan awal terhadap suatu benda tertentu dapat meningkatkan risiko alergi di kemudian hari.
Lingkungan. Lingkungan yang terpapar oleh polusi udara, asap rokok, atau bahan kimia tertentu dapat meningkatkan risiko alergi.
Kondisi kesehatan. Kondisi kesehatan yang melemahkan sistem kekebalan tubuh seperti HIV/AIDS atau kanker juga dapat meningkatkan risiko alergi.
Gejala Alergi
Beberapa gejala alergi yang umum terjadi di antaranya adalah:
Bersin-bersin dan hidung tersumbat atau berair
Mata gatal dan merah
Ruam pada kulit
Batuk-batuk dan sesak napas
Kram perut, mual, dan muntah
Pembengkakan pada bibir, lidah, atau wajah
Penurunan tekanan darah dan detak jantung yang cepat
Pencegahan Alergi
Untuk mencegah terjadinya alergi, Anda dapat melakukan beberapa hal, di antaranya adalah:
Hindari paparan dengan benda yang menyebabkan alergi.
Gunakan masker saat berada di lingkungan yang berpolusi atau terpapar bahan kimia tertentu.
Konsumsi makanan yang sehat dan bergizi untuk menjaga sistem kekebalan tubuh tetap sehat.
Kurangi stres dengan melakukan olahraga atau meditasi.
Berbicara dengan dokter jika Anda memiliki riwayat keluarga atau gejala alergi.
Penanganan Alergi
Jika Anda mengalami gejala alergi, sebaiknya segera berbicara dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani alergi antara lain:
Obat-obatan seperti antihistamin, dekongestan, atau kortikosteroid.
Imunoterapi, yaitu pengobatan yang bertujuan untuk mengurangi reaksi alergi pada jangka panjang.
Pertolongan pertama seperti injeksi epinefrin.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
Definisi
Berisiko mengalami stimulasi respon imunitas yang berlebihan akibat terpapar alergen
Faktor Risiko
- Makanan (mis. alpukat, pisang, kiwi, kacang, makanan olahan laut, buah tropis, jamur)
- Terpapar zat alergen (mis. zat kimia, agen farmakologis)
- Terpapar alergen lingkungan (mis. debu, serbuk sari)
- Sengatan serangga
Kondisi Klinis Terkait
- Kondisi penurunan imunitas
- Riwayat pembedahan
- Riwayat alergi sebelumnya
- Asma
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
Luaran Utama
Respon Alergi Sistemik (L.14132)
Luaran Tambahan
Kontrol Risiko (L.14128)
Tingkat Pengetahuan (L.12111)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Intervensi Utama
Pencegahan Alergi (I.14535)
Intervensi Pendukung
Edukasi Perilaku Upaya Kesehatan (I.12435)
Edukasi Pengurangan Risiko (I.12416)
Manajemen Anafilaksi (I.02034)
Manajemen Asma (I.01010)
Manajemen Efek Samping Obat (I.14505)
Manajemen Reaksi Alergi (I.14520)
Pemberian Obat (I.02062)
Pemberian Obat Intravena (I.02065)
Pencegahan Risiko Lingkungan (I.14545)
Referensi:
PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.

Tidak ada komentar: