SDKI - D.0136 Risiko Cedera
DAFTAR ISI:
PENGETAHUAN UMUM
Risiko cedera dapat terjadi pada siapa saja, tanpa terkecuali. Cedera dapat disebabkan oleh banyak faktor, termasuk kecelakaan, lingkungan kerja yang tidak aman, olahraga yang berisiko, dan kondisi medis tertentu. Sebagai perawat, penting untuk memahami risiko cedera dan bagaimana mencegahnya.
Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan cedera termasuk:
Usia: Anak-anak dan orang tua memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami cedera karena fisik dan kecenderungan untuk jatuh. Orang dewasa yang aktif secara fisik juga berisiko mengalami cedera karena aktivitas yang berisiko.
Pekerjaan: Pekerjaan yang melibatkan alat berat, bahan kimia berbahaya, atau risiko kecelakaan lainnya dapat meningkatkan risiko cedera.
Olahraga: Olahraga yang berisiko seperti sepak bola, bola basket, atau ski dapat menyebabkan cedera pada atlet. Olahraga yang dilakukan dengan pengawasan yang tidak memadai atau di lingkungan yang tidak aman juga dapat meningkatkan risiko cedera.
Kondisi medis: Kondisi medis seperti epilepsi, diabetes, dan gangguan neuromuscular dapat meningkatkan risiko cedera karena kejang atau kehilangan kontrol fisik.
Lingkungan: Lingkungan yang tidak aman seperti jalan raya yang ramai atau bangunan yang tidak terawat dapat meningkatkan risiko cedera.
Untuk mencegah cedera, perawat dapat memberikan edukasi pada pasien dan keluarga tentang cara menghindari situasi berisiko dan mengenali tanda-tanda cedera. Perawat juga dapat mempromosikan praktik aman di tempat kerja dan lingkungan masyarakat untuk mengurangi risiko cedera. Jika terjadi cedera, perawat dapat memberikan perawatan awal yang tepat dan membantu pasien mengembangkan rencana pemulihan yang efektif.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
Definisi
Berisiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik yang menyebabkan seseorang tidak lagi sepenuhnya sehat atau dalam kondisi baik
Faktor Risiko
Eksternal- Terpapar patogen
- Terpapar zat kimia toksik
- Terpapar agen nosokomial
- Ketidakamanan transportasi
Ketidaknormalan profil darah: Ketidaknormalan profil darah dapat mencakup berbagai masalah kesehatan, seperti anemia, leukopenia, dan trombositopenia. - Perubahan orientasi afektif: Perubahan orientasi afektif dapat mencakup perubahan dalam respons emosional seseorang terhadap suatu situasi atau stimulus. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan mood atau kondisi medis tertentu.
- Perubahan sensasi: Perubahan sensasi dapat mencakup berbagai gangguan sensorik, seperti rasa sakit, kebas, dan kesemutan.
- Disfungsi autoimun: Disfungsi autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuh sendiri. Ini dapat menyebabkan berbagai kondisi medis, seperti lupus, rheumatoid arthritis, dan multiple sclerosis.
- Disfungsi biokimia: Disfungsi biokimia terjadi ketika proses kimia dalam tubuh tidak berjalan dengan benar, dapat disebabkan oleh faktor genetik atau lingkungan. Hal ini dapat menyebabkan berbagai kondisi medis, seperti diabetes, penyakit ginjal, dan penyakit hati.
- Hipoksia jaringan: Hipoksia jaringan terjadi ketika jaringan tubuh tidak mendapatkan cukup oksigen. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit jantung atau paru-paru, dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan atau kematian sel.
- Kegagalan mekanisme pertahanan tubuh: Kegagalan mekanisme pertahanan tubuh dapat menyebabkan seseorang rentan terhadap infeksi dan penyakit. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penggunaan obat-obatan tertentu atau kondisi medis tertentu.
- Malnutrisi: Malnutrisi terjadi ketika seseorang tidak mendapatkan nutrisi yang cukup dari makanan yang dikonsumsinya. Hal ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti kekurangan gizi, obesitas, atau anemia.
- Perubahan fungsi psikomotor: Perubahan fungsi psikomotor mencakup perubahan dalam kemampuan seseorang untuk bergerak dan merespons lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti cedera kepala atau kondisi medis tertentu.
- Perubahan fungsi kognitif: Perubahan fungsi kognitif mencakup perubahan dalam kemampuan seseorang untuk memproses informasi dan membuat keputusan. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit Alzheimer, stroke, atau cedera kepala.
Kondisi Klinis Terkait
Kejang: kejang adalah suatu kondisi saat otot-otot tubuh berkontraksi secara tiba-tiba dan menyebabkan gerakan yang tidak terkontrol. Kejang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk epilepsi, demam, dan cedera kepala. - Sinkop: Sinkop atau pingsan adalah kehilangan kesadaran yang disebabkan oleh aliran darah yang kurang ke otak. Sinkop dapat disebabkan oleh tekanan darah rendah, dehidrasi, atau masalah jantung.
- Vertigo: Vertigo adalah rasa pusing yang berputar-putar yang dapat disebabkan oleh masalah di telinga dalam atau gangguan saraf.
- Gangguan penglihatan: Gangguan penglihatan dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti glaukoma, katarak, dan degenerasi makula.
- Gangguan pendengaran: Gangguan pendengaran dapat disebabkan oleh faktor genetik, paparan suara berlebih, atau penuaan.
- Penyakit Parkinson: Penyakit Parkinson adalah gangguan saraf yang menyebabkan gerakan tubuh melambat dan sulit dikendalikan. Penyakit ini disebabkan oleh kurangnya dopamine di otak.
- Hipotensi: Hipotensi adalah tekanan darah rendah yang dapat menyebabkan pusing dan kelelahan. Hipotensi dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti dehidrasi, kehilangan darah, atau masalah jantung.
- Kelainan nervus vestibularis: Kelainan nervus vestibularis dapat menyebabkan masalah keseimbangan dan koordinasi tubuh. Kelainan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti cedera kepala atau infeksi telinga.
- Retardasi mental: Retardasi mental atau kekurangan kecerdasan adalah kondisi di mana seseorang memiliki kemampuan intelektual yang lebih rendah dari rata-rata. Kondisi ini dapat disebabkan oleh faktor genetik atau lingkungan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
Luaran Utama
Luaran Tambahan
Keamanan Lingkungan Rumah (L.14126)
Keseimbangan (L.05039)
Kinerja Pengasuhan (L.13117)
Kontrol Kejang (L.06050)
Koordinasi Pergerakan (L.05041)
Mobilitas Fisik (L.05042)
Orientasi Kognitif (L.09081)
Tingkat Delirium (L.09095)
Tingkat Demensia (L.09096)
Tingkat Jatuh (L.14138)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Intervensi Utama
Pencegahan Cedera (I.14537)
Intervensi Pendukung
Edukasi Keamanan Anak (I.12378)
Edukasi Keselamatan Lingkungan (I.12384)
Edukasi Keselamatan Rumah (I.12385)
Edukasi Pengurangan Risiko (I.12416)
Identifikasi Risiko (I.14502)
Manajemen Kejang (I.06193)
Orientasi Realita (I.09297)
Pemberian Obat (I.02062)
Pemasangan Alat Pengaman (I.14530)
Pencegahan Jatuh (I.14540)
Pencegahan Kebakaran (I.14541)
Pencegahan Kejang (I.14542)
Pencegahan Perdarahan (I.02067)
Pencegahan Risiko Lingkungan (I.14545)
Pengekangan Fisik (I.09300)
Pengembangan Kesehatan Masyarakat (I.14548)
Pengenalan Fasilitas (I.14549)
Promosi Keamanan Berkendara (I.14575)
Promosi Mekanika Tubuh (I.14576)
Skrining Gizi (I.03143)
Skrining Kesehatan (I.14581)
Surveilans Keamanan dan Keselamatan (I.14584)
Terapi Trauma Anak (I.09331)
Referensi:
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.

Tidak ada komentar: