SDKI - D.0143 Risiko Jatuh
DAFTAR ISI:
PENGETAHUAN UMUM
Risiko jatuh adalah masalah keperawatan yang serius, terutama bagi populasi yang rentan seperti orang tua atau pasien dengan kondisi kesehatan yang buruk. Risiko jatuh dapat terjadi di rumah, di institusi perawatan kesehatan, atau di tempat lain. Sebagai seorang perawat, penting untuk memahami faktor-faktor risiko yang berkontribusi pada jatuh dan bagaimana mencegahnya.
Faktor risiko yang paling umum untuk jatuh meliputi:
- Gangguan keseimbangan dan koordinasi tubuh
- Penurunan penglihatan
- Kelemahan otot dan kelelahan
- Efek samping obat
- Lingkungan fisik yang tidak aman, seperti permukaan licin atau kurang pencahayaan.
Untuk mengurangi risiko jatuh, perawat harus melakukan evaluasi risiko jatuh secara teratur pada pasien. Evaluasi risiko jatuh melibatkan penilaian faktor risiko yang mempengaruhi pasien dan lingkungan sekitarnya. Beberapa alat penilaian risiko jatuh yang umum digunakan adalah Timed Up and Go (TUG), Tinetti Assessment Tool, dan Hendrich Fall Risk Model.
Setelah risiko jatuh ditentukan, perawat dapat mengambil tindakan pencegahan yang sesuai. Beberapa tindakan pencegahan yang efektif meliputi:
- Menjaga lingkungan sekitar pasien aman dan bebas hambatan.
- Mengidentifikasi dan meminimalkan penggunaan obat yang dapat menyebabkan pusing atau kelemahan otot.
- Menggunakan alat bantu seperti tongkat atau kursi roda jika diperlukan.
- Menjaga aktivitas fisik yang tepat dan teratur.
- Menjaga asupan nutrisi yang baik dan menghindari dehidrasi.
Selain tindakan pencegahan di atas, perawat juga harus memberikan edukasi pada pasien dan keluarga tentang cara mengurangi risiko jatuh. Hal ini dapat meliputi memberikan tips tentang cara bangkit dari tempat tidur atau kursi dengan aman, cara menghindari jalan di permukaan licin, dan cara menggunakan alat bantu dengan benar.
Dalam melakukan perawatan kesehatan, perawat memiliki peran penting dalam mencegah jatuh. Dengan melakukan evaluasi risiko jatuh secara teratur dan mengambil tindakan pencegahan yang tepat, perawat dapat membantu pasien mempertahankan kesehatan dan kemandirian mereka.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
Definisi
Berisiko mengalami kerusakan fisik dan gangguan kesehatan akibat terjatuh
Faktor Risiko
- Usia ≥65 tahun (pada dewasa) atau ≤2 tahun (pada anak)
- Riwayat jatuh
- Anggota gerak bawah prostesis (buatan)
- Penggunaan alat bantu berjalan
- Penurunan tingkat kesadaran
- Perubahan fungsi kognitif
- Lingkungan tidak aman (mis. licin, gelap, lingkungan asing)
- Kondisi pasca operasi
- Hipotensi ortostatik
- Perubahan kadar glukosa darah
- Anemia
- Kekuatan otot menurun
- Gangguan pendengaran
- Gangguan keseimbangan
- Gangguan penglihatan (mis. glaukoma, katarak, ablasio retina, neuritis optikus)
- Neuropati
- Efek agen farmakologis (mis. sedasi, alkohol, anastesi umum)
Kondisi Klinis Terkait
Osteoporosis adalah suatu kondisi medis di mana tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Kejang adalah kondisi medis yang disebabkan oleh aktivitas listrik abnormal di otak, yang dapat menyebabkan kram otot, kehilangan kesadaran, dan perilaku aneh. Penyakit sebrovaskuler adalah kondisi medis yang melibatkan masalah dengan pembuluh darah yang membawa darah ke otak, seperti stroke atau mini-stroke. Katarak adalah kondisi di mana lensa mata menjadi keruh, menyebabkan penglihatan kabur atau buram. Glaukoma adalah kelompok kondisi medis yang merusak saraf optik mata, yang dapat menyebabkan kehilangan penglihatan permanen. Demensia adalah kelompok kondisi medis yang mempengaruhi kemampuan kognitif, termasuk memori, pemikiran, dan perilaku. Hipotensi adalah kondisi medis di mana tekanan darah seseorang menjadi terlalu rendah, yang dapat menyebabkan pusing, pingsan, dan gejala lainnya. Amputasi adalah prosedur pembedahan di mana bagian tubuh yang rusak atau terinfeksi diangkat. Intoksikasi adalah kondisi medis di mana seseorang terpapar zat yang beracun atau berbahaya, seperti obat-obatan terlarang atau alkohol. Preeklampsia adalah kondisi medis yang terjadi selama kehamilan di mana tekanan darah menjadi tinggi dan protein muncul di urin, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan serius pada ibu dan bayi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
Luaran Utama
Luaran Tambahan
Fungsi Sensori (L.06048)
Keamanan Lingkungan Rumah (L.14126)
Keseimbangan (L.05039)
Koordinasi Pergerakan (L.05041)
Mobilitas Fisik (L.05042)
Status Kognitif (L.09086)
Tingkat Cedera (L.14136)
Tingkat Delirium (L.09095)
Tingkat Demensia (L.09096)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Intervensi Utama
Intervensi Pendukung
Dukungan Mobilisasi (I.05173)
Edukasi Keamanan Bayi (I.12379)
Edukasi Keamanan Anak (I.12378)
Edukasi Keselamatan Lingkungan (I.12384)
Edukasi Pengurangan Risiko (I.12416)
Identifikasi Risiko (I.14502)
Manajemen Kejang (I.06193)
Manajemen Sedasi (I.08239)
Orientasi Realita (I.09297)
Pemberian Obat (I.02062)
Pemasangan Alat Pengaman (I.14530)
Pencegahan Kejang (I.14542)
Pencegahan Risiko Lingkungan (I.14545)
Pengekangan Fisik (I.09300)
Pengenalan Fasilitas (I.14549)
Promosi Keamanan Berkendara (I.14575)
Promosi Mekanika Tubuh (I.14576)
Surveilans Keamanan dan Keselamatan (I.14584)
Referensi:
PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.

Tidak ada komentar: