SDKI - D.0149 Termoregulasi Tidak Efektif

Termoregulasi Tidak Efektif adalah kondisi di mana tubuh tidak mampu menjaga suhu tubuh dalam kisaran normal. Hal ini dapat terjadi pada pasien dengan berbagai kondisi, seperti infeksi, luka bakar, stroke, atau gangguan sistem saraf.

Sebagai perawat, penting untuk memantau dan memahami kondisi termoregulasi pasien, serta mengetahui tanda-tanda dan gejala dari Termoregulasi Tidak Efektif. Beberapa tanda dan gejala yang mungkin terjadi pada pasien dengan kondisi ini adalah:

1. Perubahan suhu tubuh yang signifikan. Suhu tubuh bisa naik atau turun di luar kisaran normal.

2. Peningkatan atau penurunan denyut jantung dan pernapasan.

3. Keringat berlebih atau kurang.

4. Perubahan warna kulit.

5. Gelisah atau kebingungan.

6. Kedinginan atau demam.

Perawat harus memonitor suhu tubuh pasien secara teratur dan mempertahankan lingkungan yang nyaman untuk pasien, termasuk memastikan bahwa suhu ruangan dan alat bantu pernapasan pasien dalam kondisi yang tepat. Perawat juga harus memantau tingkat hidrasi pasien, karena kekurangan cairan dapat memperburuk kondisi termoregulasi.

Selain itu, perawat juga dapat memberikan intervensi seperti kompres dingin atau hangat, ventilasi mekanik, atau obat-obatan seperti antipiretik (obat penurun panas) atau vasopresor (obat untuk meningkatkan tekanan darah) untuk membantu memperbaiki kondisi termoregulasi pasien.

Dalam menjalankan perawatan pada pasien dengan Termoregulasi Tidak Efektif, perawat harus memastikan bahwa pasien merasa nyaman dan aman. Pasien harus diberi pemahaman tentang kondisi mereka dan bagaimana cara menjaga suhu tubuh mereka dalam kisaran normal. Perawat juga harus memastikan bahwa keluarga pasien diberi informasi yang cukup dan bahwa mereka terlibat dalam perawatan pasien.

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)

---

---

Definisi

Kegagalan mempedahankan suhu tubuh dalam rentang normal

---

Penyebab

1. Stimulasi pusat termoregulasi hipotalamus
2. Fluktuasi suhu lingkungan
3. Proses penyakit (mis. infeksi)
4. Proses penuaan
5. Dehidrasi
6. Ketidaksesuaian pakaian untuk suhu lingkungan
7. Peningkatan kebutuhan oksigen
8. Perubahan laju metabolisme
9. Suhu lingkungan ekstrem
10. Ketidakadekuatan suplai lemak subkutan
11. Berat badan ekstrem
12. Efek agen farmakologis (mis. sedasi)

---

Gejala & Tanda Mayor:

Subjektif	Objektif
(tidak tersedia)	Kulit dingin/ hangat Menggigil Suhu tubuh fluktuatif

---

Gejala & Tanda Minor:

Subjektif	Objektif
(tidak tersedia)	Piloereksi Pengisian kapiler >3 detik Tekanan darah meningkat Pucat Frekuensi napas meningkat Takikardia Kejang Kulit kemerahan Dasar kuku sianotik

---

Kondisi Klinis Terkait

1. Cedera medula spinalis
2. Infeksi/ sepsis
3. Pembedahan
4. Cedera otak akut
5. Trauma

---

Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)

Luaran Utama

Termoregulasi (L.14134)

Luaran Tambahan

Adaptasi Neonatus (L.10098)
Perfusi Perifer (L.02011)
Status Kenyamanan (L.08064)
Termoregulasi Neonatus (L.14135)
Tingkat Cedera (L.14136)

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)

Intervensi Utama

Regulasi Temperatur (I.14578)

Intervensi Pendukung

Edukasi Aktivitas atau Istirahat (I.12362)
Edukasi Berat Badan Efektif (I.12365)
Edukasi Dehidrasi (I.12367)
Edukasi Pengukuran Suhu Tubuh (I.12414)
Edukasi Terapi Cairan (I.12455)
Edukasi Termoregulasi (I.12457)
Kompres Dingin (I.08234)
Kompres Panas (I.08235)
Manajemen Cairan (I.03098)
Manajemen Demam (I.03099)
Manajemen Hipertermia (I.15506)
Manajemen Hipotermia (I.14507)
Manajemen Lingkungan (I.14514)
Pemantauan Cairan (I.03121)
Pemantauan Tanda Vital (I.02060)
Pencegahan Hipertermia Maligna (I.14538)
Perawatan Bayi (I.10338)
Promosi Teknik Kulit ke Kulit (I.14577)

Referensi:

PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.