SDKI - D.0053 Disorganisasi Perilaku Bayi

DAFTAR ISI:


PENGETAHUAN UMUM

Disorganisasi Perilaku Bayi (DPB) adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan salah satu jenis gangguan perkembangan pada bayi yang menyebabkan bayi sulit untuk memperlihatkan respon sosial yang normal dan cenderung untuk lebih mudah terpengaruh oleh faktor stres.

Tidak seperti gangguan perkembangan bayi lainnya, DPB memiliki ciri-ciri yang cukup unik dan tidak selalu mudah untuk dikenali. Beberapa ciri khas DPB antara lain, perilaku bayi yang sering tidak terkoordinasi dan gelisah, sulit untuk fokus dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar, serta kesulitan dalam mempertahankan emosi yang stabil.

Kondisi ini dapat sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari bayi, keluarga, dan pengasuh. Dalam beberapa kasus, DPB juga dapat menjadi faktor risiko dalam perkembangan masalah perilaku dan kognitif pada masa depan.

Penyebab DPB sendiri belum sepenuhnya dipahami, meskipun beberapa faktor telah diidentifikasi seperti pengalaman trauma atau stres pada periode prenatal atau postnatal, kondisi lingkungan yang kurang baik atau tidak stabil, serta masalah kesehatan pada ibu selama kehamilan.

Meskipun DPB tidak dapat sepenuhnya disembuhkan, penanganan dan perawatan yang tepat dapat membantu mengurangi gejala dan membantu bayi dalam perkembangan sosial dan emosionalnya.

Para perawat memiliki peran penting dalam membantu bayi dengan DPB dan keluarganya. Perawat dapat memberikan dukungan emosional dan informasi tentang cara mengelola kondisi ini, serta membantu dalam mengevaluasi dan mengembangkan rencana perawatan yang sesuai dengan kebutuhan individu bayi.

Beberapa strategi perawatan yang dapat diterapkan antara lain adalah memberikan rangsangan positif pada bayi melalui kontak fisik dan komunikasi, membantu bayi untuk membangun rasa aman dan percaya diri, serta memberikan perhatian khusus pada tumbuh kembang bayi dan pengembangan kemampuan sosialnya.

Ketika merawat bayi dengan DPB, penting untuk diingat bahwa setiap bayi memiliki kebutuhan yang unik dan perlu diperlakukan dengan sensitif dan perhatian yang tepat. Dengan dukungan dari keluarga, pengasuh, dan tenaga medis yang terampil, bayi dengan DPB dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.



Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)


"Perawat bukan hanya pekerjaan, tetapi panggilan. Hal ini memerlukan keahlian, pengetahuan, kesabaran, dan hati yang penuh kasih sayang untuk merawat pasien." - Donna Wilk Cardillo


Definisi

Disintegrasi respon fisiologis dan neurobehaviour bayi terhadap lingkungan


Penyebab

  1. Keterbatasan lingkungan fisik adalah kondisi di mana lingkungan fisik, seperti ruang atau fasilitas yang tersedia, tidak memenuhi kebutuhan individu atau aktivitas tertentu.
  2. Ketidaktepatan sensori adalah kesalahan dalam memproses informasi sensori, seperti penglihatan atau pendengaran, yang dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk memahami dan merespons lingkungan dengan tepat.
  3. Kelebihan stimulasi sensorik adalah kondisi di mana individu menerima terlalu banyak input sensorik, yang dapat menyebabkan kelelahan atau kesulitan dalam memproses informasi tersebut.
  4. Imaturitas sistem sensoris adalah kondisi di mana sistem sensorik individu belum sepenuhnya berkembang, yang dapat mengganggu kemampuan mereka untuk merespons lingkungan dengan tepat.
  5. Prematuritas adalah kondisi di mana bayi lahir sebelum mencapai 37 minggu kehamilan.
  6. Prosedur invasif adalah tindakan medis yang melibatkan penetrasi atau pengangkatan jaringan tubuh.
  7. Malnutrisi adalah kondisi di mana tubuh kekurangan gizi yang dibutuhkan, yang dapat mengganggu pertumbuhan dan fungsi tubuh.
  8. Gangguan motorik adalah kondisi di mana individu mengalami kesulitan dalam mengendalikan gerakan tubuh mereka.
  9. Kelainan kongenital adalah kondisi yang terjadi sejak lahir, yang disebabkan oleh faktor genetik atau lingkungan selama kehamilan.
  10. Kelainan genetik adalah kondisi yang disebabkan oleh mutasi atau perubahan genetik yang diturunkan dari orangtua.
  11. Terpapar teratogenik adalah kondisi di mana janin atau bayi terpapar zat kimia atau lingkungan yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan normal.

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif
  • (tidak tersedia)
  1. Hiperekstensi ekstremitas
  2. Jari-jari meregang atau tangan menggenggam
  3. Respon abnormal terhadap stimulus sensorik
  4. Gerakan tidak terkoordinasi

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif Objektif
  • (tidak tersedia)
  1. Menangis
  2. Tidak mampu menghambat respon terkejut
  3. Iritabilitas
  4. Gangguan refleks
  5. Tonus motorik berubah
  6. Tangan di wajah
  7. Gelisah
  8. Tremor
  9. Tersentak
  10. Aritmia
  11. Bradikardia atau takikardia
  12. Saturasi menurun
  13. Tidak mau menyusu
  14. Warna kulit berubah

Kondisi Klinis Terkait

  1. Hospitalisasi adalah penginapan pasien di rumah sakit untuk perawatan atau pengobatan yang membutuhkan pengawasan medis yang intensif.
  2. Prosedur invasif adalah tindakan medis yang melibatkan penetrasi atau pengangkatan jaringan tubuh.
  3. Prematuritas adalah kondisi di mana bayi lahir sebelum mencapai 37 minggu kehamilan.
  4. Gangguan neurologis adalah kondisi medis yang memengaruhi sistem saraf, yang dapat menyebabkan berbagai gejala seperti kejang, tremor, atau kesulitan berbicara.
  5. Gangguan pernafasan adalah kondisi medis yang memengaruhi sistem pernapasan, seperti asma atau pneumonia, yang dapat menyebabkan kesulitan bernapas.
  6. Gangguan kardiovaskular adalah kondisi medis yang memengaruhi sistem jantung dan pembuluh darah, seperti serangan jantung atau tekanan darah tinggi, yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan.


SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)

Luaran Utama

Organisasi Perilaku Bayi (L.05043)

Luaran Tambahan

Adaptasi Neonatus (L.10098)
Fungsi Sensori (L.06048)
Kinerja Pengasuhan (L.13117)
Koordinasi Pergerakan (L.05041)
Nafsu Makan (L.09080)
Pola Tidur (L.05045)
Status Neurologis (L.06053)
Status Nutrisi Bayi (L.03031)
Status Kenyamanan (L.08064)

SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)

Intervensi Utama

Perawatan Bayi (I.10338)

Intervensi Pendukung

Dukungan Tidur (I.09265)
Edukasi Nutrisi Bayi (I.12397)
Edukasi Orang Tua: Fase Bayi (I.12400)
Konseling Genetika (I.10335)
Konseling Laktasi (I.03093)
Manajemen Energi (I.05178)
Manajemen Lingkungan (I.14514)
Manajemen Nyeri (I.08238)
Pemantauan Neurologis (I.06197)
Pemantauan Nutrisi (I.03123)
Pemantauan Tanda Vital (I.02060)
Pemberian Kesempatan Menghisap pada Bayi (I.03124)
Pengaturan Posisi (I.01019)
Perawatan Kanguru (I.14559)
Perawatan Sirkumsisi (I.14570)
Promosi Perletakan (I.10342)
Regulasi Temperatur (I.14578)


Sumber Bacaan Terkait:

  1. Chang, Y., & Grunau, R. E. (2012). Early adversity in neonates: a prospective study of neurobehavioral and neuroimmune outcomes in 5-year-old children. Developmental psychobiology, 54(2), 178-190.
  2. van der Werff, S. J., van den Berg, L. H., Franssen, H., Wokke, J. H., Ippel, E. F., de Jong, B. A., & Veldink, J. H. (2000). The influence of malnutrition on neuromuscular function: a clinical study of malnourished patients in Cameroon. Journal of Neurology, Neurosurgery & Psychiatry, 68(5), 707-712.
  3. PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
  4. PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
  5. PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
SDKI - D.0053 Disorganisasi Perilaku Bayi Reviewed by Nursing University on 7:29:00 AM Rating: 5

Tidak ada komentar:

All Rights Reserved by GMK.MY.ID © 2023
Powered By Blogger

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.