Bayi Lahir Prematur
MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN BAYI LAHIR PREMATUR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
- Apa definisi bayi lahir prematur?
- Berapa banyak bayi yang lahir prematur di seluruh dunia?
- Apa saja faktor penyebab terjadinya kelahiran bayi prematur?
- Apa saja risiko yang dihadapi bayi yang lahir prematur?
- Bagaimana cara merawat bayi prematur?
C. Tujuan dan Manfaat
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
- Menjelaskan definisi bayi lahir prematur;
- Menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya kelahiran bayi prematur;
- Menjelaskan risiko yang dihadapi bayi yang lahir prematur;
- Memberikan informasi tentang cara merawat bayi prematur; dan
- Memberikan rekomendasi untuk mencegah kelahiran bayi prematur.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
2. Bagi Perawat
3. Bagi Institusi Pendidikan
E. Ruang Lingkup
F. Kerangka Konsep
G. Metode Penulisan
H. Sistematika Penulisan
- BAB I: PENDAHULUAN
- BAB II: PEMBAHASAN (LANDASAN TEORI)
- BAB III: ASUHAN KEPERAWATAN
- BAB IV: PENUTUP
- BAB V: DAFTAR PUSTAKA
BAB IIPEMBAHASAN (LANDASAN TEORI)
A. DEFINISI BAYI PREMATUR
- Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu. (World Health Organization, 2018).
- Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu atau kurang dari 259 hari dari hari pertama hari terakhir haid terakhir. (American Academy of Pediatrics, 2021).
- Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu atau memiliki berat badan lahir kurang dari 2500 gram. (March of Dimes, 2022)
B. ETIOLOGI (PENYEBAB)
C. JENIS-JENIS
- Bayi prematur dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis berdasarkan usia gestasi, yaitu:
- Bayi prematur sangat berat: lahir sebelum 28 minggu
- Bayi prematur berat: lahir antara 28-32 minggu
- Bayi prematur sedang: lahir antara 32-34 minggu
- Bayi prematur ringan: lahir antara 34-37 minggu
D. MANIFESTASI KLINIS
- Gangguan pernapasan, seperti apnea, sianosis, dan distres pernapasan. Masalah pada sistem kardiovaskular, seperti hipotensi, takikardia, dan bradikardia.
- Gangguan sistem saraf, seperti perdarahan intraventrikular, kejang, dan gangguan perkembangan neurologis.
- Masalah pada sistem pencernaan, seperti gangguan penyerapan makanan dan infeksi saluran cerna.
- Gangguan pada sistem kekebalan tubuh, yang dapat meningkatkan risiko infeksi.
- Masalah pada sistem kemih, seperti infeksi saluran kemih dan gangguan fungsi ginjal.
E. PATOFISIOLOGI
F. PENCEGAHAN
G. PENATALAKSANAAN
- Menjaga suhu tubuh bayi: Bayi prematur sangat rentan terhadap perubahan suhu, sehingga perlu dipastikan suhu tubuhnya selalu stabil. Hal ini dapat dilakukan dengan menjaga suhu ruangan dan memberikan inkubator atau selimut khusus pada bayi.
- Menjaga kecukupan nutrisi: Bayi prematur membutuhkan nutrisi yang lebih banyak dibandingkan bayi yang lahir pada waktunya. Jika bayi prematur tidak bisa menyusu langsung, maka perlu diberikan makanan melalui selang nasogastric atau melalui infus.
- Menjaga fungsi organ tubuh: Bayi prematur memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan pada organ tubuh seperti paru-paru, jantung, dan ginjal. Oleh karena itu, perlu dilakukan monitoring secara ketat terhadap fungsi organ tubuh bayi.
- Memberikan terapi oksigen: Bayi prematur seringkali membutuhkan terapi oksigen untuk membantu fungsi paru-parunya. Terapi oksigen dapat diberikan melalui selang oksigen atau ventilator.
- Memberikan terapi medis tambahan: Terkadang bayi prematur membutuhkan terapi medis tambahan seperti antibiotik atau steroid untuk membantu mencegah atau mengobati infeksi.
BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI PREMATUR
A. PENGKAJIAN
- Umur gestasi
- Berat badan lahir
- Jenis kelamin
- Riwayat kelahiran
- Tanda vital: Suhu tubuh, frekuensi nadi, frekuensi napas, tekanan darah
- Tingkat kesadaran
- Warna kulit Kepala dan leher
- Dada dan perut
- Anggota gerak
- Sistem kemih
- Sistem pencernaan
- Respons terhadap rangsangan
- Pola tidur
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan 1: Resiko tinggi terhadap infeksi (SDKI - D.0142)
- Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti demam, suhu tubuh stabil dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda peradangan atau gangguan fungsi organ Penurunan frekuensi pernapasan
- Menerapkan teknik aseptik pada setiap tindakan keperawatan
- Membatasi jumlah pengunjung dan periksa kondisi pengunjung
- Menghindari kontak dengan orang yang sakit
- Memantau tanda-tanda vital, termasuk suhu tubuh, frekuensi napas, dan frekuensi jantung
- Tidak ada tanda-tanda infeksi yang muncul
- Tanda-tanda vital stabil dalam batas normal
- Tidak ada perubahan dalam fungsi organ
2. Diagnosa Keperawatan 2: Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. (SDKI - D.0019)
- Bayi prematur menunjukkan tanda-tanda peningkatan berat badan yang sesuai dengan umur gestasi
- Bayi prematur menunjukkan toleransi yang baik terhadap makanan Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- Memberikan ASI atau susu formula dengan frekuensi dan jumlah yang tepat
- Menilai dan memantau berat badan bayi prematur secara teratur
- Menilai kemampuan bayi prematur dalam memenuhi kebutuhan nutrisi
- Memberikan nutrisi tambahan jika diperlukan
- Bayi prematur menunjukkan peningkatan berat badan yang sesuai dengan umur gestasi
- Bayi prematur menunjukkan toleransi yang baik terhadap makanan Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Diagnosa Keperawatan Lainnya:
BAB IVPENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
- Perlu adanya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan bagi bayi prematur, meliputi perawatan medis yang intensif dan pendampingan psikologis yang memadai bagi orang tua.
- Diperlukan kerjasama yang baik antara tim medis dan orang tua untuk memberikan perawatan terbaik bagi bayi prematur.
- Orang tua perlu diberikan informasi yang jelas dan terperinci mengenai kondisi kesehatan bayi prematur, prosedur perawatan, dan perkembangan yang diharapkan, sehingga mereka dapat terlibat aktif dalam proses perawatan dan mengambil keputusan yang tepat.
- Peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi tenaga medis yang terlibat dalam perawatan bayi prematur, sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal dan terintegrasi.
- Perlu adanya program edukasi untuk masyarakat mengenai faktor risiko dan cara pencegahan bayi prematur, sehingga dapat mengurangi angka kejadian bayi prematur di masyarakat.
BAB VDAFTAR PUSTAKA
American Academy of
Pediatrics. (2018). Guidelines for Perinatal Care, 8th Edition. Elk Grove
Village, IL: American Academy of Pediatrics.
American Academy of Pediatrics. (2018). Hospital discharge of the
high-risk neonate. Pediatrics, 142(3), e20182426.
Bhowmick, T., Banerjee, P., Mondal, S., & Chatterjee, S. (2017).
Maternal risk factors associated with preterm birth: A hospital-based case-control
study. Journal of Family Medicine and Primary Care, 6(1), 52–56.
Bhutta, Z. A., &
Guerrant, R. L. (Eds.). (2019). Nelson Textbook of Pediatrics, 21st Edition.
Philadelphia, PA: Elsevier.
Blencowe, H., Cousens, S., Chou, D., Oestergaard, M. Z., Say, L.,
Moller, A. B., ... & Lawn, J. E. (2013). Born too soon: The global
epidemiology of 15 million preterm births. Reproductive Health, 10(Suppl 1),
S2.
Goldstein, R. F., Thompson, R. J., & Oehler, J. M. (2019).
Developmental follow-up of preterm infants: A critical review. Pediatrics,
144(1), e20184033.
Kliegman, R. M., & St. Geme, J. W. (Eds.). (2019). Nelson
textbook of pediatrics (21st ed.). Elsevier.
Lawn, J. E., Blencowe, H., Waiswa, P., Amouzou, A., Mathers, C.,
Hogan, D., ... & Bhutta, Z. (2016). Stillbirths: Rates, risk factors, and
acceleration towards 2030. The Lancet, 387(10018), 587–603.
Raju, T. N. K., Higgins, R. D., Stark, A. R., & Leveno, K. J.
(Eds.). (2017). The neonatal period: Resuscitation, stabilization, and
transition to home. In Fanaroff and Martin's neonatal-perinatal medicine (11th
ed., pp. 3–39). Elsevier.
Salas, A. A., & Carlo, W. A. (2015). Respiratory distress
syndrome in preterm infants. NeoReviews, 16(8), e465–e472.
World Health Organization.
(2018). Preterm birth. Diakses dari https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/preterm-birth
pada tanggal 2 Maret 2023.

Tidak ada komentar: