SDKI - D.0131 Hipotermia

DAFTAR ISI:


PENGETAHUAN UMUM

Hipotermia adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi yang terjadi ketika suhu tubuh turun di bawah suhu normal tubuh, yaitu 36,5°C - 37,5°C. Kondisi ini terjadi ketika tubuh kehilangan panas lebih banyak daripada yang dihasilkan, sehingga menyebabkan suhu tubuh turun. Hipotermia dapat terjadi pada siapa saja, tetapi lebih sering terjadi pada orang yang terlalu lama terpapar suhu lingkungan yang sangat rendah, seperti para pendaki gunung atau nelayan yang bekerja di perairan dingin.

Gejala hipotermia dapat bervariasi, tergantung pada seberapa rendah suhu tubuh seseorang dan berapa lama mereka terpapar suhu lingkungan yang rendah. Gejala hipotermia ringan termasuk kulit dingin, pucat, bibir biru, kedinginan, tremor, lemah, dan sulit berbicara. Hipotermia sedang ditandai dengan gejala seperti denyut nadi lambat, nafas pendek, koordinasi tubuh buruk, ketidakmampuan untuk berbicara, dan kebingungan. Hipotermia berat ditandai dengan gejala seperti detak jantung lambat, nafas pendek dan dangkal, kulit kaku, kelelahan dan kemungkinan koma.

Perawatan hipotermia tergantung pada tingkat keparahan kondisi tersebut. Pada hipotermia ringan, penderita dapat memperbaiki kondisi dengan mengenakan pakaian yang hangat, minum minuman yang hangat, dan menghindari faktor penyebab hipotermia seperti suhu lingkungan yang sangat rendah. Pada hipotermia sedang hingga berat, perawatan medis yang cepat dan tepat diperlukan. Penderita hipotermia dapat dirawat di rumah sakit dengan memanaskan tubuh mereka secara bertahap dengan selimut hangat, pemanas tubuh, atau infus cairan hangat.

Sebagai perawat, tindakan preventif dapat dilakukan untuk mencegah hipotermia pada pasien, seperti memastikan bahwa ruangan pasien cukup hangat, mengenakan pakaian yang cukup hangat, dan memberikan minuman yang hangat kepada pasien. Ketika merawat pasien dengan hipotermia, perawat harus memperhatikan tanda-tanda vital pasien dan memastikan bahwa suhu tubuh pasien naik secara perlahan. Selain itu, perawat juga harus memantau tanda-tanda kebingungan dan koordinasi gerakan pasien, karena hal ini dapat mengindikasikan tingkat keparahan hipotermia.

Hipotermia adalah kondisi serius yang dapat menyebabkan kerusakan permanen pada tubuh jika tidak segera diobati. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami tanda-tanda hipotermia dan mengambil tindakan preventif untuk mencegah kondisi ini terjadi pada diri sendiri atau orang lain. Sebagai perawat, kita harus memahami cara mengenali, mengobati, dan mencegah hipotermia, sehingga kita dapat memberikan perawatan yang tepat dan efektif bagi pasien yang mengalami hipotermia.

Penting juga bagi perawat untuk mengedukasi pasien dan keluarga tentang cara menghindari hipotermia. Misalnya, ketika bepergian ke daerah yang sangat dingin, pasien harus mengenakan pakaian yang cukup hangat dan menjaga tubuhnya agar tetap kering dan terlindungi dari angin. Selain itu, pasien harus meminum minuman yang hangat dan menghindari konsumsi alkohol, karena alkohol dapat memperburuk hipotermia dengan memperlambat sirkulasi darah.

Perawat juga dapat membantu pasien dengan kondisi lain yang dapat meningkatkan risiko hipotermia, seperti pasien dengan stroke atau cedera tulang belakang. Pasien yang terkena stroke atau cedera tulang belakang mungkin mengalami kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh normal, karena sistem saraf mereka terganggu. Perawat dapat membantu pasien ini dengan mengawasi suhu tubuh mereka dan memberikan tindakan preventif seperti pemanasan tubuh dengan selimut hangat atau pemanas tubuh.

Dalam situasi gawat darurat, perawat juga harus siap untuk memberikan perawatan darurat bagi pasien yang mengalami hipotermia. Pada hipotermia berat, pasien dapat mengalami koma dan memerlukan tindakan resusitasi jantung paru. Perawat harus mampu mengenali tanda-tanda hipotermia berat dan mempersiapkan diri dengan penanganan medis yang cepat dan tepat.

Jadi secara umum, hipotermia adalah kondisi yang serius dan dapat terjadi pada siapa saja yang terlalu lama terpapar suhu lingkungan yang sangat rendah. Gejala hipotermia termasuk kulit dingin, pucat, bibir biru, kedinginan, tremor, lemah, dan sulit berbicara. Perawatan hipotermia tergantung pada tingkat keparahan kondisi tersebut. Sebagai perawat, tindakan preventif dapat dilakukan untuk mencegah hipotermia pada pasien, dan perawatan medis yang cepat dan tepat diperlukan pada hipotermia sedang hingga berat. Oleh karena itu, sebagai perawat, kita harus memahami cara mengenali, mengobati, dan mencegah hipotermia, serta siap memberikan perawatan yang tepat dan efektif bagi pasien yang mengalami kondisi ini.



Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)


"Kasih sayang adalah bahasa universal yang dapat dipahami oleh semua pasien."


Definisi

Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh


Penyebab

  1. Kerusakan hipotalamus: Hipotalamus adalah bagian dari otak yang mengatur suhu tubuh. Kerusakan pada bagian ini dapat mengganggu pengaturan suhu tubuh, dan menyebabkan hipotermia.

  2. Konsumsi alkohol: Alkohol dapat memperburuk hipotermia karena dapat memperlambat sirkulasi darah dan menurunkan suhu tubuh.

  3. Berat badan ekstrem: Orang yang sangat kurus atau sangat gemuk memiliki risiko lebih tinggi mengalami hipotermia, karena tubuh mereka tidak dapat mempertahankan suhu tubuh yang normal.

  4. Kekurangan lemak subkutan: Lemak subkutan merupakan lapisan lemak di bawah kulit yang berfungsi sebagai isolator termal. Kekurangan lemak subkutan dapat meningkatkan risiko hipotermia.

  5. Terpapar suhu lingkungan rendah: Terlalu lama terpapar suhu lingkungan yang rendah dapat menyebabkan hipotermia.

  6. Malnutrisi: Kekurangan nutrisi dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan memperlambat metabolisme, sehingga meningkatkan risiko hipotermia.

  7. Pemakaian pakaian tipis: Pakaian tipis atau tidak memadai tidak dapat memberikan perlindungan yang cukup dari suhu lingkungan yang rendah.

  8. Penurunan laju metabolisme: Penurunan laju metabolisme dapat mengurangi produksi panas tubuh dan memicu terjadinya hipotermia.

  9. Tidak beraktivitas: Tidak beraktivitas atau duduk diam dalam suhu lingkungan yang rendah dapat menyebabkan tubuh kehilangan panas tubuh secara cepat dan menyebabkan hipotermia.

  10. Transfer panas: Transfer panas melalui konduksi, konveksi, evaporasi, atau radiasi dapat meningkatkan risiko hipotermia.

  11. Trauma: Cedera pada sistem saraf atau organ tubuh tertentu dapat mengganggu pengaturan suhu tubuh dan menyebabkan hipotermia.

  12. Proses penuaan: Penuaan dapat mempengaruhi kemampuan tubuh dalam mempertahankan suhu tubuh yang normal.

  13. Efek agen farmakologis: Beberapa obat atau zat kimia tertentu dapat mempengaruhi pengaturan suhu tubuh dan memicu terjadinya hipotermia.

  14. Kurang terpapar informasi tentang pencegahan hipotermia: Kurangnya pengetahuan tentang cara mencegah hipotermia dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi tersebut.


Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif
  • (tidak tersedia)
  1. Kulit teraba dingin
  2. Menggigil
  3. Suhu tubuh di bawah nilai normal

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif Objektif
  • (tidak tersedia)
  1. Akrosianosis
  2. Bradikardi
  3. Dasar kuku sianotik
  4. Hipoglikemia
  5. Hipoksia
  6. Pengisiaan kapiler >3 detik
  7. Konsumsi oksigen meningkat
  8. Ventilasi menurun
  9. Piloereksi
  10. Takikardia
  11. Vasokonstriksi perifer
  12. Kutis memorata (pada neonatus)

Kondisi Klinis Terkait

  1. Hipotiroidisme: Hipotiroidisme adalah kondisi di mana kelenjar tiroid tidak dapat memproduksi cukup hormon tiroid. Kondisi ini dapat mempengaruhi metabolisme dan mengurangi produksi panas tubuh, sehingga meningkatkan risiko hipotermia.

  2. Anoreksia nervosa: Anoreksia nervosa adalah gangguan makan di mana seseorang memiliki ketakutan yang ekstrem terhadap penambahan berat badan. Kondisi ini dapat menyebabkan kekurangan nutrisi dan mempengaruhi metabolisme, sehingga meningkatkan risiko hipotermia.

  3. Cedera batang otak: Cedera pada bagian otak yang mengatur suhu tubuh dapat mengganggu pengaturan suhu tubuh dan meningkatkan risiko hipotermia.

  4. Prematuritas: Bayi yang lahir prematur memiliki risiko lebih tinggi mengalami hipotermia karena mereka belum memiliki cukup lemak subkutan dan sistem pengaturan suhu tubuh yang matang.

  5. Berat badan lahir rendah (BBLR): Bayi yang lahir dengan berat badan rendah memiliki risiko lebih tinggi mengalami hipotermia karena mereka memiliki sedikit cadangan energi untuk mempertahankan suhu tubuh.

  6. Tenggelam: Tenggelam dapat menyebabkan hipotermia karena terpapar air dingin dapat mengurangi suhu tubuh dengan cepat.

  7. Dalam kondisi-kondisi tersebut, perlu dilakukan pencegahan dan intervensi yang tepat untuk menghindari terjadinya hipotermia dan mencegah komplikasi yang lebih serius.



SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)

Luaran Utama

Termoregulasi (L.14134)

Luaran Tambahan

Kontrol Risiko (L.14128)
Perfusi Perifer (L.02011)
Status Kenyamanan (L.08064)
Termoregulasi Neonatus (L.14135)
Tingkat Cedera (L.14136)

SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)

Intervensi Utama

Manajemen Hipotermia (I.14507)
Terapi Paparan Panas (I.14586)

Intervensi Pendukung

Dukungan Ventilasi (I.01002)
Edukasi Pengukuran Suhu Tubuh (I.12414)
Edukasi Program Pengobatan (I.12441)
Edukasi Terapi Cairan (I.12455)
Edukasi Termoregulasi (I.12457)
Kompres Panas (I.08235)
Manajemen Cairan (I.03098)
Manajemen Lingkungan (I.14514)
Manajemen Nutrisi (I.03119)
Pemantauan Cairan (I.03121)
Pemantauan Nutrisi (I.03123)
Pemberian Obat (I.02062)
Pemberian Obat Intravena (I.02065)
Pemberian Obat Oral (I.03128)
Perawatan Kanguru (I.14559)
Perawatan Sirkulasi (I.14570)
Promosi Dukungan Keluarga (I.13488)
Promosi Teknik Kulit ke Kulit (I.14577)


Referensi:                                                                                                               

  1. Brown, D. J., Brugger, H., Boyd, J., Paal, P., & Accidental Hypothermia Working Group, International Commission for Mountain Emergency Medicine. (2012). Accidental hypothermia. New England Journal of Medicine, 367(20), 1930-1938.
  2. Hildebrandt, D. A., Dieterich, H. J., & Hauenstein, L. (2018). Hypothermia: from recognition to rehabilitation. Critical care nurse, 38(6), e1-e10.
  3. PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
  4. PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
  5. PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
SDKI - D.0131 Hipotermia Reviewed by Nursing University on 9:43:00 AM Rating: 5

Tidak ada komentar:

All Rights Reserved by GMK.MY.ID © 2023
Powered By Blogger

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.