SDKI - D.0130 Hipertermia
DAFTAR ISI:
PENGETAHUAN UMUM
Hipertermia adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi di mana suhu tubuh seseorang naik di atas kisaran normal (36-37 derajat Celsius) menjadi lebih dari 38 derajat Celsius. Kondisi ini dapat terjadi karena beberapa faktor seperti infeksi, paparan lingkungan yang terlalu panas, atau efek samping dari obat-obatan. Hipertermia dapat menyebabkan komplikasi serius seperti kerusakan organ dan kematian jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Oleh karena itu, perawatan yang tepat sangat penting dalam mengatasi kondisi ini.
Penanganan Hipertermia
- Menurunkan Suhu Tubuh
Pertama-tama, tindakan yang harus dilakukan adalah menurunkan suhu tubuh. Ada beberapa cara untuk melakukan ini, seperti memberikan obat penurun demam atau merendam tubuh dalam air dingin. Metode ini bergantung pada penyebab hipertermia dan kondisi pasien. Penting untuk diingat bahwa penurunan suhu tubuh harus dilakukan secara bertahap untuk menghindari terjadinya syok.
- Mengganti Cairan
Hipertermia dapat menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit dalam tubuh. Oleh karena itu, penting untuk mengganti cairan yang hilang dengan memberikan cairan intravena. Dokter juga dapat memberikan suplemen elektrolit jika dibutuhkan.
- Memonitor Kondisi Pasien
Penting untuk memantau kondisi pasien secara terus-menerus dan mencatat suhu tubuh, tekanan darah, dan detak jantung. Jika kondisi pasien tidak membaik atau memburuk, dokter harus segera melakukan tindakan medis yang diperlukan.
- Berkolaborasi Memberikan Obat Antibiotik
Jika hipertermia disebabkan oleh infeksi bakteri, perawat dapat berkolaborasi memberikan antibiotik untuk membantu mengatasi infeksi dan mengurangi suhu tubuh.
- Memberikan Dukungan Medis
Jika pasien mengalami kondisi yang serius akibat hipertermia, seperti kegagalan organ atau syok, dokter dapat memberikan dukungan medis seperti oksigen, ventilator, atau obat-obatan untuk memperbaiki kondisi tersebut.
Pencegahan Hipertermia
Untuk mencegah terjadinya hipertermia, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, seperti:
Menghindari paparan lingkungan yang terlalu panas.
Minum cukup air untuk mencegah dehidrasi.
Memakai pakaian yang longgar dan terbuat dari bahan yang dapat menyerap keringat.
Istirahat yang cukup.
Menghindari konsumsi obat-obatan yang dapat meningkatkan risiko hipertermia.
Hipertermia dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Penanganan hipertermia meliputi menurunkan suhu tubuh, mengganti cairan, memonitor kondisi pasien, memberikan obat antibiotik, dan memberikan dukungan medis jika dibutuhkan.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
Mari Merawat Indonesia dengan Sepenuh Hati!
Definisi
Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh
Penyebab
Dehidrasi adalah keadaan ketika tubuh kehilangan terlalu banyak cairan, sehingga mengganggu fungsi normal tubuh.
Terpapar lingkungan panas adalah kondisi di mana seseorang terpapar suhu lingkungan yang terlalu tinggi, yang dapat menyebabkan kenaikan suhu tubuh dan hipertermia.
Proses penyakit adalah tahap perkembangan suatu kondisi medis, seperti infeksi atau kanker, dari awal hingga akhir, yang dapat melibatkan berbagai tanda dan gejala.
Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan adalah ketidaksesuaian antara pakaian yang dipakai dengan suhu lingkungan di sekitar, yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan atau bahkan hipertermia.
Peningkatan laju metabolisme adalah kondisi di mana tubuh menghasilkan energi dengan lebih banyak dari biasanya, yang dapat terjadi selama aktivitas fisik atau sebagai respon terhadap stres.
Respon trauma adalah reaksi tubuh terhadap cedera atau trauma, yang dapat melibatkan rasa sakit, peradangan, dan peningkatan suhu tubuh.
Aktivitas berlebihan adalah kegiatan fisik yang dilakukan dengan intensitas atau durasi yang terlalu tinggi, yang dapat menyebabkan kelelahan, dehidrasi, dan hipertermia.
Penggunaan inkubator adalah penggunaan alat untuk membantu perawatan bayi prematur atau sakit yang membutuhkan kondisi lingkungan khusus, seperti suhu yang konstan dan kelembapan yang tinggi, untuk membantu pemulihan.
Gejala dan Tanda Mayor
| Subjektif | Objektif |
|
|
Gejala dan Tanda Minor
| Subjektif | Objektif |
|
|
Kondisi Klinis Terkait
Proses infeksi adalah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh dan berkembang biak di dalamnya, sehingga menyebabkan penyakit atau gangguan kesehatan.
Hipertiroid adalah kondisi di mana kelenjar tiroid menghasilkan terlalu banyak hormon tiroid, yang dapat menyebabkan berbagai gejala, seperti peningkatan suhu tubuh, peningkatan nadi, dan penurunan berat badan.
Stroke adalah kondisi medis yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu, yang dapat menyebabkan kerusakan permanen pada sel-sel otak dan berbagai tanda dan gejala, seperti kehilangan kemampuan bicara, kelemahan atau kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh, dan kesulitan koordinasi gerakan.
Dehidrasi adalah keadaan ketika tubuh kehilangan terlalu banyak cairan, sehingga mengganggu fungsi normal tubuh.
Trauma adalah cedera fisik atau emosional yang disebabkan oleh kejadian yang menyakitkan atau mengancam keselamatan, seperti kecelakaan atau kekerasan.
Prematuritas adalah kondisi bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu, yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan pada bayi, seperti gangguan pernapasan, masalah nutrisi, dan infeksi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
Luaran Utama
Luaran Tambahan
Status Cairan (L.03208)
Status Kenyamanan (L.08064)
Status Neurologis (L.06053)
Status Nutrisi (L.03030)
Termoregulasi Neonatus (L.14135)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Intervensi Utama
Regulasi Temperatur (I.14578)
Intervensi Pendukung
Edukasi Dehidrasi (I.12367)
Edukasi Pengukuran Suhu Tubuh (I.12414)
Edukasi Program Pengobatan (I.12441)
Edukasi Terapi Cairan (I.12455)
Edukasi Termoregulasi (I.12457)
Kompres Dingin (I.08234)
Manajemen Cairan (I.03098)
Manajemen Kejang (I.06193)
Pemantauan Cairan (I.03121)
Pemberian Obat (I.02062)
Pemberian Obat Intravena (I.02065)
Pemberian Obat Oral (I.03128)
Perawatan Sirkulasi (I.14570)
Promosi Teknik Kulit ke Kulit (I.14577)
Referensi:
- Gauer, R. L., & Braun, M. M. (2017). Fever and fever of unknown origin: review, differential diagnosis, and controversies. American Family Physician, 96(7), 445-453.
PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Lippi, G., Sanchis-Gomar, F., & Cervellin, G. (2015). Hyperthermia and febrile seizures. European Journal of Internal Medicine, 26(5), 325-327. doi: 10.1016/j.ejim.2015.04.008

Tidak ada komentar: